Cerita Kopi

Akhir-akhir ini, Thoriq lagi masa-masanya pingin duduk ditemani bersama saat bermain. Sama seperti Ziyad dulu juga, aku diminta main mobil-mobilan atau mainannya, membuat suatu cerita, kemudia dia memperhatikan  (baca: nonton) aku memainkan mainannya hehe…  Belum lagi Ziyad yang juga suka sekali kalau aku berperan jadi si Dino boneka dinosaurus. Plus, Thoriq juga jadi jarang tidur siang sejak disapih.

Karena banyak waktu yang digunakan bersama anak-anak, waktu untuk pekerjaan di siang hari jadi berkurang. Alternatifnya harus memanfaatkan sebaik mungkin saat-saat mereka tidur. Karena hasrat badan sebenarnya ingin ikut tidur sama mereka, tapi karena banyak amanah yang harus dijalankan, maka aku harus melek. Terus jadi memberanikan diri minum kopi. Herannya, aku gak kena migraine atau maag seperti biasanya.

coffee lover

Entah sejak kapan, waktu kecil aku suka minum kopi. Aku bukan orang yang diberi kecerdasan luar biasa dalam mengingat suatu materi. Maka untuk menambah waktu belajar, biasanya aku minum kopi. Tapi sejak duduk di bangku perkuliahan, kebiasaan itu justru harus berhenti. Setiap minum kopi, aku terkena migraine. Atau membuat maagku kambuh. Perih. Walau begitu, biasanya  aku tetap menyediakan sesachet kopi instan. Jika aku inginkan bisa kucampur dengan susu. Sekedar menambah sensasi rasa kopi.

Di rumah, abang juga bukan peminum kopi. Bukan pula peminum teh. Kami minum minuman selain air putih jika diinginkan. Semisal sedang dingin atau sekedar menemani roti biskuit yang kami makan. Si Mama sampai selalu merasa janggal jika main ke Jogja. “Endri gak dibikinin apa Sis?” Atau ketika kami ke Jakarta, Mama juga akan ribut, “Endri..gak minum teh ya?” “Ndri, mau minum apa?” Padahal sudah berkali-kali kami beritahu memang begitulah adanya abang dan aku. Mungkin karena sepanjang menjadi istri dan seorang ibu, beliau sudah terbiasa menyiapkan kopi untuk si Papa. Atau menyiapkan teh hangat untuk anak-anaknya  setiap akan berangkat kerja di pagi hari atau sepulang kerja.

Begitulah…Jika diinginkan, kami membeli beberapa sachet kopi instant atau teh. Saat muncul white coffee, kami juga asyik mencicipi. Dan ternyata tidak membuatku migrain atau maag seperti biasanya. Belum aku sadari waktu itu. Tapi aku semakin berani (lagi) menikmati kopi lebih dari biasanya. Walau tetap tidak berani lebih dari setengah cangkir. Kafein, baik dalam teh ataupun kopi biasanya akan cepat bereaksi pada tubuhku. Bisa tidak tidur sampai pagi kalau meminumnya sudah menjelang sore. Pernah waktu hamil Thoriq, aku meikmati secangkir penuh teh Tarik, hasilnya tidak bisa tidur sampai pukul 10 pagi keesokan harinya hehe…Dahsyaatt…

Tapi sepertinya aku tetap tidak bisa membiasakan diri minum kopi terlalu sering. Ada efek lain yang tidak menyenangkan setelah meminum kopi Good Day setengah cangkir hehe. Sesak! Aku pikir ada masalah mungkin dengan jantungku. Nafasku seperti jadi pendek. Atau seperti butuh awalan untuk sebuah tarikan nafas.  Yang jelas tidak nyaman. Abang langsung menebak karena minum kopi.  Alhamdulillah sekarang sudah jauh lebih baik. Mudah-mudahan sekedar karena kopi.

Allahumma athil hayatanaa ‘ala tho atika…wa ahsin ‘amalana…

Ya Allah panjangkanlah umur kami dalam ketaatan dan perbaguslah amalan kami…aamiin.

 

 

 

3 Replies to “Cerita Kopi”

  1. Aamiin.
    Kok sama ya kasusnya sama ana, Mba. Dulu juga penyuka Good day itu.
    Apalagi pas skripsi, makin gila. Akhirnya brenti total skitar 2 taunan.
    Skrg mulai2 tergoda nih krena suami suka minta dibikinin klo ke kampus.
    Selalu pke creamer sih. Cuma tetep aja jd ngos2an gitu efeknya.

  2. shofie bundanya R says: Reply

    white kofi….
    oks begete dah…
    apalagi yg ada gambar luwaknya itu, mantep
    blm makan pun gak bikin perut perih…
    mau pagi siang sore malem
    secara punya maag jg…
    doyan kopi jg krn ketularan…;p
    loh…malah ngiklan…;D

    1. hehe..iya..ana cocoknya juga itu.
      Kalo yang white coffee ABC…mmh…
      Kalau white coffe Kopiko juga terlalu masih kopi banget.
      Ini jadi para maag-er pada suka kopi ya :D.

Leave a Reply