Ceritanya, pas membuat kalimat itu dalam hati menyadarkan diri sendiri. Mau bagaimanapun melankolisnya aku, yang berarti pinginnya tuh rumah cling, rapi, tembok tetep bersih dan lain-lainnya itu gak bisa dipaksakan atau diatur-atur sedemikian rupa supaya anak-anak yang menyesuaikan dengan karakterku.
Sebagaimana pernah aku ceritakan sebelumnya, salah satu persiapan aku sebelum lahiran adalah merapikan rumah. Sebenarnya ini juga rutinitas yang sifatnya kontinyu. Aku suka banget yang namanya rubah-rubah tata letak rumah. Kalo sudah ada barang-barang yang bertumpuk di satu tempat, aku merasa berarti ada tata letak yang perlu diperbaiki. Berarti ada yang masih kurang fleksibel sehingga kami yang di rumah tidak meletakkan suatu barang di tempat seharusnya.
Hobi ini sangat dipahami abang hehe. Jadi, kalo pulang kerja terus tata letak barang di rumah udah berubah, abang gak heran lagi. Biasanya aku rubah-rubah posisi lemari, rak dll itu sendiri, tapi pas hamil ini mesti nunggu abang huhu…jadinya mesti sabar nunggu weekend. Hobi pendukung lainnya dalam hal ini adalah tukang menukang. Aku gak perlu nunggu abang untuk maku dinding, ngecat rumah, dll :D.
Salah satu keuntungan hobi ini, biasanya rasanya rumah jadi lebih fresh. Ketahuan juga misalnya ada kotoran atau barang di balik lemari yang sudah lama dicari-cari, debu-debu bisa secara frekuentif dibersihkan, kalau ada yang berjamur atau tempat yang lembab juga ketahuan…dan seterusnya.
Balik lagi ke persiapan menyambut buah hati ke-3 in sya Allah…
Beberapa bagian rumah sudah aku cat. Kamar yang pertama aku rapihin justru kamar anak-anak. Rasanya udah seneng pas berhasil juga bikin tirai sendiri sesuai harapanku. Rak mainan dan buku juga aku ubah dst dst.. Pokoknya udah rapi deh in sya Allah..
Belum 1 bulan kamar itu dicat…coretan dinding yang cukup BANYAK, terjadi hanya dalam beberapa saat pas aku tidur meninggalkan mereka berdua main di kamar.
Kemudian…
Suatu malam, abang pergi latihan thifan. Karena jatah menonton sudah habis..aku pikir perlu memberikan aktifitas ke mereka. Akhirnya kita gunting-gunting kertas lipat. Dibikin macam-macam. Ada lem di situ…
Dan Ziyad mulai menempel hasil karyanya di dinding…-_______-
Dia juga menempel tulisan Ziyad…potongan bunga…
Waktu itu sempat terlontar…”Kan dindingnya jadi kotorr….”
“Belum beli si ya tempat buat tempel-tempel…” (Kami memang merencanakan membeli steroform atau sesuatu yang bisa dijadikan tempat menempel hasil-hasil karya mereka berdua).
Kemudian aku melihat satu reaksi kecil Ziyad yang kemudian menyadarkanku, sepertinya aku gak perlu bicara seperti itu…maksudnya mempermasalahkan kotornya dinding dll.
Aku harus melihat dari sisi yang lain. Lihatlah bunga yang dibikin Ziyad. Itu dia buat dengan inisiatif sendiri, tanpa pola dan yang lainnya. Lihatlah rantai yang berhasil dia buat. Oh ya..itu yang bertumpuk-tumpuk warna-warni, hasil karya Thoriq. Kalo gak salah, dia bilang waktu itu pesawat atau roket yah…heheh…
Aku berusaha melihat dari sisi bahagianya mereka…bukan dari sisi – betapa aku ingin – kamar mereka rapi dan cling. Iya, mereka senang banget malam itu bisa bikin macem-macem…menghabiskan satu bungkus kertas origami.
***
Besoknya…ternyata tempelan-temeplan itu mulai rontok satu persatu (karena cuma pake lem kertas). Dalam hati kecil berkata “alhamdulillaah…” *teteep…:D*
Sekarang yang tersisa adalah tempelan bunga…yang aku pikir gpp tetap berada di sana. Dindingnya udah aku cat ulang.
Kami juga sudah beli steroform, walaupun sepertinya kurang tepat karena Thoriq masih suka mempreteli sehingga menjadi potongan-potongan kecil yang bertebaran. Kemungkinan kami akan beli triplek tipis…lebih cocok in sya Allah. Karena dia sifatnya fleksibel, bisa dengan cara tempel dengan lem, solasi…atau menancapkan dengan pin penempel.
Semoga besok-besok bisa lebih bisa berempati dengan kebahagiaan mereka….please ciz…masa kita yang minta pengertian mereka heheh..