Beberapa waktu yang lalu, aku baru sadar, ternyata ada yang sama dari ibadah silaturahim dan shodaqoh.
Kondisi 1
Untuk orang-orang yang tempat tinggal orangtua/keluarganya dekat, hubungan dengan keluarga harmonis adem ayem, maka menjalin silaturahim itu seperti orang kaya yang punya duit yang gak usah dihitung-hitung yang tinggal keluarin di saat dia mau atau dibutuhkan. Tinggal lagi tentu aja membiasakan diri untuk menjalin silaturahim atau membiasakan diri untuk menjadi seorang yang dermawan dengan apa yg dimiliki.
Kondisi 2
Dan untuk orang-orang yang tempat tinggal orangtua/keluarganya jauh entah dimana-mana, dan momen untuk berkumpul secara keseluruhan itu juga jarang-jarang, dan membutuhkan biaya yang tentu saja – lumayan – besar padahal dana yang dimiliki ya minim, maka menjalin silaturahim itu seperti orang yang hartanya cukup, maka dia butuh melatih dirinya dengan keras untuk menjadi orang yang gak bakhil dan semoga ketika berada di kondisi 1, dirinya udah terbiasa untuk mengeluarkan shodaqoh ke orang-orang yang memerlukan.
Dan kami…ada di kondisi 2 :D.
Waktu kami menimbang-nimbang untuk mudik ke Jambi dan Jakarta sekaligus…rasanya sungguh beraatt sekali. Karena tentu saja dengan pertimbangan dana itu tadi, hehe. Karena kami di kondisi kedua. Dana yang ditabung untuk ini dan itu sepertinya harus diatur ulang dan dilapangkan untuk sesuatu yang lebih baik…silaturahim.
Kemarin sampai buka yufid.com terus ngesearch dengan kata silaturahim. Dan akhirnya menguatkan dan membulatkan tekad dengan hadits ini,
(مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ أَوْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ. (متفق عليه
“Barangsiapa yang senang untuk dilapangkan (atau diberkahi) rezekinya atau ditunda (dipanjangkan) umurnya, maka hendaknya ia bersilaturrahim.” (HR. Muttafaqun ‘alaih).
Ini seperti ketika kita merasa berat untuk bershodaqoh kemudian mendengar hadits ini,
Diriwayatkan dari Abu Hurairoh radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Seseorang datang menemui Rasulullah -Shallalaahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam dan bertanya, “Wahai Rasulullah, shodaqoh yang bagaimanakah yang paling besar pahalanya?” Beliau bersabda :
“Engkau bershodaqoh dalam keadaan sehat, amat membutuhkannya, khawatir miskin, dan berangan-angan menjadi orang kaya. Janganlah menunda-nunda (shodaqoh) sehingga jika ajal telah sampai ke kerongkongan engkau berkata, “Untuk si fulan sekian, untuk si fulan sekian.” Padahal memang harta itu untuk si fulan” (H.R. Bukhari, lafazh ini darinya dan Muslim)
Rasanya insyaAllah jadi lebih lapaang deh untuk melepaskan harta yang memang bisa jadi Allah berikan ke kami itu untuk menjalin silaturahim ini. Dan mulailah perburuan tiket untuk berangkat ke Jambi dan Jakarta :D.
Oh ya…yang membuat tahun ini kami serasa harus ke dua tempat ini (Jambi dan Jakarta), karena momen yang entah kapan lagi datangnya.
Ke Jambi, karena adik suami yang perempuan menikah tanggal 11 September. Plus lagi, sudah 3 tahun kami gak pulang ke Jambi (terakhir tahun 2008, pas Ziyad masih umur 1 tahun). Tadinya kami mau cari tiket yang murah 😀 (tanggal 20-an), sekalian sama moment di Jakartanya itu…tapi kata Bapak Mertua, sebaiknya gak usah aja kalo udah tanggal 20. Udah sepii hihi…Kami pikir betul juga ya.
Ke Jakarta, karena mas aku yang tinggal di Belanda sama istri dan anaknya lagi dateng ke Indonesiah…dan aku udah gak ketemu beliau 4 tahun. Plus lagi, sudah 2 tahun kami gak mudik ke Jakarta (terakhir tahun 2009 pas aku abis dikuret). Wew…
Kapan lagii kami bisa ke nikahan adik suami; emangnya ada rewindnya 😀 . Alasan kedua adalah entah kapan lagii ketemu sama mas sama anaknya – mereka juga butuh perjuangan untuk bisa mudik ke Indonesia kann…
Ya sudah…alhamdulillah akhirnya kami memulai petualangan menjalin silaturahim kami tanggal 6 September kemarin…
Banyak ceritaaaa…kejadian yang sungguh mengesankan sepanjang perjalanan kami. Sayangnya waktu luangku gak sebanyak cerita yang mo diketik hihihi…gimana dongg….nunggu waktu luang lagi insyaAllah yaa….
Bismillah
Assalamu’alaikum…
Mba…ijin ngelink site mba ini yah di blog ana yang baru “tempat cuap-cuap” sisi diri *weww* . Jazaakillaahu khairan mba…
wah…wa’alaikumussalam…tafadholi…akhirnya bikin di wp. Abis yang di multiply ana bingung kalo mo baca.
url blognya tapi susyah ya?
*ketawa nyengir-nyengir* susah yah? gak susah sih kalo tau artinya. Kalo dibaca “bodo” kan jadi “burgi”.
Kalo yang di MP malah enak menurut ana. Fasilitas lebih lengkap, lebih gampang, lebih enak…ada PM pula. Plus lebih bebas ngutik2x CSS dan HTML, dann yang pasti itu kalo pake MP bisa dibikin kotak2x gitu menu blognya. Gak kayak di WP atau di Blogspot kan gak bisa.
Yaa akhirnya bikin juga di WP, habis kasian juga sama yang gak punya akun di MP jadi susah mau komentar (sebenarnya bisa sih, cuman harus pake gadget apaa gitu, sehingga membolehkan para pengunjung yang gak punya akun di MP bisa komentar. Tapi terbatas aja tempatnya)
[…] aja yang pulang mudik?! Yes…saya juga termasup di dalamnya. Demi demi…demi silaturahim. Dengan berbagai pertimbangan dan kemungkinan (misalnya tahun depan insyaAllah hamil, abis itu […]