I Have My Past Away

Kemarin, aku terkejut dengan hadirnya sebuah komentar, dari seseorang di masa lalu. (Sayangnya tak dapat ku approve demi maslahatku sendiri). Tepatnya sekitar 7 tahun yang lalu. Aku hanya bertemu dengannya sekali, pada bulan Desember 2001 atau Januari 2002. Aku lupa waktu tepatnya, namun di sekitar 2 bulan itu. Aku mengingatnya karena aku dalam masa transisi dari pekerjaan lama sebagai operator warnet menjadi seorang designer graphics. Dari pekerjaan di daerah paling timur jakarta yaitu Bekasi, menuju ke daerah paling barat dari Jakarta, yaitu Bintaro.

Kembali… dia adalah seorang wanita, yang mungkin pernah terusik dengan kehadiranku di kehidupannya. Yang mengagumkan adalah dia tetap mengingatku, bahkan namaku setelah 7 tahun lamanya. Karena salah satu hal yang dianjurkan bagi seorang muslim untuk menghilangkan prasangka buruk saudaranya, maka ku tuliskan hal ini.

Aku memang memiliki masa lalu. Masa lalu yang tidak selalu baik. Namun tidak perlu kuceritakan apa saja yang tidak terlalu baik. Karena suatu kebodohan pula (kecuali untuk memberi ibroh [pelajaran] kepada orang lain), jika Allah telah menutupi aib pada diri seseorang, kemudian dia mengumbar-ngumbar sendiri aib tersebut. Dan salah satu kebaikan seorang muslim kepada muslim yang lainnya adalah menutupi ‘aib saudaranya, sehingga semoga di akherat nanti, Allah akan menutupiaibnya di hadapan seluruh makhluk.

Aku memang telah mengenakan jilbab sejak tahun 2000. Namun, pemakaian jilbab bukan berarti segala-galanya, saudariku. Bukan berarti aku adalah orang yang sangat paham agama atau syariat yang seharusnya aku jalankan. Jikapun aku tahu, aku hanya tahu sedikit, dan belum ada rasa takut, harap dan cinta yang benar kepada Allah dan Rasul-Nya. Aku memang belum mendapat hidayah saat itu. Sehingga seperti kabur antara hal yang baik dan buruk. Ditambah lagi teman dan lingkungan yang tidak mendukung akan hal itu, sehingga aku tidak paham apa tujuan hidup ini sebenarnya. Pemakaian jilbab hanyalah salah satu langkah kecil bagi seorang wanita dalam menjalankan syariat-Nya. Dan itupun harus dijaga keistiqomahannya.

Alhamdulillah,  kini aku telah menapaki hidup baru. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberi hidayah taufik-Nya padaku, sehingga aku tidak hanya merasakan nikmat lil islam, tapi juga nikmat fil islam, yaitu kesadaran untuk menjalankan syariâatnya dengan sesungguhnya dan dengan cara yang benar. Jilbabku tidak seperti dulu, bahkan saat ini hampir menutupi seluruh badanku.  Aku juga tidak sembarangan berkomunikasi dengan seorang laki-laki. Bahkan para tamu laki-laki yang masuk pun berada di balik hijab bersama suamiku, sehingga aku tidak melihat mereka.

Itulah sedikit yang bisa kuceritakan, perubahan yang ada pada diriku setelah 7 tahun. Alhamdulillah, inilah yang aku cari selama ini. Akhirnya aku menyadari bahwa tujuan hidup ini yang paling mendasar adalah beribadah kepada Allah. Wa maa kholaqtu jinna wal insan illa liyaâ’buduun... “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia, melainkan agar beribadah kepadaku.”

Dengan kesadaran itulah kebahagiaan akan hidup ini benar-benar terasa membahagiakan, insya Allah, karena kalau tidak, kita mungkin tidak akan pernah bahagia, karena biasanya kebahagiaan manusia diidentikkan dengan kebahagiaan dunia yang semu, kesukesan materi, kedudukan, pekerjaan dan lainnya.

Jadi, mungkin ini sekaligus perkenalan baru kita dengan seorang Cizkah yang baru. Cizkah yang telah melompat dari kehidupan yang satu menuju kehidupan yang lainnya, berusaha meraih kehidupan yang lebih baik, di dunia dan akhirat insya Allah.

Semoga Allah tetap memberi keistiqomahan itu padaku, dan memberi hidayah taufik itu pula padamu saudariku. Aaamiin.

 

Buku Menata Hati
Buku Menata Hati [versi cetak]
E-Book Menata Hati di Play Books

Comments are closed.