Tolong Jangan Puji..

Tolong… 

Jangan puji aku.  

Apalagi tanpa doa keberkahan. 

… Sungguh itu malah menggundahgulanakan aku.

إِيَّاكُمْ وَالتَّمَادِحَ فَإِنَّهُ الذَّبْحُ

“Jauhilah olehmu saling memuji, karena itu berarti penyembelihan.” (HR. Ibnu Majah terdapat dalam ash-Shahihah)

Kemarin, aku sempat posting tentang Thoriq yang lagi ngulang-ngulang satu ayat surat Nuh yang lagi dia hafal. Sebenarnya,  postingan itu lebih untuk memberi gambaran, salah satu cara metode ngajar anak menghafal.

Kalau dipikir, suasana rumah yang ramai (baca: gaduh berantakan)  tergambar banget di situ. Handzolah yang di lantai,  Luma yang sibuk mindah-mindahin mainan. Ziyad yang lagi ngerjain ixl.  Thoriq yang sambil baca jalan kesana-kemari. Kholid?  Oh Kholid lagi di gendong.  Trus, aku ga tau darimana kesan bagusnya di situ.  Malah nada yang aku keluarkan untuk Thoriq tuh lebih ke tegas.  

Tapi postingan itu sepertinya rentan untuk memancing pujian.  Jadi aku hapus. 

Tolong jangan puji aku ya.  Apalagi penilaiannya cuma berdasar video beberapa detik.  Mungkin kesan bagus yang ditangkap di beberapa detik video, pas yang ga kerekam ga sesuai penilaian kan? 

Makanya emang tepat banget doa untuk orang yang dipuji. Minta ampun sama Allah dan berdoa semoga bisa lebih baik dari yang orang yang muji sangka. Lha emang pujian kan sebenarnya cuma sangkaan aja kan. 

Yah intinya, frame media sosial seringkali jadi membuat sangat cuaamik.  Atau bahkan memang sengaja ditampilkan yang paling cuaamik. 

Makanya sengaja aku posting ketika Ziyad mandeg-mandeg hafalannya. Sengaja. Orang kan sering lihatnya hasil yang mentereng.  Padahal pas prosesnya, ya jatuh bangun juga.  Ya kaya video Ziyad itu. Dan sebenarnya kaya video Thoriq yang aku hapus itu juga.. Karena dia lagi kelibet-libet di satu bagian ayat. 

Yang sebenarnya diharapkan dapat diambil manfaatnya dari postingan tersebut adalah fokus di metodenya dan prosesnya. 

‘ala kulli haal… 

Yang paling aku dan ibu-ibu lainnya adalah doa yang tersembunyi.

Semoga Allah mudahkan merawat dan mendidik anak-anak.  Dikasih kesabaran. Dikasih keikhlasan.  Dikasih kekuatan. Dikasih kesehatan. Aamiin. 

Nanti biar diaminkan oleh malaikat kan kalau doa sembunyi-sembunyi.  

Karena aku pun masih belajar sabar. Masih belajar lembut. Masih belajar untuk ikhlas.  Masih belajar untuk kuat.  Masih belajar untuk ga ngeluh. Masih banyaak pokoknya yang harus ditata. 

Jadi,  tolong jangan puji.  Doain aja ya. Jazakumullahu khayron.

*bikin postingan ini juga mikirnya lamaaaa. Tapi aku putusin untuk nulis aja. Biar plong. Khawatirnya, kalau ga dijelasin takut ada yang salah paham atau malah menangkap image wah lainnya yang sebenarnya hanya sangkaan saja ketika aku menulis atau berbagi sesuatu di dunia maya yang luaas ini.  

Yuk,  saling doain.  

cizkah

Jogja, 10 september 2017/19 dzulhijjah 1438

 

Buku Menata Hati
Buku Menata Hati [versi cetak]
E-Book Menata Hati di Play Books

One Reply to “Tolong Jangan Puji..”

  1. Terimakasih postingannya Mbak, sangat membantu kita sebagai manusia untuk selalu ingat tentang merendahkan hati kita di depan orang lain, bukannya menyombongkan diri. Proses yang jatuh bangun itu pasti dilalui oleh setiap orang, maka dari itu yang perlu kita ikuti adalah proses, bukan hasil akhirnya, saya setuju dengan pendapat tersebut. Dan juga, semoga ibu-ibu dimanapun dapat terus disehatkan, dikuatkan, diikhlaskan, dan selalu dalam lindungan-Nya dalam mendidik anak dari nol, aamiin 🙂

Leave a Reply