Aku beberapa kali cerita tentang kakak pertamaku yang tinggal di Belanda. Hari Jumat ba’da Subuh, aku baca pesan yang sangat mengejutkan. Perasaan dan pikiran langsung gak enak banget.
Sebenarnya tadinya aku udah semangat mau nyelesein bahasan stationary yang niatnya diselipin bahasan Al-Qur’an dulu. Karena udah hari Jumat biasanya agak lebih lowong insya Allah.
Semuanya buyar.
Di dalam pikiran dan perasaanku, aku ikut sedih banget, tapi juga sedihnya nambah karena jauh banget dan gak bisa berbuat apapun selain doa.
Dulu sekali, pas masih kuliah, aku juga pernah dapat kabar mengejutkan tentang kakak pertamaku ini. Waktu itu aku lagi KKN. Di tempat KKN, sepanjang hari itu aku nangis dan nangis.
Sama seperti sekarang, aku juga waktu itu merasa gak berdaya. Mengkhawatirkan keadaan Mas yang gak bisa aku jangkau.
Aku gak bisa cerita detil apa hal yang menimpa Mas-ku ini. Aku ngerasa Mas-ku dikasih ujian yang luar biasa sama Allah yang aku gak sangka bisa menimpa keluarga kami yang apalah. Keluarga biasa-biasa aja. Gak macem-macem insya Allah.
Kejadian pertama, Mas-ku harus sabar dengan cobaan karena fitnah. Tapi yang merasakan berat dan susahnya bukan cuma Mas, tapi juga melibatkan Mama Papa. Waktu dengar kabar dari adikku, adikku cerita gimana Mama juga menangis. Aku bisa membayangkan menangisnya sangat keras karena cobaan itu benar-benar seperti gak mungkin terjadi. Sebuah fitnah yang sungguh jahat.
Karena kejadian yang cukup berat itu pulalah, Mas-ku sepertinya ga ingin tinggal lagi di Indonesia. Terlalu traumatis apalagi jika bertemu dengan teman-teman yang bisa jadi dialah yang membuat fitnah besar itu.
Di Belanda, dia menjadi pekerja seperti pada umumnya kita semua bekerja. Membentuk keluarga dengan keluarga keturunan Arab yang sudah lama tinggal dan memang warga negara Belanda. Memiliki dua anak perempuan yang sekarang baru memasuki usia SMA dan SMP.
Insya Allah dia sangat berusaha menjadi ayah dan suami yang baik. Alhamdulillah sejak kejadian yang pertama, Mas-ku udah berusaha sedikit-sedikit belajar dan menjalani Islam. Sudah mengenal dakwah salaf walau belum bisa menjalankan sepenuhnya. Terakhir Mas ke Indonesia waktu dengar Papa kondisinya makin parah. Mas Lyno belum ke Indonesia lagi sejak itu karena ada pandemi dan kondisi anak-anak yang makin besar dengan berbagai kesibukannya. Jadi aku udah 6 tahun gak ketemu.
Tapi tahun ini, Mas-ku happy banget. Setelah kurang lebih 18 tahun tinggal di sana, Mama dan adikku serta istrinya tahun ini bisa berkunjung ke Belanda. Mas seneng banget bisa ketemu Mama. Pas Mama balik ke Indonesia, semua yang berkaitan Mama di foto dan disend ke grup keluarga. Tempat Mama biasa duduk, tempat Mama sarapan. Handuk Mama bahkan gak dicuci biar masih bisa cium bau Mama. Mas insya Allah sangat berusaha juga jadi anak yang berbakti.
Waktu Mama pulang, aku bahkan dapat oleh-oleh french khimar dan sirwal dari Mas. Aku pikir itu oleh-oleh yang dibeli waktu Mas umroh (ini juga ada ceritanya karena berkaitan dengan Mama). Ternyata itu bukan dibeli pas umroh. Ketahuannya karena ada label di french khimar dan sirwalnya, bertuliskan made in French. Aku sendiri cukup heran karena ternyata Perancis yang di media-media ngelarang dan sungguh ketat dengan “jilbab” apalagi “cadar” bisa ada yang produksi ini. Masya Allah.
Balik lagi ke Mas. Yang tambah bikin sedih adalah aku gak bisa membayangkan kesedihan Mama kali ini. Mama yang udah umur 70 tahun. Aku aja yang saudaranya sedih dan sering muncul pikiran sedih ini di aktivitas harian, apalagi Mama, ibu-nya.
Tapi Mama belum tahu. Mas berpesan untuk gak cerita ke Mama.
Mas insya Allah ke Indonesia setelah lebaran ini untuk menceritakan musibah yang menimpanya. Sebenarnya sama. Mas sepertinya terkena fitnah. Mendengar voice note ketika membalas pesan dari Abang yang berusaha menguatkan, aku tahu Mas menahan tangis atau bahkan sudah menangis. Aku jadi tambah sedih.
Insya Allah kemungkinan pekan depan Mama bakal datang. Ini yang juga bikin aku berat karena pas juga bertepatan Mama pas lagi berkunjung ke tempat Mba yang di Surabaya yang memang biasanya dilanjutkan ke aku di Jogja. Rasanya berat karena harus menahan cerita ini.
Jadi bertepatan dengan kejadian ini, aku juga sedang menyiapkan hal-hal sebelum Mama datang. Penataan rumah dan lain-lain agar semuanya bisa lebih nyaman insya Allah. Karena Mama akan menempati kamar yang biasa aku pakai dengan Abang. Sepekan kemarin, anak-anak juga baru aja melalui ujian semester. Biasanya, kalau anak-anak ujian, jadwalku lebih padat lagi karena ada hal yang harus dilakukan –yaitu ujian itu sendiri-. Jadi ritme kegiatan gak seperti biasanya.
Ya Allah mudahkanlah urusan Mas-ku. Berilah pertolongan padanya. Kuatkanlah dia dan beri kesabaran yang berlimpah untuknya.
cizkah
9 Desember 2024