Belajar Menjadi Ibu yang Baik

Kapan itu, baca status salah satu temen di facebook, Zaenab namanya, ini screenshootnyah…

be a smart mom

Dan seperti kelihatan, aku setuju dengan “catatan” hehe. Dan inilah catatan tersebut.

Emang di status tersebut bukannya melarang atau menghentikan seorang ibu untuk belajar atau membaca berbagai referensi parenting, tapi di lain sisi aku ngerasa ini tetep butuh catetan. Soalnya ada juga orang-orang yang sekedar menggantungkan naluri keibuan ini, padahal ini kurang bener juga.

Dalam hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, seorang anak manusia itu  fitrahnya kan juga Islam (“Tidaklah setiap anak yang lahir kecuali dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maka kedua orangtuanyalah yang akan menjadikannya sebagai Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. Ahmad)).

Begitupula seorang wanita memang fitrahnya adalah memiliki naluri keibuan. Tapi fitrah yang pertama tetep ada tuntunannya (dalam hadits yang lain), yaitu setiap muslim dan muslimah itu wajib menuntut ilmu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ““Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim.”(Shahih, HR. Ibnu Majah)

Begitupula dengan seorang ibu, naluri yang ada itupun mesti diasah, dilatih dan tetep butuh untuk menuntut ilmu supaya menjadi ibu terbaik. Berbagai referensi parenting yang kita baca mungkin tidak bisa plek kita laksanakan pada anak kita, karena memang setiap anak itu unik. Nahh…tapi apa yang kita baca itu tetep bermanfaat banget untuk bahan pertimbangan kok. Beda sama orang-orang yang merasa cukup dengan nalurinya atau dengan apa yang dia dapatkan dari ibunya, neneknya dan yang lainnya, padahal belum tentu itu benar untuk dilaksanakan. Mbulet ya kalimatku hehehe…

Contoh aja, betapa banyak orangtua zaman dulu (sekarang juga masih sih), kalo melarang anaknya tuh justru ditakut-takutin, “Hayo hayo…disana gelap lho.” Atau kalimat lain, “Hayo jangan ke sana, ada kucing ada kucing.”

Padahal kalimat di atas banyak banget kesalahannya, diantaranya: Mendidik anak untuk takut gelap. Menghilangkan kepercayaan pada diri anak. Atau pada kalimat kedua, ketika kucingnya gak ada, berarti ini membohongi anak, dan hal lain lagi, emangnya kucing sesuatu yg mesti ditakutin?! (Ini soalnya aku pernah denger langsung seorang melarang anaknya keluar rumah dg kalimat tersebut)

Catatan lagi tentang belajar menjadi ibu, apa yang kita baca, teori-teori tersebut, seringkali gak mudah dalam pelaksanaannya. Tapi yang penting kita tahu, di sana ada sikap, kebijakan yang lebih baik dari yang kita lakukan, dan kita berusaha untuk kedepannya melaksanakan sikap, kebijakan yang terbaik supaya menjadi ibu yang baik atau bahkann terbaik bagi sang buah hati.

Semoga bermanfaat ^^

3 Replies to “Belajar Menjadi Ibu yang Baik”

  1. alhamdulillah akhirnya jadi juga note nya^^ jazakillah khayra mba siska..

    sebenarnya ashabu nuzul dari status itu adalah melihat beberapa fenomena para wanita karier yg sibuk banget diluaran. atau juga ibu yg cuma rajin mbaca tp ndak mengaplikasikan. mereka begitu rajin ikut diskusi2 parenting, beli buku ini itu, ikut seminar ini itu, kadang dlm diskusinya kelihatan kok kayaknya mereka itu cuma krn kurang memahami aja bagaimana tabiat dan karakter anak2 jd sering muncul pertanyaan2 yg menurut ana itu harusnya setiap ibu udah tau dong klo dia tiap hari dekat dgn anaknya krn emang sifatnya naluriah banget.

    nah inilah yg ana tekankan bahwa kita wajib menjaga fitrah naluri keibuan kita, dimana menjaga fitrah ini adl dgn menetapi syariat ALLOH, belajar dien, bukannya malah keluar bekerja yg penuh maksiat shg melunturkan jiwa keibuan. maka walau banyak materi parenting dia pelajari masih saja dia akan kesulitan menerapkan karena naluri ibunya telah pudar sehingga dia tdk dapat membedakan mana yg pas buat anak mana yg perlu modifikasi mana yg sama sekali tdk bisa diterapkan. bagaimana bisa klo ibu2 itu hanya beberapa jam saja mengenal anak2nya? lalu dia selanjutnya hanya bisa memandangi anak2 tidur sambil bergumam “harusnya dia begini dan begitu ya..” belum sempat diterapkan eh besok pagi2 dia udah rapi pergi kerja sampai sore atau sampai anaknya tidur lagi ^^

    1. Hehehe…ternyata perspektifnya agak berbeda, tapi intinya tetep sama, kita menngharapkan seorang ibu belajar dan berusaha megamalkan apa yg dipelajari itu.

      Kalo ana nulis kaya di atas, soalnya fenomena yang ana lihat malah kebalikannya dari yg Za lihat…*sedih*.
      Masalahnya gak cuma 1 atau 2. Jadi, ceritanya sang ibu, yang gak bekerja (ini yg umum maupun yg udah ngerti syari’at loh), tapi kurang memperhatikan segi-segi lain dari tarbiyah anak, yang sebenernya di Islam pun banyak mengajarkan hal itu. Jadinya sedih aja ngelihat dan ndengernya.

      Ketika kita merawat dan mendidik anak soalnya banyak bgt aspek yg mesti diperhatiin dan dipelajari kan ya Za…gak cuma ngasih makan, tapi dari segi-segi lain bahkan juga kesehatan… Jadi, harapan ana sebenernya semua ibu tuh belajar, jangan cuma ngandelin nalurinya atau pake feeling semata ^^….sepakat kitaah…

  2. na’am setujuh mba… semangattt

Leave a Reply