Senin 18 Februari 2018, kami dapat pengalaman (ujian) baru lagi. Ini kejadian berarti sekitar 10 hari setelah Kholid terakhir di ambil darahnya.
Gelas keramik yang cukup tebal, pecah pas dekat Kholid. Ketika dia mulai menangis, baru kami sadar kalau darah mulai mengalir dari kakinya.
Seperti biasa, kami langsung memberikan minyak habbatussauda sebagai bagian dari pertolongan pertama pada luka. Insya Allah lukanya tidak akan separah kalau tidak dikasih habbatussauda.
Waktu itu, yang juga segera dilakukan adalah menutup luka tersebut dengan hansaplast yang digabung-gabung. Karena posisinya tepat di mata kaki.
Sesiangan itu, kadang Kholid menangis. Sepertinya nyeri pada kakinya terasa. Gak lama kemudian tangisnya reda, main lagi seperti biasa.
Akhirnya menjelang sore, Abang pulang setelah membeli perban, plester dan pernik kesehatan lainnya pendukung untuk mengobati luka Kholid. Dalam pikiran kami, masih bisa diatasi dirumah.
Aku bujuk Kholid saat mau membuka hansaplast di kakinya.
Ternyata setelah dibuka, penampakannya seperti ini.
hitam di sekelilingnya bekas hansplast
Uuu…ngilu banget ya. Alhamdulillah darah gak ada yang keluar sama sekali. Kering kondisinya. Aku bilang ke Abang, ini mesti dijahit nih.
Akhirnya konsul ke group wa dokter anak yang lokasinya dekat rumah. Dokter Muzayannah (bukan dokter muzayyanah yang spesialis kandungan ya) biasanya praktek sore hari di rumahnya. Aku tanya apakah bisa ke beliau untuk pengobatan luka Kholid ini. Aku sertakan fotonya dan aku nyatakan juga sepertinya butuh dijahit.
Ternyata dijawab oleh dokter supaya dibawa ke rumah sakit. Supaya bisa ditangani lebih lanjut.
Ada salah satu anggota grup dokter anak yang juga tetangga aku langsung PM aku. “Di bawa ke Sakina Idaman aja mba. Biasanya di TK kalau ada apa-apa langsung di bawa ke sana.” Beliau memang pengajar TK.
Akhirnya kami siap-siap berangkat ke sana. Hanya Handzolah yang ikut. Luma seperti biasa mau ditinggal di rumah bersama kakak-kakaknya.
Kami langsung ke bagian UGD Sakina. Setelah mendaftar, kami menunggu di ruangan tindakan. Aku tetap menggendong Kholid. Abang menggendong Handzolah. Seorang perawat menghampiri dan membuka perban sementara Kholid. Daerah kehitaman bekas lem hansaplast dibersihkan.
Gak lama akhirnya dokter datang dan melihat. “Oiya, lebar ya. Gpp ya dijahit.” Aku bilang gpp, memang tujuannya biar dijahit insya Allah.
Supaya nyaman, aku meletakkan bantal di pangkuanku dan meletakkan kaki Kholid di atas bantal tersebut. Saat itu perawat dan dokter yang menangani Kholid keduanya laki-laki.
Waktu dibius di daerah luka, jelas Kholid nangis kencang. Iyalah, itu jarum trus kena bagian yang menganga. Sakit bangett. Pinginnya ikutan nangis. Tapi yang keluar dari aku cuma suara menghibur ke Kholid sambil memeluknya. Mencium-cium mukanya. Mengelus mukanya. Meyakinkan dia insya Allah gpp, biar gak sakit pas dijahit. Nanti gak sakit lagi.
Waktu dijahit, Kholid sudah tidak menangis seperti saat dibius. Aku merhatiin banget saat dokter jahit Kholid. Jarum yang dipakai jarum lengkung. Jarum ditancapkan cukup dalam di daerah pinggir-pinggir luka. Satu jahitan selesai, dikunci, digunting. Jahit lagi…sampai akhirnya tiga jahitan. Setelah itu dioles dengan betadine.
Alhamdulillah…selesai. Dokter dan perawat meninggalkan kami sebentar.
Saat kembali, luka Kholid diberi perban. Diberi pesan agar tidak kena air. Kontrol lagi 3 hari. Terserah nanti kontrolnya tetap ke RS Sakina atau ke puskesmas atau ke dokter umum lainnya. Insya Allah semua prosedurnya sama. Kemunginan sepuluh hari bisa diambil jahitannya. Tapi dilihat kondisinya nanti.
Setelah dijahit, keesokan harinya Kholid sudah beraktifitas seperti biasa. Sepertinya malah udah nyaman banget karena sudah dijahit ya. Kalau gak dijahit pasti malah nyeri-nyeri karena ada bagian kulit yang terbuka dan ketarik. Bercanda sama Handzolah dan Luma asyik aja. Dia udah reflek memposisikan kakinya supaya gak tertekan saat duduk.
Qodarullah, pas hari ketiga, gak berhasil berangkat untuk kontrol. Lupa sebabnya. Pas hari keempat, udah siap-siap. Kedengaran geledek gede banget. Hujan sudah mulai turun. Akhirnya konsul ke dokter Ika (istri dokter Hafidz), sebaiknya gimana. Aku kasih fotonya kondisi jahitan terkini (setelah dibuka perbannya).
Alhamdulillah jahitan bagus, kering (benar-benar gak kena air soalnya selama 3 hari. Mandi cuma dilap-lap).
Bisa diganti sendiri dulu asal ada perban, betadine dan plester. Alhamdulillah semua udah ada.
Akhirnya besok-besoknya, hampir tiap hari kami ganti perban Kholid. Karena walau kakinya sudah diangkat ke bagian ubin yang tinggi, tetap ada percikan air kalau aku memandikan krucil tiga orang bareng-bareng.
Tadinya, anggapan Abang, itu benang bakal kering, baru kita ke dokter lagi. Ternyata pas terakhir-terakhir ganti perban, jahitannya kelihatan agak basah. Sepertinya itu karena kami telat gantiin perban Kholid dari kondisi perban dia yang basah habis mandi. Akhirnya dua hari terakhir sebelum ke RS, aku balik lagi ke cara lama. Cuma di lap-lap aja badannya. Dan berusaha memandikan dia sendiri gak bareng dengan Handzolah dan Luma. Biar benar-benar kering lagi seperti sebelumnya.
Alhamdulillah ketika akhirnya kami ke RS, saat perban dibuka, kondisi jahitan benar-benar kering seperti di awal-awal.
Karena sudah lewat dari 10 hari, dokter memutuskan mencabut semua benangnnya. Kondisi luka Kholid juga sudah menutup rapat alhamdulillah.
Kholid sepertinya mulai agak trauma ke rumah sakit. Mungkin karena waktunya berdekatan banget sih ya semua kejadian ini. Abis disuntik ambil darah 2x, sekarang dijahit pula. Pas baru jalan ke arah daftar antrian, Kholid udah nangis duluan. Pas dokter belum ngapa-ngapain, baru buka perban, dia juga nangis. Kasihan anak Ummi. Ingetnya nanti bakal sakit ya.
Alhamdulillah abis diambil semua benangnya, dokter bilang sudah bisa dibuka perbannya besoknya dan udah bisa kena air.
Alhamdulillah semua kembali sehat sekarang.
cizkah