Januari tahun 2023 -saat usia 6 tahun 3 bulan- kembar mulai bisa ngendarain sepeda roda dua. Aku keingat pingin catat cara mengajarkan mereka bersepeda roda dua di blog. Tapi seperti biasa, ada bahasan-bahasan yang udah berlalu waktu itu yah…jadinya malah kelewat dan udah makin tertumpuk sama bahasan-bahasan baru yang perlu ditulis.
Tapi karena ada hal terkait sepeda kecil mereka yang bakal aku bahas di bawah insya Allah, menguatkan tekad untuk mencatat ini. Karena sudah 5 anak yang dilalui dan alhamdulillah masing-masing ketika masa kecil punya sepeda kecil, jadi mungkin ada catatan dari pengalaman ini yang bisa untuk jadi pertimbangan teman-teman yang akan memilihkan sepeda untuk anaknya.
Berdasar pengalaman kakak-kakaknya, aku beliin kembar sepeda menunggu waktu yang tepat insya Allah. Dalam arti, sepedanya gak kebesaran dan tapi masih bisa dipakai juga untuk belajar sepeda roda dua. Waktu masih kecil, mainan yang sifatnya seperti mobil-mobilan, motor-motoran sudah mencukupi insya Allah. Selain harganya lebih murah, mainan seperti ini mudah digunakan dan anak-anak sudah bisa menikmati rasa “berjalan” di atas sebuah benda beroda.
Sepeda Kecil
Sepeda yang kami beli kan kalau anak masih kecil adalah sepeda roda empat; sepeda roda 2 yang kemudian ada tambahan 2 roda di belakangnya untuk penyeimbang. Kami belikan kembar sepeda seperti ini di usia 5 tahunan. Waktu Luma juga sekitar usia ini.
Gimana dengan sepeda balance bike? Ada 2 pertimbangan kami gak beli ini.
- Yang jadi pertimbangan utama, apalagi kalau bukan pertimbangan biaya, hehe. Kalau pakai balance bike kemudian pas mau pakai sepeda roda dua kan berarti beli lagi. Balance bike sendiri bukan barang murah. Ini untuk lebih meminimalisir jual beli sepeda sampai beberapa kali insya Allah. Karena pertumbuhan anak kecil tuh cepat banget, jadi kemungkinan pakai sepeda kecil juga gak lama.
Kalau yang sudah beli balance bike gak perlu disesali ya. Ini juga bukan untuk mengadu pertimbangan. Karena masing-masing keluarga pasti punya pertimbangan masing-masing menyesuaikan segala kondisi, anak dan pastinya keuangan. Yang aku tuliskan ini untuk pertimbangan bagi yang belum membeli.
Pertimbangan dari teknik anak membiasakan diri menyeimbangkan penggunaan sepeda sudah tercakup di poin kedua. Insya Allah anak gak lama bisa menguasai sepeda roda dua. - Thoriq bisa naik sepeda ketika aku hamil kembar. Usia dia sekitar 5,5 tahunan. Waktu itu dia pakai sepeda kecil milik sahabat kami Satria dan Uus waktu Thoriq dan Ziyad kami titipkan karena aku mesti rawat inap karena kontraksi intensif. Waktu itu aku menyimpulkan memang anak insya Allah akan lebih mudah belajar kalau sepedanya kecil sehingga mereka bisa lebih menguasai dan gak takut jatuh.
Semua anak-anak kalau pakai roda empat gini maininnya justru di rumah. Karena tujuannya awalannya memang biar mereka banyak pakai dan gak mesti nunggu momen pas siang dan keluar rumah.
Cara Belajar Sepeda Roda Dua
Masing-masing anak punya pengalaman belajar sepeda yang beda. Ziyad pernah punya sepeda roda 4 sejak usia menjelang 3 tahun. Waktu itu dia gak bisa langsung mengayuh dengan benar dua kaki bergantian maju. Cara mengayuhnya cuma sebelah kaki aja yang mendorong ke depan. Kebayang gak? Nah, sepedanya ini rantainya sering copot, roda ketiga dan keempatnya sering gak balance. Terakhir seingat aku juga kondisinya udah gak balance banget dari besi-besinya, jadinya gak bisa dipakai sama sekali.
Akhrinya dia dibelikan sepeda baru di usia7 tahun, bagian dari hadiah hafalan Al-Qur’an. Seperti layaknya berbagai hal terkait anak pertama, waktu itu pertimbangannya belum dari banyak sisi. Kalau dipikir-pikir, mungkin sepeda itu cukup besar untuk dia. Proses belajar sepeda Ziyad perlu beberapa hari ditemani Abang. Ada momen-momen kami ingat dia kesal karena jatuh atau terlihat kesulitan mengendalikan sepedanya. Alhamdulillah tapi terlalui juga dan bisa menggunakan sepeda ini.
Waktu Luma, sepedanya kecil, Abang juga yang melatih Luma naik sepeda roda dua. Aku gak inget berapa hari Luma belajar sepeda. Waktu itu masa corona, jadi untuk keluar rumah butuh perjuangan. Yang keluar rumah cuma Abang, Thoriq dan Luma aja. Alhamdulillah karena sepedanya kecil juga Luma bisa cepat menguasai sepeda roda dua.
Cara belajarnya sama seperti Ziyad. Dipegangi sepedanya dari belakang, kemudian dilepaskan saat anak sudah mulai menggenjot dan terlihat seimbang.
Buat kembar, aku pakai cara yang berbeda.
Waktu hari pertama dari proses belajar sepeda kembar, Abang yang mengajarkan. Aku pinginnya belajarnya continue tapi Abang lagi banyak kesibukan di pekerjaan. Tambah lagi waktu itu lagi musim hujan, jadi ketika hari terang harus dimanfaatin banget.
Hari kedua, aku putuskan keluar rumah untuk mengajarkan. Padahal hari itu udah cukup capek abis ngajarin mereka. Tapi harus manfaatin kesempatan.
Aku udah tahu aku gak sanggup kalau pakai cara seperti Abang. Bisa berkunang-kunang kalau nunduk-nunduk megangin sepeda mereka yang posisinya pendek sambil lari-lari. Dua anak :D!
Aku pakai cara mencontohkan langsung cara menaiki sepeda dari titik awal dengan sepeda Luma. Jadi kellihatan kalau sepedanya tuh kalau pendek dibandingkan postur tubuh, insya Allah bisa kelihatan napak kakinya.
Aku perlihatkan cara menyeimbangkan sepeda dari posisi duduk di sadel. Aku perlihatkan ke mereka untuk mengayuh dengan kaki kiri masih menapak di tanah dan kaki kanan di pedalnya. Dorong pedal dengan kaki kanan sekitar 2-3 kali kayuhan, sepeda bakal sudah mulai berjalan, langsung ambil momen kaki kiri ditapakkan ke pedal kiri dan percaya diri untuk terus menggenjot.
Awalnya tentu saja mereka masih ragu-ragu. Khawatir bakal terjatuh. Tapi karena sepedanya kecil, mereka tahu mereka bakal bisa menapak dengan kaki kiri mereka. Coba lagi beberapa kali, alhamdulillah ternyata mereka langsung mulai bisa walau belum lancar mengayuh berkelanjutan seimbang di satu garis lurus. Hari berikutnya, mereka sudah mulai terlihat lebih lihai dan bisa mengayuh dengan lebih terarah.
Pertimbangan Lain Beli Sepeda
Nah, yang ini pertimbangan tersier silakan menyesuaikan kondisi. Karena aku juga menyesuaikan kondisi pas belinya, dari sisi keuangan dan juga pengetahuan. Setelah Thoriq bisa naik sepeda, Thoriq juga dibelikan sepeda roda dua.
Baik sepeda Ziyad, Thoriq dan Luma itu bermasalah di rantai. Pas terakhir Ziyad dan Thoriq sebelum berganti ke sepeda lain malah udah ke bengkel. Copot copot lagi. Aku inget terakhir benerin sepeda Luma ke bengkel, bawa pulangnya aku pegang sepeda Luma di pangkuanku di motor. Bisa kebayang gak hehe. Ternyata sampai rumah, bagian pahaku ada yang membiru keteken salah satu bagian sepeda.
Selain berusaha bawa ke bengkel, kami juga beli alat khusus untuk bisa benerin rantai sendiri. Udah beli rantai sendiri.
Akhirnya nyerah. Alhamdulillah bisa dijual lagi ke toko sepeda tempat kita beli.
Kesimpulan yang aku dapat dari semua sepeda ini adalah kalau rantai sepeda yang merk ini kemungkinan besar gampang copot. Kalau udah copot-copot gini, akhirnya anak-anak jarang pakai sepedanya. Akhrinya gak maksimal dipakai dan lebih banyak teronggok.
Disclaimer: ini bukan berarti merk ini pasti bermasalah. Karena Abang semasa kuliah juga pakai sepeda merk ini kemana-mana. Bahkan sampai menikah juga masih dipakai dan awet. Kendaraan yang dipakai awal menikah ya cuma sepeda aja :). Pas kami ngontrak di Bantul akhirnya ada yang tertarik beli untuk anaknya, alhamdulillah.
Pas juga, setelah masa ini, Abang dan anak-ana beli sepeda dengan ukuran yang lebih besar dengan merk Polygon. Alhamdulillah selama pemakaian lancar dan nyaman. Bahkan dipakainya memang langsung di jalan raya. Makanya pas beli sepeda untuk kembar, kami coba mempertimbangkan dari sisi kualitas supaya selama masa penggunaan di usia mereka yang masih kecil bisa lebih maksimal -gak banyak teronggok.
Alhamdulillah pas lagi orderan jualan poster LumaLumi lagi lancar banget. Masa corona yang kami pikir penjualan bakal menurun, malah meningkat banget. Rezeki yang dikumpulin ini juga kepake banget buat pendidikan anak-anak alhamdulillah. [Tapi sekarang udah terkuras dengan berbagai drama perpondokan – qodarullah wa masya a fa’al]
Catatan: ini bukan berarti harus beli yang bermerk. Karena aku sendiri pas masa kuliah pakai sepeda mini benar-benar gak tau merk apa dan gak merhatiin dari sisi ini. Alhamdulillah selama kuliah gak ada eror-eror apalagi rantai copot di tengah jalan. Cuma khusus untuk sepeda anak-anak entah kenapa ketemu drama rantai sepeda yang sama.
Waktu itu, akhirnya aku putuskan beli sepeda kembar merk Pacific. Bannya yang lebar juga sepertinya memberi efek “stabil” ketika mereka belajar mengendarai sepeda roda dua.
Alhamdulillah sepedanya sesuai harapan, gak ada eror-eror drama rantai. Dipakai maksimal sejak awal sampai akhirnya mereka bisa belajar mengendarai sepeda roda dua, dan sejak 2 bulanan terakhir ini, mereka sudah berganti ke sepeda milik bang Thoriqnya yang ukurannya lebih besar. Ini sesuai perkiraan aku. Karena Thoriq pertama kali berganti sepeda ke ukuran yang lebih besar, bahkan langsung diajak ke jalan sama Abang juga di usia 8 tahunan.
Kesimpulan aku tentang rantai bukan cuma tentang karena merk semata. Tapi karena cara penggunaan yang kurang tepat. Karena Lovina dari Polygon yang kami pakai juga eror di rantai. Sebabnya Luma sempat pakai dan sering mengarahkan arah kayuhan ke belakang. Sudah diperbaiki ke bengkel tapi sama seperti kejadian sepeda sebelumnya, rantainya tetap mudah lepas.
Dari kemarin aku sudah tanya-tanya ke toko sepedanya untuk tukar tambah. Karena sepeda yang laki-laki yang sesuai postur kembar dari sepeda punya Thoriq dan sepeda punya Luma. Tapi aku pingin biar adil, satu sepeda lagi juga dengan model bmx. Alhamdulillah dari toko sepeda membolehkan tukar tambah. Toko tempat kami beli sepeda selama ini adalah Star Bike di jalan Kaliurang yang juga punya cabang di jalan Gejayan dengan nama toko yang berbeda -aku lupa tapi namanya.
Catatan: Kalau ada teman-teman yang tertarik dengan sepeda kembar -terutama area Jogja, bisa kontak aku. Aku jual dengan harga Rp 600rb per sepeda (harga pas beli 1,2 sekian per sepeda). Aku tunggu sepekan dari postingan ini ya. Karena memang ingin segera berganti sambil declutter barang karena biar lebih rapi garasinya. Roda tambahannya masih ada, jadi tinggal dipasang lagi kalau mau dijadikan sepeda roda 4 lagi. Bagian ini akan aku hapus insya Allah kalau sepedanya sudah terjual.
cizkah
Jogja, 17 November 2024