Damai

Lagi banyak merenung lagi.

Kemarin lihat-lihat google photos karena lagi ada yang dicari di sana.

Tapi aku jadi melihat satu sisi gimana perjalanan kami sebagai sebuah keluarga. Dari anak-anak kecil. Rumah yang berantakan dan hal-hal “biasa” yang pas dilihat itu semuanya bisa diingat berbagai perjuangan dan kenangan.

Kehidupan tanpa didonimasi social media – yang waktu dulu baru ada facebook, dan cuma sebentar akhirnya aku tinggalkan karena sangat merasa gak mendapat manfaat dari sana -.

Sampai aku berusaha ingat, kapan sih mulai ada story di instagram.

Yang jelas, waktu aku melalui perjuangan melahirkan kembar, bagaimana berjuang di ruang bayi untuk menyusui mereka yang masih di inkubator. Itu ga ada di story.

Yang kalau dipikir-pikir, mungkin kalau aku udah “rajin” bikin story kaya 3 tahun terakhir sejak pandemi, aku bakal bikin story di sana. Karena di sana ,rasanya akan ada banyak cerita yang dibagikan.

Tapi, kalau dipikir, pada saat itu aku gak bikin story, aku malah bersyukur. Aku bisa fokus pada apa yang aku lalui pada saat itu.

Mungkin kalau aku bikin story, aku akan mendapat teman ngobrol atau ucapan-ucapan yang mensupport atau bahkan pertanyaan-pertanyaan terkait kembar.

Tapi sebenarnya yang paling aku butuhkan adalah pertolongan Allah, kemudian fokus dengan para bayi dan istirahat yang cukup.

Ini cuma salah satu kejadian yang belum pernah aku bagikan baik di tulisan maupun di story.

Yang aku lihat dan aku simpulkan, kehidupan pada saat itu…damai insya Allah.

Aku jadi merenungi apa yang telah aku lalui selama tiga tahun terakhir ini. Apa yang harus aku perbaiki dan aku perlu kelola lagi. Walau rasanya sebenarnya aku sudah sangat berusaha mengelolanya insya Allah.

Semoga Allah memberi petunjuk ke hatiku.

cizkah
13 Januari 2023

Leave a Reply