Siapa Dia?

Sejak 2-3 postingan aku sempat nyebut-nyebut sepupu suami.

Siapakah dia?

Dia adalah sepupu perempuan Abang. Masih anaknya adiknya bapak mertua. Usianya hampir setengah umur Abang. Belum lagi 20 tahun, kelahiran 97.

Ibunya dulu teman sepermainan Abang, karena usianya juga tak jauh beda. Bisa dibilang, ibunya seumuran dengan aku 🙂.

Tahun 2014, ibunya meninggal.

Karena berbagai pertimbangan, akhirnya sebulan sebelum si kembar lahir, tercetus ide untuk mengajak dia untuk bantu aku di rumah. Karena aku sadar diri, mengurus anak kembar perlu bantuan yang sifatnya intensif untuk urusan rumah tangga.

Rencana awal tidak menginap di tempat kami. Apalah rumah kontrakan kami yang tak seberapa ini jika ditinggali 8 orang (sudah termasuk si kembar).

Tapi, kenyataannya, qodarullah akhirnya dia tinggal bersama kami. Dengan mengubah tata letak lemari dan sebagainya, akhirnya bisa juga dia mendapat ruang. Supaya kami dan dia sama-sama ada privasi dan auratnya tetap terjaga.

Semoga ada saatnya nanti agar semua lebih terjaga – apalagi Ziyad juga sudah mau baligh -, Allah memberikan jalan terbaik untuk kami berkaitan dengan tempat tinggal ini. Aamiin.

Rezeki H

Apalah juga kami sebenarnya kalo dipikir-pikir. Anaknya nambah dua. Tentu pengeluaran lebih banyak lagi. Selain buat kakaknya yang tiga orang. Nambah lagi orang di rumah sebagai tanggungan plus gajinya kelihatannya kaya apa juga hehe.

Kekhawatiran bukannya tidak lepas dari aku. Namun setiap kali mendiskusikan ini dengan Abang, Abang selalu bilang jangan khawatir. Masing-masing itu sudah ada rezekinya.

Alhamdulillah selama ini untuk makan cukup. Minum susu bisa.

Allahumma aktsir maalii wa waladi…wa baariklii fii maa a’thoitani…wa athil hayatii ‘ala thooatika wa ahsin ‘amali..

“Ya Allah, perbanyaklah hartaku dan anakku dan berkahilah apa-apa yang Engkau berikan padaku dan panjangkanlah umurku dalam ketaatan dan perbaikilah amalanku.”

* Doa yang terinspirasi dari doa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Anas bin Malik rodhiallahu ‘anhu.

Jogja
6 Maret 2017

Updated 2020:
H sudah pindah ngekos di tahun kedua berada di Jogja, tahun 2018. Kami merasa dia sudah ada sedikit bekal dari sisi materi maupun adab dan akhlak untuk hidup mandiri di Jogja.

Alhamdulillah dengan begitu bisa jadi ikut mengikuti kajian-kajian Islam di Pogung. Dari situlah kemudian akhirnya dia bisa mendapat teman baru.

4 Replies to “Siapa Dia?”

  1. ummu asiyah says: Reply

    aaamiiin allohumma aamin… rezeki Allah datang dari arah yang gak disangka-sangka yaa mba ciz. udah maret iniiiih hihihihi liya lagi ga ada nomer hape jadi online cuma pas ada wlan aja. dirumah hape hampir ga kepegang kalo bocils masih jam bangun

    1. masya Allah..samaaa…hehe..jualan jadi sambilan bener2. Kalo ada fasilitas rate, mungkin responnya di nilai satu sama para pembeli wkwkwk

  2. […] lubang biopori di rumah ditaruh di samping rumah. Supaya gak harus pakai jilbab untuk aku atau Hikmah memasukkan sampah ini ketika diperlukan tanpa perlu […]

  3. […] maslahat semuanya insya Allah. Alhamdulillah dengan segala nikmat dari Allah karena yang membantu masih ada hubungan keluarga dengan Abang dan usianya juga sangat jauh lebih muda dari aku, jadi bisa dibimbing insya […]

Leave a Reply