Kantong Rahimku Masih Kosong? (Blight Ovum?)

1 Oktober 2009, YogyakartaManusia memang hanya bisa berharap/tawwakal dan berusaha. Usaha ini pun sebatas kemampuan manusia (krn manusia itu memang lemah).

Sejak kemarin aku menghitung hari menantikan hari ini – hari pemeriksaan ke dokter -. Ada banyak harapan/keputusan yang baru bisa ketahuan setelah pemeriksaan ini. Harapan bahwa janinnya berkembang dg baik dan kandungannya baik-baik aja. Harapan dokter menyatakan kandungannya sehat sehingga aman untuk melakukan perjalanan ke Jakarta. Harapan untuk benarn bisa pulang ke Jakarta dalam waktu dekat, beberapa hari setelah waktu pemeriksaan.

Begitu berharapnya aku, karena sudah 3 tahun (sejak awal menikah), aku belum pernah sama sekali pulang ke rumah di Jakarta. Alhasil, belum ketemu lagi sama adik dan kakak. (Walaupun pernah datang Jepi ke Jogja, tapi pertemuannya pun singkat, cuma dlm hitungan jam itupundi Mc’D).

Namun…
Malam ini, aku harus menangis dalam perjalanan pulang dari daerah Monjali ke rumahku di Bantul (kurang lebih 15 km).

Hasil USG tadi, pada usia kehamilan 8 minggu 4 hari, rahimku masih kelihatan kosong, plasenta sudah ada dan ada semacam massa (sejenis tumor) di kantung rahimku. Dan dicurigai semacam miom – tapi bu Detty masih ragu -. Bu Detty tidak menyatakan ada kemungkinan BO sampai aku sendiri yang menanyakan, “Ada kemungkinan blight ovum ya, Bu?”. “Iya”

Abang merasa massa itu adalah janinnya itu sendiri, tapi bu Detty gak menyatakan itu janinnya. Tapi masih heran karena massa itu ada di dalam kantung rahim.

Akhirnya bu Detty minta kami kontrol satu minggu lagi.

Pertanyaan berderet-deret yang udah aku siapin sejak dua minggu yang lalu kandas di dalam hati tak terutarakan. Karena semua pertanyaan itu berkaitan dengan kehamilan yang sudah jelas (baik insya Allah). Aku sempat minta agar hasil USG-nya diprint – sayang kabel data HP error dan males nyecan, jadi gak bisa nampilin di sini hasil USG-nya).

Pikiranku berkecamuk sejak keluar kamar periksa. Rasa sedih membuncah. Yang tadinya langsung pasrah dengan konsekuensi pemeriksaan ini, ‘Harus menunda kepergian ke Jakarta’ beradu dengan keinginan kuat untuk pulang yang seakan-akan tak tertahankan, sekaligus kesedihan dan kecemasan bahwa pada akhirnya aku harus dikuret – semoga tidak ya Allah -.

Abang sebentar-sebentar memberikan kata yang menguatkanku. “Banyak-banyak doa, ya Dek..” “Semua yang nentuin Allah.” “Kita bersyukur udah punya satu anak yang masya Allah.”

Akhirnya baru sebentar keluar dari area Sakina Idaman, aku mulai menangis memikirkan segala kemungkinan dan kenyataan yang harus kuhadapi. Dalam perjalanan, abang memberikan opsi-opsi positif sampai akhirnya ke opsi yang kelihatannya seperti tidak mungkin, “Siapa tahu itu kembar…”
He…

Abang berusaha menghiburkan dengan menawarkan jajanan enak yang kami lewati. Tapi aku gak tertari. Sampe akhirnya ketemu mie ayam dekat rumah, akhirnya aku mengiyakan.

Sampai di rumah, (Ziyad terlelap dalam perjalanan karena kecapekan), aku masih banyak diam. Abang akhirnya bilang, “Abang sebenarnya sedih juga sih – sambil aku lihat matanya juga sedikit berkaca-kaca -” Sambil makan, aku membuka catatan kehamilanku waktu hamil Ziyad yang tertulis di buku. (alhamdulillah, ternyata catatan-catatan ini berguna). Ada salah satu catatan yang berbunyi,

“Periksa ke dokter. Subhanallah, bentuknya udah menakjubkan. Sudah kebentuk kaki dan tangan. Seperti dalam posisi buaian -ayunan-“.

Setelah aku hitung-hitung (karena di catatan itu aku cuma nyatet perbulan, bukan per tanggal tepatnya), waktu pemeriksaan saat itu adalah pada usia kehamilan 10/11 minggu. Jadi mungkin insya Allah aku periksa laginya sekitar 2 atau 3 minggu lagi aja. Dan mudah-mudahan sudah ada kedip kehidupan yang terlihat saat itu. Aamiin…

Walau bagaimanapun…
Masih banyak hal yang harus disyukuri (sekali lagi aku banyak diingetin sama abang tersayang). Aku masih dalam kenikmatan – lihat saudara-saudara kita yang di Padang -. Masih ada kemungkinan positif hamil dan janinnya berkembang insya Allah – siapa tahu kembar? :D. Kami udah dikaruniai seorang buah hati yang luar biasa masya Allah. Dan masih banyak kenikmatan dari Allah yang gak sebanding dengan ‘sedikit; kesedihan yang kami alami.

Allahuma…afrifgh ‘alaina shobroon….ya Allah limpahkanlah kepada kami rasa sabar..dan semoga kami selalu tetap bersyukur kepada-Mu. Aamiin.

Leave a Reply