Palestina #1

Akhir-akhir ini, merasa perlu untuk menyendiri dan banyak merenung lagi.

Terus terang, hatiku rasanya luluh lantak. Serba salah dan merasa bersalah. Gak tega. Gak bisa berpikir untuk gimana baiknya untuk menepis rasa sedih ini.

Waktu melihat salah satu video rekaman dari Palestina, seorang ibu yang sebenarnya juga terluka menghampiri jenazah anak perempuannya, kemudian memanggil “Habibati…habibati…”

Kemudian meminta agar ia bisa memeluk anak perempuannya yang telah meninggal itu, aku rasanya gak ingin melihat video itu lagi.

Kenyataannya, aku melihat lagi.

Dengan seksama.

Melihat dari ujung rambut, luka-luka, sampai ujung kaki jenazah sang anak.
Merasakan kepedihan sang ibu yang memeluk anaknya.

Hatiku terganggu. Tapi gak berdaya.

Aku kembali uninstall instagram setelah menyelesaikan urusanku di instagram.

Beberapa saat, aku banyak diam sambil meneruskan pekerjaanku di meja kerjaku. Sampai akhirnya Abang duduk dekat aku. Akhirnya aku utarakan rasa dihatiku, “Bang, aku ga kuat Bang lihat video-video Palestin.”

Kemudian jatuh tangis tersedu-sedu. Dilihat oleh Luma dan kembar.

Ternyata itu bukan yang terakhir. Hari-hari berikutnya, anak-anak berikutnya yang jadi korban. Kepedihan dan kesedihan yang tak henti-henti.

Tangis yang selalu muncul tapi berusaha aku tahan karena ada Mama di rumah. Khawatir Mama berpikir lain dan mengira aku sedih terkait kehadiran beliau.

Hari-hari selama Mama di rumah, aku hanya mengakses instagram dari browser untuk menjawab dm yang masuk. Alhamdulillah jadi bisa lebih fokus.

Selain itu, aku membuka-buka lagi buka, bab ayat-ayat di Al-Qur’an tentang perang. Aku juga membuka-buka buku ensiklopedia tentang Palestina yang kami beli saat masih Corona kemarin di tahun 2021.

Allah beri petunjuk juga saat mendengarkan kajian umum tentang berprasangka baik kepada Allah yang dijelaskan ust Firanda. Walaupun kajian ust Firanda gak berkaitan tentang perang atau Palestina, tapi semuanya saling berkait. Tauhid, keimanan, ilmu tentang din semuanya saling terkait.

Aku berusaha mengingat bagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam saat kehilangan orang-orang yang dicintainya karena perang. Gimana kehilangan pamannya Hamzah saat perang Uhud. Gimana kehilangan orang-orang yang dicintai sekaligus saat perang Mu’tah. Zaid, Ja’far, dan Abdullah bin Rawahah.

Waktu membaca ayat-ayat tentang perang di Al-Qur’an, aku menemukan jawaban yang sebenarnya menenangkan. Ternyata…mereka memang diberi keutamaan oleh Allah.

Berprasangka Baik kepada Allah

Di balik rasa pedih yang sangat, kita harus berprasangka baik kepada Allah. Melihat kepedihan dan kekejaman yang terjadi, kita bisa lupa dengan hal ini.

Kita mendoakan pertolongan Allah untuk saudara kita di Palestina.

Kita mendoakan kebinasaan buat Yahudi.

Namun kita tetap berprasangka baik karena takdir yang terjadi ini adalah yang terbaik dari Allah. Takdir yang Allah tentukan untuk tiap keluarga adalah yang terbaik untuk mereka. Kenapa? Jawabannya ada di poin selanjutnya.

Dengan beprasangka baik, kita juga tidak berputus asa. Kita juga yakin Allah akan membalas seluruh perbuatan mereka. Yang paling membahagiakan, mereka bisa semena-mena di dunia, tapi tempat kembali mereka adalah seburuk-buruk tempat kembali. Na’udzu billah min dzalik.

Lihat bagaimana Nabi Musa dan kaumnya. Di hadapannya laut, di belakangnya Fir’aun dan pasukannya mengejar.

Apakah itu akhir dari kehidupan mereka? Engga. Allah beri jalan keluar. Mudah, mudah bagi Allah.

Lihat bagaimana ketika Ya’juj dan Ma’juj keluar dari benteng yang di bangun Dzulqornain.

Nabi Isa MENYERAHKAN urusan Ya’juj dan Ma’juj ini kepada Allah. Meminta pertolongan Allah. Allah beri sejenis ulat, maka musnah semua makhluk yang punya sifat merusak itu.

Mudah, mudah bagi Allah.

Takdir Terbaik dari Allah

Apa yang terjadi sunatullah. Kenyataannya, yang meninggal adalah syahid.

Yang kita lihat di dunia adalah darah dan kesedihan.

Namun, Allah jelaskan. diayat-ayatnya, bahwa orang-orang yang meninggal syahid, mereka hidup, mereka tenang, dan diberi rezeki oleh Allah.

Mereka berseri-seri menunggu orang-orang yang masih hidup yang mereka tinggalkan.

Mereka juga mendapat keutamaan karena memberi syafaat 70 keluarga yang ditinggalkan.

Kalau sudah begini, hati kita jadi bisa lebih paham, bahwa apa yang menurut kita baik ternyata bisa jadi keburukan dan apa yang kita kira buruk bisa jadi itu adalah kebaikan.

Ya Allah, berilah pertolongan-Mu untuk saudara kami di Palestina.

Ya Allah kuatkanlah mereka, berilah kesabaran berlimpah kepada mereka.

Ya Allah, kuatkanlah iman kami, bimbinglah kami agar terus berada di jalanmu.
Jadikanlah kalimat terakhir kami laa ilaaha illallah. Jadikanlah kami meninggal di jalan-Mu.

Mama di rumah antara tanggal 17-22 Oktober 2023.

Ditulis di Jogja, antara 17-25 Oktober 2023

Leave a Reply