Seperti pernah aku ceritakan, teman laki-laki Ziyad di lingkungan sini sedikit. Itupun usianya sudah lebih tua dari Ziyad. Beda usianya antara 2-3 tahun. Kami pindah ke kontrakan ini ketika Ziyad berumur 2 tahun 9 bulanan. Dan anak-anak sepermainan itu sudah masuk TK, bahkan ada yang sudah kelas 1 SD.
Hasilnya, saat mereka bermain bersama, pembicaraannya kurang nyambung. Dan sepertinya mereka malas berbicara dengan anak kecil yang belum “setaraf” dengan mereka.
Alhamdulillah, seiring waktu, Ziyad bertambah umurnya. Dan masuk pada range tahapan berpikir yang kurang lebih setaraf. Sayangnya waktu belajar anak-anak yang usia SD kebanyakan sampai sore. Jadi memang jarang bisa bertemu main dengan Ziyad. Pas kebetulan juga Ziyad masih ikut sekolah.
Saat kemarin Ziyad dihentikan aktifisan sekolah di luar rumah, bertepatan dengan waktu ujian anak usia SD. Sehingga 2 anak laki-laki yang dekat dengan rumah kami sering pulang cepat. Mereka bermain bersama. Seperti biasa, Ziyad senang sekali kalau ada yang main di rumah. Dia akan sibuk membuat mereka betah di rumah. Diberi makan. Mengeluarkan semua mainannya. Dan seterusnya.
Suatu siang, Ziyad bermain di teras rumah dengan salah satu anak yang bernama Hudza (sepertinya nama panjangnya Hudzaifah). Mereka bermain panah-panahan. Panah tersebut ternyata tak sengaja terkena muka Ziyad. Aku di dalam, sibuk mengerjakan pekerjaanku sendiri.
Aku mendengar Hudza minta maaf pada Ziyad. “Maaf ya…Maaf ya…” “Sakit ya? Maaf ya.”
Ziyad masih diam. Aku sempat melihat dia mengusap daerah sekitar mata yang terkena panah.
“Maaf ya…” Hudza masih minta maaf.
Aku memang gak ingin ikut campur saat itu. Ingin melihat bagaimana dia menyelesaikan konflik ringan ini. Ternyata Ziyad menjawab, “Besok gak boleh main lagi.”
Hudza langsung mengeluarkan pertahan diri, “Ya udah. Nanti gak ada temannya.” Kemudian dia berjalan pulang.
Saat Ziyad sudah masuk ke rumah, aku nasehati dia.
“Ziyad…mas Hudza itu baik in sya Allah. Itu minta maaf ke Ziyad berkali-kali. Ziyad maafin…Kan gak sengaja. ”
Kemudian aku sekalian luruskan sesuatu yang penting yang Ziyad perlu pahami.
“Beda sama teman-teman kemarin. Kalo kemarin sengaja pukul-pukul Ziyad. Gak minta maaf lagi. Iya kan?”
“Makanya dimaafin. Kalau punya teman baik itu di jaga. Ya sayang?”
Mudah-mudahan Ziyad mengerti.
Sorenya, Ziyad bermain ke rumah Hudza. Pulangnya dia memberi tahu kalau mas Hudza sudah biasa sama dia. Hehe…Lupa kata-kata tepatnya.
Teman Ziyad yang lainnya lagi kelas 1 SD. Namanya Sidiq. Ini juga baik insyaAllah. Pingin cerita kebaikannya tapi nanti makan waktu lagi..^^
Semoga anak-anak kita semua mendapatkan teman-teman yang baik yah. Aamiin.