1 ber 5

Kalau makanan…dulu pas baru nikah, masih berdua aja (ya iya la :D). Beli cumi-cumi sepiring kecil dimakan berdua. Beli bakso, semangkok berdua. Sampai Ziyad lahir dan agak besar pun masih satu porsi. Beli tengkleng, bisa makan bertiga.

Ziyad makin besar, mulai deh beli dua mangkok bakso. Biasanya kemudian minta mangkok kosong. Jatah kami berdua kemudian dikurangi untuk Ziyad. Dan lagi saat-saat gitu, mulai lahir Thoriq.  Teruus seperti itu. Sampai akhirnya sekarang kalo beli bakso 4 mangkok. Karena sudah pengalaman dengan 2 anak sebelumnya, aku biasa bawa tempat sendiri untuk dijadikan mangkok ke-5. Untuk Luma :).

Dari semua kisah berbagi itu, masih ada yang belum berubah dari Ziyad lahir sampai sekarang.

Yaitu kendaraan 😊. Kendaraan kami masih satu. Motor Karisma yang sampai sekarang aku merasanya itu adalah “pinjaman” dari orang tua suami. Berplat “BH” yang menunjukkan dibeli di Jambi. Urus STNK pun masih bolak-balik ke Jambi hehe.

Jadi, kalau dulu 1 bertiga, kemudian 1 berempat, sekarang 1 berlima. Waktu masih hamil cuma bisa bilang dan bercanda, “Gimana nih nanti kalo udah lahir.” Pas udah lahir, setiap kali pergi masih sering cengar-cengir. Pernah juga aku “libur” keluar bareng karena abang gak mau lagi boncengan berlima. Kalau keluar, nunggu momen Ziyad main di sore hari. Jadi, keluar rumah aku biasanya pas jemur baju atau ke warung sayur yang itupun mungkin sepekan sekali :D.

Tapi akhirnya, setelah beberapa bulan, balik lagi ke 1 berlima lagi hehe. Tapi karena memang perjalanan 1 ber 5 sedikit butuh perjuangan, kami gak sesering atau semudah dulu untuk memutuskan keluar. Hanya momen keluar untuk rekreasi bersama, atau memang untuk menghilangkan suntuk bersama yang kemudian dibela-belain untuk semotor berlima. Kalau gak seperti itu, mesti ada yang tinggal di rumah. Dan biasanya, kalau gak aku dan Luma. Atau Ziyad.

Alhamdulillah Ziyad makin terbiasa. Aku pun juga. Maksudnya…sampai sekarang pun, aku masih suka gak tega kalau meninggalkan Ziyad ga ikut serta kalau sedang pergi keluar. Alhamdulillah Ziyad berani juga ditinggal – misal – kami keluar malam hari sebentar.

Alhamdulillah. Momen-momen ketika misal turun hujan dan kami lagi berlima adalah momen yang lebih-lebih lagi butuh perjuangannya :D. Motor yang penuh, plus pakai jas hujan. Biasanya kemudian terlafalkan doa-doa dari Ziyad atau aku :D, “Mudah-mudahan kita punya kendaraan lagi ya Mi.” Aamiin. “Mudah-mudahan punya kendaraan yang lapang. Yang barokah.” Aamiin.

***

Kenapa gak kredit? Karena kami gak ingin terjatuh dalam riba. Kalau udah riba, gimana mau mengharapkan berkah :).  Walaupun ada yang bilang “bunga 0%”. Tapi kalo sudah kredit segitiga…berkaitan sama bank. Jadi tetap sebenarnya jatuhnya riba juga.

Mudah-mudahan ini jadi bagiaan ketakwaan. Kan barang siapa yang bertakwa akan diberi rezeki yang gak diduga-duga (surat Ath-Thalaq).

Buku Menata Hati
Buku Menata Hati [versi cetak]
E-Book Menata Hati di Play Books

One Reply to “1 ber 5”

  1. […] Aku bertanya balik sebenarnya untuk mengajak berpikir dan empati. Dari pertanyaannya, aku bisa sedikit mengira bahwa kemungkinan sang penanya bukan pengguna motor. Bukan yang pernah mengalami diboncengi atau juga bukan yang pernah mengalami harus diboncengi suami sambil membawa satu anak, dua anak atau bahkan tiga anak. […]

Leave a Reply