Menulis potongan cerita dalam satu foto itu lebih mudah. Makanya kalau cerita di story Instagram, bisa cepat. Apalagi kalau memang cerita pada saat itu juga. Yang bikin cerita ini berat adalah karena sebenarnya ada banyak sekali kejadian sebelum sampai di pengumuman kelulusan SNBT. Kita mulai dari perjalanan homeschooling Ziyad ya.
Homeschooling dari SD-SMA
Kadang aku lupa, ada hal yang jadi momok dari orang tua sehingga menghindari jalan homechooling untuk pendidikan anaknya. Ini terjadi bukan sekarang aja. Memang dari dulu. Yang paling dikhawatirkan adalah gimana masa depannya? Gimana ijazahnya? Gimana nanti kalau mau meneruskan kuliah?
Aku ingat ada “suara” yang sampai ke aku dari seorang yang sebenarnya ada kepikiran untuk menjalankan homeschooling, tapi suaminya meragukan proses pendidikan ini.
Aku hampir lupa kalau ada kekhawatiran ini, sampai ketika pengumuman kelulusan Ziyad kemarin ada yang memberi selamat dan ikut terharu karena, “Sesama homeschooler.”
Alhamdulillah, Ziyad sudah melalui ujian kelulusan di 3 level pendididikan, SD, SMP dan SMA dengan mengikuti ujian paket A, paket B dan paket C. Begini cerita ringkas setiap tahapannya.
Perjalanan Homeschooling Ziyad dari SD-SMA
Ziyad menjalankan homeschooling dari SD sampai SMA.
Pertanyaan yang sering muncul dari orang yang belum mengengetahui perjalanan kami dari awal adalah: “Ziyad homeschooling di lembaga mana?” atau “Pakai homeschooling mana?”
Jawabannya secara umum, pendidikan homeschooling Ziyad murni diajarkan di rumah bersama aku dan Abang. Tapi detil perjalanan tiap tahapan ada lika-likunya :).
Saat SD
Ziyad homeschooling mandiri di rumah bersamaku dan Abang. Dia belajar semua materi pelajaran sekolah bersamaku alhamdulillah.
Alhamdulillah, selama homeschooling ini, kami bisa menjalankan program intensif menghafal Al-Qur’an. Bukan dengan jalan terburu-buru atau cepat hafal. Tapi benar-benar perlahan-lahan sesuai kemampuan.
Sampailah ketika Ziyad lulus SD, dia sudah menghafal 8 juz, alhamdulillah. Ziyad mengikuti ujian paket A di PKBM. Perjalanan kam mendapatkan rezeki PKBM yang kami ikuti sekarang sudah aku ceritakan di dua tulisan. Silakan baca:
Saat SMP
Saat sudah menempuh ujian Paket A, di masa lowong sebelum tahun ajaran baru, sebenarnya kami belum kepikiran untuk mendaftarkan Ziyad di manapun. Sampailah kabar ada pondok yang baru dibuka untuk fokus ke tahfidz. Diampu oleh ustadz yang sudah biasa mengampu tahfidz yaitu ustadz Izzudin. Alhamduilllah, waktu itu, hanya ada 10 santri yang diterima. Jumlah santri yang masih sedikit ini menjadi salah satu sebab kami mau memondokan Ziyad.
Sebab lainnya adalah karena di pondok ini, Ziyad bisa pulang setiap akhir pekan, yaitu dari Jumat sore sampai Ahad. Walau pada akhirnya, karena kondisi covid dan untuk mengintensifkan hafalannya, akhirnya di kelas 2, Ziyad hanya bisa pulang di Sabtu sore dan harus kembali Ahad sore. Tapi, poin bisa pulang memang jadi pertimbangan besar. Kami masih ingin melihat perkembangan Ziyad. Gak mau dia tiba-tiba harus lepas tanpa pengawasan kami sama sekali.
Pada saat itu, pondok memang baru merintis, dan kami juga tidak mempermasalahkan masalah pelajaran umum. Sehingga untuk pelajaran umum, tetap aku ampu di rumah ketika dia pulang. Sedangkan hafalan, Ziyad dibimbing oleh ustadz Izzudin di pondoknya di SMP.
Alhamdulillah, Ziyad menyelesaikan hafalan 30 juz di bulan Agustus 2021, ketika dia baru naik kelas 3 SMP. Usianya baru saja menginjak 14 tahun waktu itu.
Di masa SMP ini, Ziyad mengikuti ujian paket B di PKBM yang sama, yaitu PKBM Al-Mustajab.
Terselip cerita: di bulan-bulan awal, pondok sempat menyampaikan akan membentuk PKBM sendiri. Maka kami pamit dari PKBM Al Mustajab. Qodarullah, gak lama kemudian masuk masa covid dan ketika kami tanyakan ke pondok, ternyata belum ada kepastian kapan PKBM dari pondok akan terbentuk. Karena kami menganggap masalah terdaftar di diknas ini bagian penting dari perjalanan homeschooling, akhirnya kami cepat minta izin ke Bu Tuti dan mendaftarkan lagi Ziyad di PKBM Al-Mustajab. Alhamdulillah, waktu itu Bu Tuti menyampaikan yang intinya alhamdulillah Ziyad bisa cepat dikembalikan terdaftar.
Walau pada akhirnya pondok memiliki wadah PKBM sendiri, kami memutuskan tetap tidak “mencabut” status Ziyad sebagai siswa PKBM Al-Mustajab. Hal ini berkaitan dengan NISN yang sudah terdaftar. Jika kami cabut, berarti NISN beralih ke PKBM yang baru.
Dengan keputusan ini, berarti kami membayar SPP pondok, juga membayar biaya di PKBM. Alhamdulillah Allah yang memberi rezeki. Setiap waktu ujian, Ziyad izin karena harus mengikuti ujian PKBM Al-Mustajab. Alhamduilllah, pondok SMP sangat cooperatif untuk keputusan kami ini.
Saat Ziyad lulus SMP, dia sedang menyetorkan kembali hafalannya (proses penguatan putaran pertama). Saat bulan Oktober 2021, Ustadz Izzudin memberikan pernyataan bahwa dari 30 juz yang dihafal, Ziyad sudah mutqin 15 juz dan insya Allah harapannya beberapa bulan kedepan sudah lebih kuat lagi di sisa juznya. Penguatan ini dilalui melalui setoran dan juga ada ujian-ujian di setiap juz-nya. Pernyataan ini sebenarnya untuk menjawab satu poin pertanyaan dari pondok tempat kami mendaftarkan Ziyad untuk menempuh pendidikan SMA-nya.
Catatan: pondok Ziyad saat SMP saat ini sudah berkembang dan memiliki jumlah murid tidak seperti pada saat Ziyad belajar. Alhamduilllah Ziyad mendapatkan rezeki bisa mendapatkan perhatian intensif dari ustadz karena santrinya masih sedikit.
SMA
Sebetulnya, sampai mendekati akhir kelulusan SMP, sama seperti saat akhir kelulusan SD, kami belum kepikiran untuk mendaftarkan Ziyad dimanapun. Tapi kemudian ada masukan dari sosok yang sudah lebih berumur dari aku untuk memasukkan Ziyad ke suatu pondok. Sebenarnya kami ragu. Tapi salah satu alasan yang menguatkan adalah karena di pondok tersebut -dari dzohirnya- memperhatikan hafalan Al-Qur’an. “Siapa tahu nanti Ziyad bisa mendapatkan sanad di sana sambil pengabdian.”
Qodarullah, yang terjadi sangat jauh panggang dari api :).
Setelah 11 bulan di sana, kami akhirnya mengetahui, bahwa Ziyad ternyata ditempatkan di halaqoh Al-Qur’an yang murid-muridnya paling tertinggal hafalannya. Hal ini aku ketahui langsung dari musyrifnya setelah akhirnya merasakan penurunan kualitas bacaan dan kekuatan hafalannya. Ini adalah sebab paling utama yang langsung membuat kami membuat keputusan besar untuk mengeluarkan Ziyad. Mungkin ada yang masih gak habis pikir dengan keputusan ini. Masak “cuma” karena alasan ini? Di pondok lainnya malah anak-anaknya gak ditarget Al-Qur’an lho.
Yah, gpp kalau belum bisa memahami. Kami yang merasakan bagaimana perubahan yang terjadi pada Ziyad. Karena yang menurun bukan hanya masalah Al-Qur’annya saja, tapi juga hal lainnya. Tujuan kami memondokkan Ziyad tidak tercapai. Kami cepat berusaha menyelamatkan Ziyad. Dalam waktu semalam, aku dan Abang berdiskusi banyak hal berkaitan dengan keputusan kami ini. Langkah apa yang akan kami lakukan dan bagaimana perjalanan Ziyad ke depannya. Esoknya, pagi-lagi sekali, aku menghubungi Bu Tuti dan menyatakan kemungkinan Ziyad akan kami daftarkan kembali di PKBM beliau.
Dalam proses mengeluarkan Ziyad, kami mendapati fakta-fakta lain yang malah membuat kami bersyukur membuat keputusan mengeluarkan Ziyad. Tapi aku gak bahas detilnya di tulisan ini :).
Alhamdulillah, Allah mudahkan proses mengeluarkan Ziyad. Sekitar dua pekan kemudian, Ziyad sudah ujian semester akhir tingkat SMA kelas 1 bersama PKBM. Ya, Ziyad kembali belajar dan menjalankan homeschooling di rumah untuk tingkat SMA.
Sekitar 2 bulan setelah kami keluarkan, kami mendapat kabar bahwa Ziyad bisa ikut mendaftar di Ma’had ‘Ali, dengan pertimbangan Ziyad sudah hafal 30 juz dan sudah memiliki kemampuan bahasa Arab, bekal dari belajar bersama Abi-nya dari dia usia sekitar 9 tahunan.
Ziyad resmi terdaftar di sana menjadi mahasiswa setelah mengikuti ujian masuk tes penempatan kelas. Sama seperti mahasiswa lainnya. Alhamdulillah Ziyad bisa lolos kelas Mustawa Awwal. (Sebagai info, bagi yang belum memiliki kemampuan bahasa Arab, biasanya akan masuk ke kelas Tamhidi).
Jadi, Ziyad menjalankan pendidikan SMA-nya secara homeschooling, sekaligus dia juga menjalankan kuliah bahasa Arab setingkat D2 di Ma’had Ali.
Alhamdulillah yang kesekian kalinya, Allah mudahkan kami mewujudkan niat kami agar Al-Qur’an Ziyad tetap terjaga. Ziyad diterima menjadi murid syaikh Abdurrozaq AL-Limbarki sekitar sebulan setelah kami keluarkan dari pondok.
Alhamdulillahilladzi bini’matihi tatimushsholihaat.
Setelah 6 bulan di rumah, bulan Februari 2024, kami mendapat petunjuk dari Allah, agar Ziyad mulai mengajarkan Al-Qur’an. Jadilah kesibukan Ziyad dari setoran Al-Qur’an ke syaikh, belajar SMA, kuliah bahasa Arab juga mengajar Al-Qur’an ke sekitar 20 anak. Alhamdulillah.
Akhir Oktober 2024, Ziyad selesai menyetorkan 30 juz hafalannya ke syaikh Abdurrozaq Al Limbarki dan mendapatkan syahadah dari beliau hafidzahullah. Sejak November 2024 sampai sekarang, Ziyad sedang melalui proses setoran untuk mengambil sanad Al-Qur’an.
Ini adalah gambaran ringkas perjalanan Ziyad melalui pendidikan homeschooling mandiri di rumah.
Kabar Gembira untuk Bu Tuti
Melihat dari perjalanan homeschooling Ziyad, alhamdulillah, Allah memberi kemudahan kepada kami. Kemudian Allah memberi kemudahan lewat jalan Bu Tuti. Banyak bantuan dan dukungan yang beliau berikan di saat kami sangat memerlukannya dan bahkan di waktu yang sudah mepet-mepet. Di setiap tahapan, beliau membantu dan “menyambut” saat kami memerlukan bantuan untuk kembali ke PKBM beliau. Mulai dari SD yang sudah mepet ujian semester, saat SMP padahal kami sudah pamitan, dan juga SMA saat kami mengeluarkan Ziyad dari pondok.
Maka ketika mendapat kabar Ziyad lulus SNBT, orang yang aku ingat dan aku sampaikan berita gembira ini adalah Bu Tuti. Allah menyukai jika kita tidak melupakan kebaikan-kebaikan dari seseorang. Semoga Allah memanjangkan umur Bu Tuti dalam ketaatan dan memberikahi usia beliau.
Lulus SNBT Jurusan Sastra Indonesia
Untuk cerita bagaimana akhirnya sampai di keputusan memilih jurusan sastra Indonesia, insya Allah aku cerita di tulisan tersendiri.
cizkah
Jogja, 9 Juni 2025