Waktu kecil, aku sering merasa tidak bisa mengungkapkan keinginanku. Tidak bisa mengutarakan alasanku. Atau bahkan tidak bisa menyuarakan apa kata hatiku. Sampai akhirnya terbersit keinginan untuk mencatat apa yang ada di otakku. Alasannya, supaya nanti kalau aku punya anak, anakku tidak mengalami hal yang sama. Aku ingin aku mengerti anakku. Aku khawatir kalau aku lupa, bagaimana rasanya di posisi anak.
Sayangnya, ide itu gak aku wujudkan. Cuma beberapa kali muncul setiap kali ada rasa sesak di dada yang tak bisa diungkapkan saat Mama atau Papa memarahi atau melakukan sesuatu yang tidak sesuai kata hatiku.
Masa kecil, dewasa, orang tua, dan masa tua memang seperti ada wilayah di otak (atau hati?) yang punya cita rasa sudut pandang tersendiri, memorinya sendiri dan pengambilan kebijakan sendiri. Yang ketika telah lewat masanya, seperti seakan tak bisa dikembalikan lagi. Sudah habis terkikis bersama umur yang bertambah.