2,5 Tahun ber-Homeschooling

Cuma ingin menuliskan yang dari kemarin berpendar-pendar di kepala. Alhamdulillah, rasanya bahagiaaaa banget bisa menjalankan homeschooling bersama anak-anak. Udah 2,5tahunan ya proses belajar ber-homeschooling ria ini (6 bulanan waktu Ziyad nyicipin sekolah proses belajar di rumah alhamdulillah tetap berjalan terus). Dua setengah tahun itu berarti emang seumuran sama Thoriq, karena mulainya justru pas Thoriq baru lahir hehe. Alhamdulillah…

Apa yang aku baca di artikel ini juga emang berasa banget masya Allah. Terutama bagian yang ini nih,

Perkenalan dengan unschooling juga mengajariku bahwa yang terpenting di usia dini justru menumbuhkan rasa nyaman dan betah tinggal dirumah (dengan tidak keluar rumah terlalu dini) dan memberi kesempatan lebih panjang untuk saling mengenal (get connected) dengan anggota keluarga sendiri. Saya mempercayai pendapat yang bilang, setelah itu, kebutuhan ke luar rumah akan tumbuh secara alami dan dengan sendirinya, datang dari anak itu sendiri, dimana kapan kebutuhan tersebut muncul, akan bervariasi tiap anak.

Banyak banget sisi positif in sya Allah. Dan gak semuanya bisa tertuang di tulisan.

Ziyad alhamdulillah in sya Allah mulai terbiasa dengan saat-saat untuk formal education. Formal education yang paling utama bagi aku adalah hafalan. Hehe. Ini berlaku sejak awal. Aku juga bisa ngerasain tahapan dia belajar dari tadinya susah diajak duduk sampai seperti sekarang.

Dulu proses hafalan nyambi-nyambi. Sambil aku jemur baju sambil ziyad main-main, sambil aku masak, sambil ini sambil itu. Sekarang udah gak bisa lagi kaya gitu. Karena surat yang dihafal sudah panjang-panjang dan banyak yang mirip-mirip. Alhamdulillahnya, pas saat-saat seperti ini Ziyad udah bisa diajak duduk bersama (ya walau tetap keselip-selip dia lompat-lompat di kasur atau mesti diingatkan supaya gak sambil pegang mainan hehe) plus udah bisa baca Quran alhamdulilah. Dan karena hafalan surat baru ditambah muroja;ah hafalan sebelumnya. Biasanya prosesnya maksimal bisa sampai 1 jam.

 

Ini gak kerasa loh. Karena untuk mengulang-ngulang ayat baru misal dapat 2 baris bisa sampai 20 menitan. Terus juga muroja’ah hafalan yang sebelumnya. Kalau pas lagi konsentrasinya lagi bagus, muroja’ahnya bisa sampai 1/4 juz alhamdulillah. Bisa juga kalau lagi susah konsentrasi dan ada yang lupa-lupa, cuma dapat 1-2 surat hehe.  Kerasa lebih mudah juga proses hafalannya karena proses belajar baca latin dan iqronya udah selesai alhamdulillah.

Positifnya homeschooling aku rasain pas anak-anak lain lagi masa liburan. Biasanya proses belajar untuk anak-anak sekolahan seakan-akan juga berhenti. Padahal untuk hafalan Quran, mesti hati-hati kalo sampe “libur” kelamaan. Ini pada umumnya yah. Aku yakin in sya Allah banyak juga keluarga yang tetap memanfaatkan berbagai kesempatan untuk belajar.

Sisi positifnya gak cuma buat Ziyad. Tapi buat Thoriq sebagai adiknya. Selain “kecipratan” ilmu saat proses hafalan, dia juga tahu ada saat-saat untuk formal education.

Secara pengetahuan dan kemampuan, in sya Allah juga aku merasa di beberapa sisi Ziyad ada kelebihan di banding anak lain bahkan yang udah seusia SD. Misalnya ngesearch kata kunci di google image atau youtube (youtubenya di filter ya, biar gak muncul yang aneh-aneh). Biasanya ngesearch gini karena dia pingin tahu tentang sesuatu.

Misal ketika dia mau tahu tentang belalang sembah. “Mantis…” diketikkan di google search. Atau ketika kami habis melakukan daur ulang kertas, dia pingin tahu yang versi orang lain, kemudian dia search di youtube. Di Youtube emang banyak pengetahuan tambahan in sya Allah.

Pengetahuan yang kami pelajari juga seringkali terjadi dari hal-hal yang terjadi sehari-hari. Misal tentang ayam yang bertelur atau gajah yang melahirkan. Dia jadi tahu perbedaan tentang makhluk hidup yang berkembang biak dengan cara bertelur dan beranak. Sesuatu yang kayanya masuk bahasan di kelas berapa ya? Hehe.. Aku malah heran ketika Ziyad membahas dengan temannya yang SD, tapi mereka bingung. “Betina tu apa?”, tanya temannya. Oh ya…yang gajah melahirkan itu kami sudah lihat beberapa kali di Youtube.

Ada juga kejadian ketika Ziyad sedang melihat video bersama temannya. Kemudian ada tulisan “Tiger”. Ziyad membaca dengan kata “Taiiger..” dan temannya yang SD ngotot itu dibaca “Tiger”. Aku yang ada di sampingnya menjelaskan kalau itu bahasa inggris, bacanya “Taiger” (susah nulis secara pronounciationnya). Pas ketemu tulisan lain temannya tetap ngotot baca secara bacaan indonesia. Kalo proses belajar kaya gini berlangsung sehari-hari aja. Dalam arti gak aku ajarin secara khusus.

Untuk nonton-nonton video semacam di channel National Geographic, biasanya paling asyik kalo pas abang yang pasangin. Mereka betah nonton video tersebut lama-lama. Justru ini bahkan jadi salah satu bonding timenya mereka sama abuhuma. Soalnya seru kalo nonton sama abang yang sanguinis. Lebih ekspresif, jadinya gak kerasa membosankan in sya Allah hehe.

Kadang kami juga melakukan percobaan-percobaan sederhana. Ada yang karena pertanyaan dari Ziyad saat dia membaca buku, ada juga yang memang kami rencanakan berdasarkan buku percobaan yang kami miliki. Sempat satu kali aku mengajak teman bermain Ziyad yang udah usia SD untuk melakukan percobaan sederhana. Tentang telur yang ditenggelamkan di air dan di air asin. Terus aku tanya ke mereka, “Ini namanya percobaan. Pernah gak di sekolah percobaan?” Mereka bilang gak pernah. Waw…padahal seru banget kan usia-usia mereka gitu, seakan-akan percobaan itu adalah permainan. Padahal sebenarnya pengetahuan. Tapi ingat-ingat pengalaman aku sendiri pas sekolah dulu juga jarang sih percobaan-percobaan kaya gitu..apa gak pernah juga ya hehe.

Bersambung in sya Allah…

 

Buku Menata Hati
Buku Menata Hati [versi cetak]
E-Book Menata Hati di Play Books

8 Replies to “2,5 Tahun ber-Homeschooling”

  1. Ummu Khaulah says: Reply

    Maasya’Allah, baarokallahu fiikum 🙂
    Tentang liburan sekolah & hafalan, anak2 Usth. Ahlam hafidzohallahu, bahkan saat safar, di mobil pun kalau pas waktunya muroja’ah hafalan, ya muroja’ah.

    jadi pengen tanya2 tentang homeschooling nih utk usia dini, krn kami juga ingin anak2 tumbuh dg. al-Qur’an terlebih dahulu. Baru sekedar wacana dg suami, gimana kalau sekolah formalnya kalau anak2 sudah hafal al-Qur’an. Semoga kita diberikan kemudahan dalam mendidik anak2, menjadikan mereka generasi Qur’ani, aamiin.
    Salam untuk Abang Ziyad & Thoriq, mbak 🙂

    1. wah..komentar dr ima gak kedetect di imel…iya..banyak yg ingin dibagikan di blog in sya Allah. Tapi waktu terbatas sangat hehe.

  2. […] Ini adalah Lanjutan postingan 2,5 Tahun ber-Homeschooling… […]

  3. maasyaa Allah, ingin niru juga.
    sbnrnya mau nanya ini secara private di watsap, tapi sapa tau ada ummahat yg punya pertanyaan yg sama dg aku. ada hubungannya dg ngajarin hafalan.

    Salman sering diperdengarkan surat yg menurut ana paling pendek, yaitu an-nas, baik ana yg murojaah sendiri, bareng suami or denger audio & video murotal…masalahnya, udah 2 mingguan stuck di ayat ke 1 “qul a’u” mulu? Saat ini Salman lg kami usahakan disapih menyusui dan toilet training. Ana bertekad, sambil dikasih pengertian spy stop ngASI, ana jg gak kasih nenen kecuali bisa dia kelar 1 ayat dulu.

    yang ada Salman malah nangis kejer, dia hanya diem kalo dialihkan perhatiannya dg hal yg bukan hafalan. Takutnya begini terus gada kemajuannya mba ciz..

    question:
    ada yg salah dlm pendidikan spt ini?

    1. Jawabnya di postingan sendiri in sya Allah ya hehe.

  4. assalamu”alaikum Ummu Ziyad, aku penasaran tentang homeschooling. Persiapan sebelum mulai, apa saja yang kita siapkan, karena saya pingin Home Schooling bukan konvensional, maunya yang kental ajaran islamnya. Apalagi tinggal di pedalaman mayoritas nonis. Bisa sharing lebih nggak Umm?

    jazaakillaahu khaiyran

    1. wa’alaikumussalam
      @air sunyi namanya siapa? tinggal dimana
      sharing lebihnya gimana yah heheh…soalnya semuanya udah ketulis di blog ini in sya Allah
      mungkin nanti aku bikin yang bener2 perpoin yah in sya Allah

  5. […] karena sudah merasakan berbagai hal positif dari hasil homeschooling bersama anak-anak, alhamdulillah kami tetap memutuskan tetap melanjutkan kegiatan homeschooling […]

Leave a Reply