Selama 13 tahun tinggal di kontrakan di kampung ini, ada salah satu kegiatan rutin pertemuan ibu-ibu RT untuk membahas berbagai hal. Kegiatan ini dilakukan bergiliran di beberapa rumah.
Bulan ini, giliran kelompok aku dan diadakan di rumah yang dekat sekali dengan kontrakan aku. Karena sistem pertemuan yang diubah sejak tahun 2022, yang datang hanya pengurus dan kelompok yang bertugas.
Secara gak sengaja, ternyata saat pertemuan ini, aku duduk dekat dengan pemilik rumah. Seorang ibu muda yang ketika aku duduk dekat dengannya sedang menghibur anaknya yang masih kecil.
Pada dasarnya, aku sudah mengenal sebagian besar ibu-ibu yang hadir. Sebagian besar adalah ibu-ibu yang sudah berusia dan penduduk asli kampung ini.
Tapi justru dengan pemilik rumah, baru kali ini aku bertemu dan tahu. Ini karena rumah tersebut termasuk baru ada beberapa tahun terakhir dan sistem pertemuan sebelumnya, biasanya satu RT berkumpul, jadi gak bisa terlalu intensif saing mengenal bahkan sesama anggota kelompok.
Setelah memperhatikan informasi dan pengumuman yang disampaikan bu Sita -bu RT- dan bu Heni – istri dari pengurus masjid, sampailah ke sesi pengumuman arisan bagi yang ikut arisan. Karena aku gak ikutan dan sudah ke acara akhir, aku memanfaatkan kesempatan ini untuk kenalan dengan pemilik rumah dan menanyakan tentang anaknya yang ternyata baru berusia 18 bulan.
Awalnya, mba Ica yang ternyata dosen farmasi di UII ini memanggil aku bu. Mungkin karena melihat aku bawa 3 anak. Percakapan dari mba Ica pun dibuka dengan menanyakan si kembar.
Akhirnya sampai ke bagian aku bilang, “Panggil mba Siska aja :)….Mba Ica usianya berapa?”
“28,” jawabnya.
“Oh… ” aku lagi tersenyum dan otak aku reflek menghitung jarak usia.
Aku yang lagi terdiam sejenam, mendapatkan pertanyaan balik, “Mba Siska berapa usianya?”
“Saya 41…”
Mba Ica langsung kaget, “Masa sih, Mba?”
Aku langsung ketawa. “Iya. Anak saya udah ada yang SMA.”
“Bener Mba?”
“Iya”, aku masih ketawa dan nanya, “Emang kenapaa?”
“Aku kira masih 20-an juga.”
Langsung ketawa lagi. Kalau seneng jelas lah ya. Wanita ya sukanya memang gitu kan. Tapi kayanya sampai dikira masih 20-an itu amazing banget masya Allah laa quwwata illa billah.
Nyampe rumah langsung ngaca hahaha.
Tapi kalau dipikir-pikir, perasaan mukaku lagi cukup kusut.
Tadi malam aku gak bisa tidur dan abis nangis super sesunggukan cukup lama karena mulai kangen banget sama Ziyad dan Thoriq. Abang yang terbangun dan melihat aku belum tidur terheran-heran. Aku yang sebenarnya sepanjang malam itu pingin bangunin Abang tapi gak enak, seneng banget pas Abang bangun. Waktu ditanya Abang “Kenapa”, yang aku lakuin cuma nangis, nangis dan nangis.
—
Ngaca lagi.
Jelas-jelas kantung mata hitam itu terlihat gak bisa ditutupin. Apalagi tadi aku gak pakai bedak atau blush on yang mungkin jadi membuat wajah terlihat lebih segar.
Ah…siapa sih kita? Kenapa harus fokus bahas hal ini?
Kalau dibilang muda, ya alhamduillah. Sebagaimana Abang pernah ngingetin aku, suatu ketika mengomentari, “Adek emang kelihatan masih muda ya.”
Waktu itu Abang mengingatkan bahwa sisi mudanya ini semoga berarti masih kuat untuk ibadah, untuk nuntut ilmu. Masih semangat.
Sore ini, aku makin sadar bahwa semuanya itu, ya karena karunia Allah.
Segala kenikmatan dan kelebihan yang kita miliki adalah karena karunia dari Allah
Min fadhlillah.
Bukan karena sebab-sebab yang kita upayakan semata. Yang pastinya lagi, bukan karena sebab-sebab yang bertentangan dengan syariat.
Kita ingat kisah Qorun. Dia memiliki harta yang berlimpah. Tapi dia menyandarkan keberhasilan itu kepada dirinya sendiri. Dia lupa, bahwa itu semua bisa ada di tangannya karena karunia dari Allah. Maka Allah bisa dengan mudah melenyapkan harta tersebut dalam waktu yang singkat.
Kalau seseorang merasa memiliki kelebihan di dirinya, maka yang paling penting diingat justru mengingat Allah. Bersyukur dengan karunia kelebihan itu dan bersyukur atas karunia itu, dengan lebih menguatkan diri dalam ketakwaan.
Bukannya malah lupa sama Allah dan mengatakan ini semua karena ini dan itu yang semuanya disandarkan ke dirinya sendiri. Karena bisa jadi, kelebihan itu Allah cabut dengan cara yang tidak disangka-sangka. Na’udzu billah. mindzalik.
مٌ مِّنَ الْكِتَابِ أَنَا آتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَن يَرْتَدَّ إِلَيْكَ طَرْفُكَ ۚ فَلَمَّا رَآهُ مُسْتَقِرًّا عِندَهُ قَالَ هَٰذَا مِن فَضْلِ رَبِّي لِيَبْلُوَنِي أَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ ۖ وَمَن شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ ۖ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّي غَنِيٌّ كَرِيمٌ
Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab: “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip”. Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: “Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia”. (QS. An-Naml: 400)
Semoga kita menjadi hamba yang selalu ingat kepada Allah. Tidak lupa kepada Allah yang kemudian menjadikan diri kita lupa pada hakekat diri kita sendiri sebenarnya diciptakan untuk apa.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنسَاهُمْ أَنفُسَهُمْ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik.
(QS. Al-Hasyr: 18-19)
Cizkah
Jogja 12 Februari 2023
Masya Allah.. Semoga kita termasuk orang yg bersyukur atas semua karunia Allah dan tidak menyandarkan pada diri kita sendiri.
[…] Haha…masih mending yang ini ya…kalau yang kemarin kan dikira 28 tahun 😀. […]