Masih Kecil tapi Menyiksa Binatang

Baruu aja kemarin ngetik tentang pikiran atau kekhawatiran aku tentang sesuatu terjadi sama Shikaido (ini nama yang ngasih Luma, tapi aku seringnya sebut Skido karena aku lebih mudah melafalin). Ternyata sore ini dengar kabar tidak mengenakkan.

Sebenarnya, ceritanya ga mulai dari sini. Sebenarnya lagi, dari kemarin aku mau cerita tentang kembar dan Luma yang mulai bermain dengan anak-anak di kampung sini dengan lebih intensif. Biasanya ketika mereka main di sore hari, lebih ke mereka yang main bertiga dan kemudian sekadarnya aja bertemu sebentar-sebentar di antara anak-anak itu. Gak sampe intensif main bareng.

Insya Allah aku bahas di postingan lain. Semoga Allah mudahkan.

Di sini aku mau cerita khusus masalah ini karena beneran menyesakkan dada banget dan bikin waspada.

Alhamdulillah aku sempat cerita tentang kucing-kucing di rumah di postingan ini

Kalau dipikir-pikir, kenapa juga ya aku cerita tentang kucing. Tapi emang begitu, cerita tentang kucing itu bagian dari hal obrolan dan hal yang rutin muncul di kehidupan.

Kemarin, seharian Skido ga muncul. Aku udah langsung, “Kalau udah gak muncul gini biasanya mati.”

Masalahnya, yang bikin kepikiran adalah, mati kenapa? Karena dari kemarin baik-baik aja masih dikasih makan.

Kenapa kepikiran?

Aku cerita dulu kondisi kucing-kucing kami yah. Mereka itu tinggal di halaman rumah. Mereka dibawa ke rumah kondisi ditemukan anak-anak di kardus dan masih kecil-kecil di area pepohonan di dekat rumah kami . Pas mereka masih kecil-kecil, mereka masih tinggal di garasi dan ada waktu mereka boleh masuk rumah. Kalau pas gerimis atau hujan apalagi. Bahkan kalau mereka kena gerimis, beberapa kali kami hair dryer biar gak sakit.

Semakin besar, mereka dilatih tinggal di halaman. Sengaja supaya tetap sesuai fitrahnya sebagai binatang yang bisa mencari makanan sendiri dan gak tergantung sama kami (kalau-kalau kami pergi atau apa). Di sisi lain juga untuk menjaga rumah dari sisi gak najis dan kesehatan. Sesekali masih boleh masuk rumah.

Sampai suatu hari, Abang dapat kabar langsung dari takmir masjid kami yang selama beberapa waktu gak kelihatan. Ternyata habis opname. Diagnosa dokter terkena toksoplasma. Ada benjolan di kepalanya. Pas kondisi dia cerita juga badannya masih panas, masih pusing dan lemah. Disitulah Abang tegas ke anak-anak untuk gak bolehin kucingnya masuk rumah. Waktu itu yang ada adalah Boni, Kibi, Kuro dan Shiro.

Suatu hari Shiro tiba-tiba gak ada. Beberapa hari kemudian, muncullah Skido yang kemudian akhirnya ikut tinggal di halaman dan secara otomatis seperti jadi kucing kami selanjutnya yang dikasih makan. Skido, secara postur masih kecil banget, masih suka nenen bahkan sama Kibi, padahal Kibi jantan.

Karena ada kucing-kucing menggemaskan di halaman, ada anak-anak yang suka mampir dan bermain bersama kucing-kucing kami.

Anak Perempuan

Yang menyedihkan adalah, tiga hari sebelumnya kami dapati ada anak perempuan yang cenderung seperti mempermainkan Skido dengan tanpa rasa kasih sayang. Waktu itu kami sedang makan siang. Kami bisa melihat ke halaman sedangkan yang di luar gak bisa ke dalam.

Abang yang pertama kali lihat langsung menegur dari dalam, “Eeh..jangan disiksa kucingnya. Di sayang.”

Abang praktekin si anak megang perutnya diangkat ke atas sambil digoyang-goyang keras.

Pas Abang lagi ngomongin kaya gitu aku kan langsung nengok (posisi aku membelakangi polycarbonatenya). Pas si anak lagi naro Skido di perosotan depan rumah dibikin meluncur.

Langsung aku nasehatin cepat dan singkat supaya jangan disakiti kucingnya. Udah sampe lupa aku ngomong apa tepatnya karena udah langsung kaget dengan tindakan dia selanjutnya.

Skido sampai di tanah terus ditendang!

Aku langsung tegur, “EEEhhh Kok ditendaang…jangan ditendang kucingnya.”

Pas aku ngomong gitu dia berlari cepat (bisa dibilang kabur) ke arah rumahnya.

Kata Abang, “Dia kesel itu Adek ingetin jadinya dilampiasin itu.” Maksudnya si anak perempuan kesel karena aku nasehatin supaya jangan disakiti kucingnya.

Karena kejadian gitu, Thoriq jadi cerita juga keheranan dia sehari sebelumnya. Dan aku sebenarnya juga lihat pas Thoriq lagi melihat si anak perempuan yang ke posisi di depan pintu garasi. Di situ ada wadah baskom yang isinya air untuk minum para kucing dan para ayam.

Skido ini, sering kali kami dapati lehernya basah. Karena baru melihat kejadian itu, Thoriq jadi mengambil kesimpulan,

“Oh..Mi, mungkin Skaido basah itu diceburin ke air. Makanya kemarin kan dia ke situ.”

Nah iya…aku udah pernah ngomong juga pas awal-awal Skido di rumah dan leher atau badannya sering basah. “Takutnya diapain gitu sama anak-anak.”

Anak Laki-Laki

Kirain udah ya, hal yang terjadi di depan mata udah bikin kami cukup mengelus dada “Kok bisa.” Sebenarnya ada cerita di belakang layar dari sisi keluarga juga, tapi gak bisa aku ceritain di sini.

Sore hari tadi, dapat cerita dari kembar yang sebenarnya sudah mulai aku batasi main. Mereka cerita karena pulang dari sholat ashar bertemu dengan anak-anak laki-laki yang sholat di masjid.

Mereka cerita kalau salah satu anak cerita bahwa kemarin, kita sebut saja B, mengubur hidup-hidup Skido. Ditusuk-tusuk pakai kayu. Terus dibuang ke sungai. Bahkan katanya direkam ada videonya.

Ya Allah ya Robbi…

Boni, Kibi dan Kuro fisiknya sudah seperti kucing besar. Sedangkan Skido masih kecil banget dan lemah karena betina. Jadi kalau kemudian digendong atau di”permainkan” memang belum bisa memberontak.

Kembar cerita kalau mereka udah bilang ke anak-anak tersebut kalau nyiksa binatang bisa masuk neraka.

Aku sama Abang sampe malam masih bahas ini di sela-sela pembicaraan kami. Kami seperti connecting the dots beberapa hal terkait kucing yang silih berganti 2 tahun terakhir.

Kejadian Billi yang awalnya muncul karena udah sekarat dan kemungkinan disiksa sama anak-anak. Ketika akhirnya sudah sehat, hanya selang 2-3 bulan, tiba-tiba Billi hilang. Hilang begitu saja. Padahal dia kucing yang menggemaskan. Kami pikir mungkin ada yang ambil. Tapi karena kejadian ini, aku jadi ragu.

Yang sedih, aku mikir kalau kemungkinan Shiro juga mengalami nasib yang sama. Shiro itu, waktu pertama kali datang adalah kucing yang sangat penakut dan memang dia yang paling lemah di antara lainnya. Waktu pertama kali datang, dia sempat sembunyi lama di pojok kebun. Aku yang penasaran karena anak-anak bilang ada 4 kucing, akhirnya nyari ke kebun belakang malam-malam. Ternyata beneran ada dan lagi mojoook banget di sudut. Waktu itu langsung aku bawa masuk rumah.

Dan tau gak, kejadian Billi yang sekarat itu, yang bawa adalah A, kakak dari B. Ceritanya tentang Billi ada di postingan yang ini:

Dari kemarin-kemarin, aku sudah larang anak-anak untuk bergaul dengan anak ini. Ada hal lainnya yang bikin aku larang banget mereka. Ceritanya di tempat yang lain ya. Waspada banget pokoknya.

Abang sempat ngomong tadi malam, tentang anak-anak yang menyiksa binatang.

Tadi aku jadi search tentang ini. Sebab-sebab seorang anak menyiksa binatang itu salah satunya karena dia ingin merasakan power. Dan…ini sesuai banget sama yang terjadi dengan si anak. Tapi aku gak perpanjang tulisan ini. Mungkin nanti bisa aku bahas insya Allah ketika aku cerita tentang pengaruh anak-anak main dengan teman-teman barunya ini.

Duh jadi keinget, Thoriq pernah kena fitnah nyiksa binatang. Waktu itu ada kejadian ada anak-anak ayam yang mati disiksa. Thoriq jadi salah satu anak yang dituduh. Pas Thoriq difitnah itu, alhamdulillah ada tetangga yang menepis tuduhan itu dan bersaksi bahwa Thoriq gak termasuk yang melakukan. Bahkan anak-anak yang melakukan pun juga udah ngomong Thoriq gak ikutan. Thoriq waktu itu lagi keluar sebentar aku suruh belanja ke warung yang berdekatan atau di area dengan kejadian anak-anak yang melakukan itu. Kejadiannya awal tahun 2020 pas bertepatan sebelum corona. Inget banget. Waktu itu, karena fitnah itu, kami larang Thoriq main. Supaya gak menguatkan tuduhan karena main dan bergaul dengan anak-anak yang sebenarnya yang melakukan itu. Alhamdulillah malah setelah itu corona, jadi memang gak keluar-keluar rumah.

Sempat ada salah satu tetangga sekitar setahunan yang lalu minta maaf ke Abang terkait masalah ini. Dalam arti dia merasa bersalah karena Thoriq jadi tertuduh.

Awal tahun 2020 itu anak-anak masih kecil-kecil ya. Thoriq baru awal 9 tahun. Ziyad juga 13 tahun belum selesai hafal Al-Qur’an. Fulan yang minta maaf ini waktu itu belum menikah. Baru menikah ketika tahun pertama corona. Seiring perjalanan waktu, alhamdulillah insya Allah, Allah beri kejelasan kepada Fulan terkait anak-anak atau keluarga kami.

Seorang penyair berkata:

سل الأرض فقل: من شق أنهارك، وغرس أشجارك، وجنى ثمارك؟

فإن لم تجبك حوارا، أجابتك اعتبارا

“Tanyakan kepada bumi: siapa yang membelah sungai-sungaimu, menanam pohon-pohonmu, dan memetik buah-buahanmu?
Jika tidak menjawabmu dengan kata-kata, ia akan menjawabmu dengan bukti.”

وأما النصبة فهي الحال الناطقة بغير اللفظ

 “An-Nashbah” adalah keadaan yang berbicara tanpa kata, dan menunjuk tanpa tangan.

Aku catat di sini, untuk jadi pelajaran bersama bahwa dari hal-hal seperti ini, kita memang harus tegas memilihkan teman untuk anak-anak kita.

Semoga Allah memberi kelembutan ke kita dan anak-anak keturunan kita.

cizkah
Jogja, 17 Juli 2024

Buku Menata Hati
Buku Menata Hati [versi cetak]
E-Book Menata Hati di Play Books

Leave a Reply