Dulu, saat masih gadis, melihat seorang ummahat membawa anaknya yang masih bayi dijilbabi rasanya aneh.
“Kan kasihan.”
“Kan gerah.”
“Kan sumuk.”
Tapi ternyata seiring waktu, akhirnya saya mulai mengerti. Penjagaan sejak dini dari orangtua sangat dibutuhkan. Memakai jilbab, adalah sebuah ujian keimanan bagi seorang wanita. Apalagi di masa kita. Masa dimana setiap jengkal langkah dan pandangan mata adalah godaan keindahan dunia. Wanita yang pada dasarnya hatinya lemah, tanpa pijakan yang kokoh, akan mudah terombang-ambing.
Ketika akhirnya saya memiliki anak perempuan, alhamdulillah Allah lapangkan hati saya untuk mendidik sejak dini anak untuk berjilbab. Sejak ia lahir, rasa yang diberikan ketika merawatnya memang berbeda. Akhirnya, ketika saya mencoba memasangkan jilbab kecil kepadanya, ternyata tidak “semenakutkan” yang saya sangka selama ini.
Berikut Tips Melatih Putri Kecil Berjilbab
- Bagi yang memulai sedari dini (dari usia beberapa bulan), maka ini adalah lebih baik insya Allah. Tidak usah khawatir jika sang putri kepanasan. Bukankah pada dasarnya bayi kecil biasanya jika keluar mengenakan topi?
- Gunakan bahan jilbab yang tidak panas. Mudah menyerap keringat.
- Ketika awal memakai, gunakan jilbab yang tidak terlalu besar, agar anak tetap nyaman bergerak dan beraktifitas.
- Gunakan model jilbab yang nyaman dikenakan anak. Saya menemukan 2 model yang paling pas untuk Luma. Dengan model karet langsung menempel pada jilbab (bukan ditarik seperti biasanya) dan model jilbab kaos sehingga tidak butuh karet. Model jilbab kaos ini yang Luma paling betah menggunakannya. Selain karena tidak ketat di kepala, bahannya yang juga ringan, menyerap keringat. Nama bahannya adalah jersey kaos. Jadi bukan bahan jersey yang biasa pada umumnya yang cenderung tidak menyerap keringat.
- Sediakan jilbab tambahan saat Bunda berpergian jauh atau kondisi cuaca sedang panas. Hal ini agar anak tetap nyaman memakai jilbab yang kering, saat jilbab yang lainnya telah basah oleh keringat. Di sisi lain, orang tua mengajarkan anak tetap konsisten memakai jilbab ketika berangkat dan pulang. Jangan sampai berangkat memakai, pulang dalam keadaan terbuka.
- Contoh nyata dari orang tua sangat berpengaruh. Maka gunakanlah jilbab di tempat dan waktu-waktu Bunda memang harus memakai jilbab. Bahkan ketika menjemur baju atau ke warung tetangga.
- Saat anak bermain keluar rumah, tetaplah membiasakan anak memakai jilbab. Disini termasuk letak fondasi yang kuat. Karena betapa banyak kesalahan yang terjadi, dimana wanita yang memakai jilbab merasa sah-sah saja tidak memakai jilbab selama ia masih berada di sekitar rumah. Padahal pria-pria yang bukan mahromnya lalu lalang dan dapat melihat sosok wanita tersebut.
- Jika putri Bunda sudah mulai beranjak dewasa dan belum memakai jilbab, maka mulailah segera mungkin memakaikan jilbab kepadanya. Mulailah tanamkan kecintaan dan pengenalan kepada Allah Ta’ala. Karena dengan mengenal Allah, maka seseorang lebh mudah menjalankan perintahnya. Sambil itu, ajaklah ia untuk berjilbab.
Jawaban atas keraguan Bunda
Kasihan anaknya?
Jawab: Yang Bunda sedang jalankan bukanlah sebuah kedzoliman. Tapi dalam rangka ketaatan kepada Allah.
Tapi itu kaya maksain anak gak sih?
Jawab: Insya Allah tidak. Mendidik anak sejak kecil itu bagai mengukir di atas batu . Perlahan-lahan tapi hasilnya akan lebih kuat. Dibandingkan setelah besar baru diperintah yang akhirnya ujung-ujungnya harus kita paksakan. Ironis bukan, kalau di kala mereka kecil kita khawatir memaksakan diri tapi setelah besar kita kebingungan sendiri karena harus menerapkan perintah Allah kepada anak gadis yang sudah merasa berhak berpendapat dan ingin diakui keberadaannya?
مَنْ أَدَّبَ ابْنَهُ صَغِيْرًا قَرَّتْ عَيْنُهُ كَبِيْرًا
“Barangsiapa mengajari anaknya adab semasa kecil, maka akan menyejukkan pandangannya ketika si anak telah dewasa.” (Jami’ Bayanil ‘Ilmi wa Fadhlihi, 1/306)
Jadi, bagaimana sebaiknya supaya anak gak merasa dipaksa dan kita juga bisa lebih merasa tidak bersalah memakaikan jilbab pada mereka?
Jawab: Tips-tips tentang jilbabnya ada di poin-poin di awal artikel. Sedangkan penerapannya, karena kewajiban berjilbab itu sebenarnya belum ada pada mereka, maka kita harus bisa bersikap fleksibel.
Bedakan antara konsisten dengan fleksibel.
Kita konsisten mendidik mereka berjilbab, yaitu memakaikan mereka jlbab ketika keluar. Baik ketika ke halaman, ke warung, berpergian.
Fleksibel melihat situasi, misalnya mereka membuka jilbab karena kegerahan. Atau bahan jilbab yang tidak nyaman. Atau karena model jilbab yang juga tidak nyaman.
Buah manisnya yang sedikit bisa kita kecap adalah saat gadis kecil kita yang bahkan belum bisa bicara jelas meminta kepada kita, “Bab…bab…” saat ia hendak keluar rumah. Maksudnya ia meminta jilbab karena hendak keluar rumah.
Selamat mendidik buah hati, Bunda. Semoga anak-anak kita termasuk menjadi amalan tak terputus setelah kita tiada. Anak sholihah penyejuk mata kedua orang tua. Aamiin.
cizkah
16 Rabiul Awal 1437/27 Desember 2015
—
Update 2021:
Ini tulisan tahun 2015.
Usia Luma menjelang 2 tahun.
Jadi, tips ini memang untuk awalan ketika anak masih usia batita.
Untuk usia setelah itu insyaAllah bisa lebih mudah baik dari bahan dan model ☺️.