Tips Mengenali Tanda Serangan Asma pada Anak dan Antisipasinya

Saya tidak pernah mengira bahwa Thoriq ((4th) sebenarnya mempunyai “bakat” asma. Sampai akhirnya, awal Februari lalu, sesak nafas menyerangnya di malam hari yang menyebabkan ia akhirnya dibawa ke IGD di sebuah rumah sakit untuk mendapatkan oksigen.

Kami baru sadar bahwa segala hal yang biasanya terjadi padanya semisal batuk terus-menerus setelah melakukan aktifitas berat atau makan-makanan tertentu adalah salah satu tanda bahwa dia memiliki penyakit asma.

Salah satu teman baik kami yang juga memiliki penyakit asma aktif semasa kecil memberi berbagai informasi berkaitan dengan tanda-tanda serangan asma dan antisipasi dini agar tidak sampai parah.

Saya merasa takjub dan perlu berbagi info ini, karena beberapa tahapan tersebut memang dialami oleh Thoriq pada hari ia terkena serangan asma. Berikut ini tips-tips mengenali tanda asma pada anak:

1. Gejala awal: batuk terus menerus

Ketika si anak sedang berbicara atau bercerita, maka diselingi dengan batuk. Belum disertai dengan mengi atau nafas naik turun.

Sesak nafas terjadi  karena penyempitan saluran nafas dan memproduksi lendir – yang keberadaan lendir itu juga yang menambah sempitnya saluran pernafasan. Pada saat batuk-batuk, sebenarnya sudah mulai ada produksi lendir. Tapi karena masih cukup longgar jalan nafasnya, kadang belum terlihat sesak.

Jika sudah mengetahui anak adalah penderita asma, maka insyaAllah tahapan ini mudah dikenali. Jika belum, tentu mengira anak hanya batuk biasa.

Antisipasi:

  1. Baluri dada, punggung dan leher dengan cairan yang menghangatkan semisal minyak kayu putih, minyak telon atau vicks vaporab.
  2. Minum-minuman yang hangat. Semisal jahe, madu hangat, tolak angin (anak) atau yang lainnya.

Biasanya batuknya kemudian mereda. Atau bahkan dahak yang menyumbat saluran pernafasan akan keluar (terkadang disertai muntah).

2. Gejala lanjutan: bila pada tahapan awal, anak tidak segera ditangani, anak mulai batuk dengan frekuensi yang cukup intensif.

Kondisinya mulai membuat anak tidak nyaman karena napas anak mulai pendek.

Anak bicara dengan kalimat pendek-pendek karena nafasnya sudah mulai pendek-pendek sehingga anak sibuk mengatur nafas.

  • Pada tahap ini, anak bisa diminta posisi prunning. Yaitu, posisi seperti orang sujud, namun lengan tangan menjadi penahan.
  • Sediakan ember/baskom di dekat anak, sebelum posisi prunning. Karena biasanya, setelah posisi prunning dan anak batuk, langsung akan muntah. Muntahnya ini sebenarnya sekaligus mengeluarkan lendir yang membuat nafas sesak.
  • Langkah yang ada pada tahapan awal tetap bisa dilakukan.

Semoga pada tahap ini, anak mulai membaik. Kalau mulai membaik (anak sudah berkurang sesaknya) tetapi batuk masih sesekali muncul, biasanya aku mulai kasih obat Lasal.

3. Tahapan lebih berat lagi: anak sudah mulai sesak, tidak enak bicara tapi masih bisa rebahan.

Jika sudah mulai sesak, sebaiknya anak tidak sering ditanya yang mengharuskan dia berbicara. Karena bicara butuh perjuangan untuk mengatur nafas.

Jika memang sudah mengetahui adanya penyakit asma pada anak, maka ventolin memang biasanya sudah tersedia.

Sebenarnya kondisi 2 atau 3 ini sudah sangat membuat anak tidak nyaman. Tapi saran dari dokter saat pertama kali Thoriq diberi obat ini adalah jangan sering-sering menggunakan obat ini. Makanya biasanya kami berusaha mengantisipasi dengan poin-poin seperti di atas.

Poin-poin di atas alhamdulillah selama ini berhasil bisa mencegah. Namun ada saatnya memang akhirnya sampai ke tahap yang cukup berat. Hal ini ga bisa diprediksi.

Makanya kita tetap selalu berdoa dan berserah diri kepada Allah saat melakukan pengobatan ini. Kemudian juga tetap waspada selama anak sedang dalam kondisi mulai ke arah sesak.

4. Tahapan lanjutan lagi: Anak sudah tidak nyaman rebahan. Maunya duduk. Jalan sudah tidak bisa tegak lagi, cenderung membungkuk. Atau bahkan sudah tidak sanggup berjalan lagi.

Di buku Dokter di Rumah Anda, anak memang disarankan didudukan dengan posisi dekat dengan meja. Tangan di atas meja dan kepala sedikit menunduk.

Bawa ke IGD. Kalau sudah seperti ini, kami segera membawa anak ke IGD. Biasanya di IGD, anak segera diberi oksigen dan diuap.

Tahapan lebih berat lagi adalah adalah ketika anak harus mengambil nafas dengan cara menarik nafas kencaaang sekali, dada sampai naik turun, seperti orang yang gelagapan ketika berenang.

Yang paling berat adalah ketika anak sudah terlihat pucat kebiruan tanda ia kekurangan oksigen.

Semoga anak-anak kita yang asma tidak sampai tahap ini ya. Antisipasi ketika pada tahapan awal in sya Allah cukup membantu. Namun karena anak masih kecil, mungkin ia belum bisa menyampaikan bahwa dia sudah mengalami gejala sesak. Maka ketika kita sebagai orang tua sudah paham tahapan-tahapan atau cirinya, akan membantu pencegahan ke serangan asma yang lebih parah. Cara pencegahan lainnya adalah anak dijauhkan dari pemicu asma. Misalnya:

  • Sedang di luar malam hari, maka segera pulang.
  • Jika dingin segera memakai jaket.
  • Sedang minum es, maka segera di stop. Atau bahkan sangat dibatasi untuk minum makanan dingin.
  • Tidak memakan makanan yang biasanya menjadi pemicu. Semisal kerupuk atau gorengan kering.
  • Dst

Satu catatan dari pengalaman pribadi teman baik saya tersebut adalah, orang tua tidak perlu over protectif terhadap anaknya yang menderita asma.

Alhamdulillah, dari pengalaman kami pribadi pun, insya Allah memang seperti itu adanya. Alhamdulillah Thoriq tetap bisa beraktifitas dan berolahraga.

Semoga info ringkas ini bermanfaat

cizkah
13 Juni 2015

Tulisan ini diupdate bulan Desember 2021 setelah Thoriq mengalami serangan asma yang cukup parah dan sampai dibawa ke IGD.

Leave a Reply