Waktu Ziyad dan Thoriq baru masuk pondok, aku sempat langsung tersadar kalau untuk selanjutnya, Abang bakal sendirian saat pergi ke masjid.
Buat yang udah punya anak yang biasa bareng berangkat ke masjid, mesti tau gimana terkadang persiapan ke sholat tuh mesti diatur supaya kamar mandinya bisa dipakai bergantian.
Ada momen berangkat bareng ke masjid dan pulang bareng dari masjid.
Aku pikir, Abang bakal mendapati momen itu bersama kembar, nanti ketika mereka usia 7 tahun insya Allah.
Kembar baru masuk usia 6 tahun Oktober 2022 ini.
Aku juga mengira, karena akan ada jeda yang cukup panjang sampai kembar usia 7 tahun, Abang mungkin butuh adaptasinya lebih-lebih lagi, karena mungkin udah lupa rasanya berangkat sholat yang diiringi harus mengingatkan anak-anaknya yang masih belajar sholat untuk persiapan. Apalagi ini yang perlu dididik dan dibiasakan 2 orang anak kecil.
Itu logika aku dan perkiraan aku.
Ternyata, yang terjadi malah lebih cepat dan lebih mudah alhamdulillahilladzi bini’matihi tatimushsholihaat.
Kemudahan dari Allah
Yang seperti inilah yang aku bilang bahwa rezeki itu gak mesti berupa materi.
Karunia Allah dalam bentuk kemudahan mendidik anak-anak juga rezeki yang sangat-sangat patut disyukuri.
Awalnya, Handzolah dan Kholid mulai ikut-ikutan sholat bersama aku yang sholat berjama’ah bersama Luma. Mereka mulai baca bacaan sholat yang memang dari kemarin dibaca keras oleh Luma sambil mebawa poster sholat – yang aku bikin untuk lumalumi. Bacaan sholat yang pendek seperti ruku dan sujud mereka sudah mulai tahu.
Kembar juga minta diajari untuk wudhu. Yang mereka juga melihat dari poster wudu yang aku bikin. Ketika mereka sudah gak lihat poster lagi, ketika lupa mereka bakal tanya, “Abis muka apa, Mi?” “Abis itu kepala?” Dst.
Sampai akhirnya, Handzolah minta ikut ke masjid ke Abang.
Kholid yang memang butuh adaptasi kalau berhadapan sama orang, awalnya belum mulai ikut.
Setelah 3-4 kali Handzolah ikut ke masjid, akhirnya Kholid pun mulai ikut ke masjid.
Semangat ke Masjid
Semangatnya mereka itu masya Allah.
Ketika sudah dekat waktu sholat, malah mereka duluan yang siap-siap.
Ketika Abang keluar kamar mandi setelah persiapan sholat dan tinggal pakai jubah, Abang selalu mendapati kembar udah siap dengan pakaian sholatnya.
Ini bikin terharu banget masya Allah laa quwwata illa billah.
Mau nangis pas ngetik ini, mikirin betapa Allah beri kemudahan setelah kemarin ada ujian yang aku dan Abang ngerasanya berat banget.
Beberapa kali mereka gak ikut sholat padahal udah siap-siap karena hujan atau gerimis. Waktu itu, payung di rumah tinggal satu yang bisa dipakai. Segera aja aku pesan payung murah meriah – karena udah entah keberapa kalinya beli payung, jadi gak cari yang gimana-gimana lagi -. Sengaja aku cari yang lokasi tokonya di Jogja biar bisa segera sampai dan bisa digunakan.
Senangnya bukan main.
Ketika Abang mengira hujan cukup deras dan memutuskan sholat di rumah, kembar malah langsung ngomong, “Kan ada payung.”
Abang langsung jadi, “Oh iya.” hehe.
Barokallahu fiihimaa.
Gimana di Masjid?
Masya Allah laa quwwata illa billah.
Mereka sangat tenang, gak bercanda, gak lari-lari atau membuat keributan.
Sampai salah satu tetangga yang sudah tahu gimana dari zaman Ziyad sampai akhirnya ngeliat kembar berkomentar, “Anteng ya masya Allah.”
Kalau semua sudah pulang dan mulai sepi, mereka agak lebih relaks dengan rebahan di sajadah masjid.
Mereka benar-benar yang mengeksplorasi dan menikmati berbagai pengalaman yang didapat di masjid.
Cerita “Peci topi” yang menusuk lembut pipi Handzolah yang kemudian di kesempatan lain ternyata Kholid yang juga diperlakukan sama. Mungkin gemas. Atau “Peci Abu-Abu” yang begini dan begitu. Aku bilang, “Kenalan dong…mas, namanya siapa?” 🙂
Sosok-sosok yang diceritakan memang santri suatu lembaga yang pondoknya ada di depan masjid.
Sholat Jumat
Sampai akhirnya, mereka mulai minta ikut sholat Jumat. Abang masih ragu. Aku pun masih ragu. Jadi, belum terlalu disiapin banget.
Pernah suatu Jumat, mereka udah mau ikut banget. Tapi ternyata mereka gak bisa ikut, karena Abang merasa sudah terlalu mepetnya. Waktu itu mereka belum mandi.
Kamis malam di pekan berikutnya, sebelum tidur, mereka udah pesan ke aku, kalau mesti duluan mandi dan siap-siap. Masya Allah laa quwwata illa billah. Barokallahu fihimaa.
Besoknya jadi mereka beneran duluan langsung ingat dan langsung aku siapkan. Mereka udah siap pakai jubah bahkan sebelum Abang ke kamar mandi untuk siap-siap.
Gimana pas di masjid?
Alhamdulillah sangat tenang dan gak muncul hal yang mungkin biasanya dikhawatirkan – aku dan Abang khawatirkan pula. Yang bosan atau semisal itu.
Mereka seperti menikmati.
Waktu ikut sholat Jumat yang pertama, Abang memilih posisi paling kanan. Tapi ternyata mereka sangat ingin melihat khotib. Karena posisi khotib di tengah dan menjorok dan gak terlihat oleh mereka, mereka jadi sibuk berusaha melongok-longok.
Sholat Jumat berikutnya, Abang ambil posisi di tengah agar mereka bisa puas melihat khotib.
Bongkar Koper
Aku pakaikan mereka baju koko yang memang sudah ada di laci baju mereka.
Baju koko yang dulunya dipakai Ziyad :).
Ada juga sarung yang sebenarnya hasil bongkaran dari celana sarung, benar-benar berfungsi jadi sarung alhamdulillah. Dipakai oleh Kholid.
Bolak-balik dipakai, baju koko mereka mulai terlihat kusut dan lusuh. Harus cari gantinya nih aku pikir.
Akhirnya aku bongkar koper buat cari jubah kecil yang aku simpan. Jubah yang pernah dipakai Ziyad atau Thoriq.
Alhamdulillah dapat 4 jubah. Tapi yang bisa dipakai baru 2 jubah. Yang 2 lagi masih agak kepanjangan.
Handzolah memilih jubah putih yang Abang beli di Madinah ketika umroh. Kholid memilih jubah warna biru muda yang dulunya dipakai Thoriq.
Mereka pakai ini juga sampai lusuh sampai akhirnya aku rendam oxypowder selama 2 hari biar gak kelihatan lusuh lagi.
Alhamdulillahilladzi bini’matihi tatimush sholihaat.
Jangan lupa, doakan anak-anak dan keturun kita selanjutnya, doakan dalam sujud kita, dalam doa sebelum sholat, agar menegakkan sholat dan DIJAUHKAN dari menyembah selain Allah.
ربي اجعلني مُقِيمَ الصَّلَاةِ ومن ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ رَبَّنَا اغْفِرْ
Artinya, “Ya Rabb-ku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat. Ya Rabb kami, perkenankanlah doaku.” (QS. Ibrahim: 40)
ربي اجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَن نَّعْبُدَ الْأَصْنَامَ
Artinya, “Ya Rabb-ku, jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala.”
cizkah
Sabtu sore, 10 Desember 2022