Bunda tentu tahu kisah nabi Adam ‘alaihissalam. Manusia dan nabi pertama yang Allah ciptakan. Diciptakan dengan tangan-Nya. Diberikan kelebihan oleh Allah dibandingkan dua makhluk yang Allah ciptakan sebelumnya, yaitu Malaikat dan Jin.
Allah Ta’ala menyatakan bahwa manusia sebagai khalifah di bumi. Allah memberi nabi Adam kelebihan berupa ilmu tentang nama-nama. Ilmu ini tidak dimiliki malaikat. Allah juga memerintahkan malaikat dan jin untuk sujud kepada Adam. Namun untuk yang satu ini, hanya Malaikat yang patuh dan taat kepada Allah. Malaikat pun sujud. Sedangkan Jin, mereka ingkar. Dengan sebab ini pula, Allah tetapkan iblis dan pengikutnya sebagai makhluk yang akan menempati neraka di akhirat kelak.
Dari semua kelebihan dan kenikmatan yang Allah berikan kepada nabi Adam dan Hawa, Allah Ta’ala memberikan SATU larangan.
Nabi Adam dan Hawa, tidak boleh makan dari satu pohon yang ada di surga. Allah juga telah peringatkan, bahwa jangan sampai tertipu oleh Iblis, karena mereka jelas-jelas merupakan musuh.
Namun, terjadilah sebagaimana yang telah kita ketahui. Iblis menggoda. Dengan tipu muslihat yang sangat jitu, ia berhasil memperdaya nabi Adam.
Seketika, aurat Adam dan Hawa terbuka setelah memakan buah dari pohon terlarang.
Mereka langsung merasa malu dan menyesal.
Sungguh malu.
Malu sekali.
Malu kepada siapakah? Bukankah tidak ada manusia lain disekitar mereka berdua?
Bukankah bisa saja mereka mentertawakan jasad mereka yang mulai terbuka. Saling terlihat satu sama lain. Bukankah mereka memang diciptakan untuk berpasangan?
Tidak. Mereka tahu mereka salah.
Mereka malu. Malu kepada Allah. Mereka mengetahui bahwa mereka salah. Aurat yang terbuka adalah aib yang jelas tampak. Dan mereka tahu, aurat mereka haruslah tetap tertutup. Begitulah fitrah yang Allah ciptakan pada manusia. Karena itulah, mereka langsung mendatangi salah satu pohon surga untuk mengambili dedaunannya untuk menutupi tubuh mereka.
Malu, adalah bagian penting dari ketaatan seorang hamba.
عَنْ أَبِيْ مَسْعُوْدٍٍ اْلأَنْصَاريِ الْبَدْرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ((إِنَّ مِـمَّـا أَدْرَكَ النَّاسُ مِنْ كَلاَمِِ النُّبُوَّةِ اْلأُوْلَى : إِذَا لَمْ تَسْتَحْيِ ؛ فَاصْنَعْ مَا شِئْتَ)). رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ.
Dari Abu Mas’ûd ‘Uqbah bin ‘Amr al-Anshârî al-Badri radhiyallâhu ‘anhu ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Sesungguhnya salah satu perkara yang telah diketahui oleh manusia dari kalimat kenabian terdahulu adalah, ‘Jika engkau tidak malu, berbuatlah sesukamu.’” (HR. Bukhari)
Yuk Bunda, kita tekankan satu faidah ini ketika kita menceritakan kisah Nabi Adam saat bed time story atau bed time hadits nanti malam.
Malu lah nak kepada Allah. Ketika kita ada keinginan berbuat dosa. Karena Allah Maha Melihat. Allah Maha Tahu. Allah juga telah memberi kita banyak kenikmatan.
Jangan sampai fitrah rasa malu hilang dari diri kita.Sehingga saat melakukan dosa tak merasa bersalah. Saat aurat terbuka biasa saja. Ketika yang seharusnya menjadi aib malah dibanggakan.
Ambillah pelajaran wahai wahai anakku, ketika Adam dan Hawa malu…
cizkah
Yogyakarta, 6 Jumadil Awwal 1437 H/14 Februari 2016
***
* Baca kisah lengkap tentang nabi Musa di KisahMuslim.com
.