Terkadang kita dapati, saat seseorang ingin sekali melakukan sesuatu, ia mengatakan,
“Gak sabar, mau ikutan ini dan itu.”
“Gak sabar aku pingin kasih tahu ini.”
“Gak sabar mau beli buku itu.”
Atau saat ia enggan melakukan sesuatu,
“Mager banget aku tuh buat masak.”
“Akunya emang pemalas. Jadinya segini aja deh.”
Pertanyaannya:
Mengapa harus menyatakan gak sabar? Sedangkan Islam sangat mengajarkan kita untuk sabar?
Mengapa harus menyatakan malas, kalau dalam Islam bahkan ada doa khusus agar kita dijauhkan dari lemah dan malas? Bahkan ada hadits yang seringkali terngiang untuk bersemangat dan jangan lemah.
Kalimat-kalimat yang lazim diucapkan orang, bukan berarti benar atau harus selalu diikuti. Apalagi kalau padanannya, sebenarnya memang bukan dari Islam.
Misal, kata “gak sabar” sebenarnya berasal dari ucapan, “I can’t wait!”
Penting atau Terlalu Berlebihan?
Penting banget ya ungkapan rasa itu?
Dalam Islam, satu kata bisa punya efek yang luar biasa.
Gimana syariat mengajarkan kita untuk tidak mengatakan “seandainya”, karena kata itu membuka celah setan, supaya kita mengingkari atau mencela takdir yang sudah terjadi.
Syariat juga mengajarkan kita, saat menyandarkan kenikmatan karena Allah, maka sebab kenikmatan yang berasal dari makhluk dinyatakan dengan kata “KEMUDIAN”, bukan dengan kata “DAN”. Ini untuk menutup celah menyamakan Allah dengan makhluk-Nya.
Misalnya, “Alhamdulillah, karena karunia Allah, kemudian karena doa dari orang tua, aku berhasil menyelesaikan pekerjaan berat ini.”
Jadi, ketika kita sangat ingin melakukan sesuatu, kita bisa nyatakan dengan kalimat positif dan semangat. Misal, ada keinginan untuk segera membaca buku bermanfaat yang akan launching. Bisa dicoba nyatakan seperti ini:
“Aku pingin banget baca buku itu. Semoga Allah memudahkan!”
Terdengar bersemangat insya Allah. Kita pun jadi berdoa kepada Allah berharap bisa menggapai yang sangat kita ingin lakukan atau capai itu.
Apabila dikaitkan dengan sabar, pun bukan berarti kita mentazkiyah diri kita bahwa kita orangnya sabar banget bakal nunggu sampai buku yang mau terbit itu launching.
Ada contohnya bagaimana menyatakan ini. Coba lihat, bagaimana nabi Musa ‘alaihissalam menyatakan dirinya akan sabar mengikuti Khodir ‘alaihissalam.
قَالَ سَتَجِدُنِي إِن شَاءَ اللَّهُ صَابِرًا
“Insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai orang yang sabar.” (QS. Al-Kahfi:301)
—
Ketika menyampaikan ini, bukan berarti aku adalah orang yang paling berakhlak mulia dan paling baik dalam tutur kata.
Sebagaimana…
Ketika ketika seseorang menyampaikan “Sabar ya”, bukan berarti ia jadi orang yang paling sabar.
Ketika seseorang menyampaikan, “Bertakwalah”, bukan berarti yang menyampaikan adalah orang yang paling bertakwa.
Agama adalah nasehat. Pesan ini adalah amanah untuk menjaga agama ini dengan saling berwasiat dalam ketakwaan. Agar kita tidak menjadi orang yang merugi.
Semoga Allah mudahkan kita untuk bertutur kata dan mengungkapkan rasa dengan baik dan tidak bertentangan dengan yang syariat ajarkan.
إِنَّ موجِباتِ المغفرةِ بذلُ السلامِ، وحُسْنُ الكلامِ
الألباني (ت ١٤٢٠)، صحيح الجامع ٢٢٣٢ • صحيح silakan cek sunnah.one
“Sesungguhnya sebab mendapatkan ampunan adalah dengan menebarkan salam dan bertutur kata yang baik.”
Semoga nasehat ini bermanfaat untuk aku sendiri dan yang membacanya.
cizkah
4 Maret 2022