Nasehat-nasehat yang muncul selama hari-hari terakhir Ziyad izin sakit cacar di rumah sebenarnya gak ada hubungannya sama hal yang terjadi kemudian. Cuma kalau dipikir-pikir sebenarnya bisa saja akarnya adalah hal besar yang baru kami ketahui kemudian.
Rabu, 17 Mei 2023
Ziyad diantar kembali ke pondok hari Rabu sore. Waktu menyiapkan kembalinya dia ke pondok gak ada pikiran apa-apa. Memang sudah disiapkan kemungkinan akan lama karena libur panjang lagi itu ya sekitar bulan Desember.
Sore itu juga, aku mengabarkan ke musyrif Ziyad. Ziyad diantar sore itu ke pondok.
Sampailah malamnya dimana aku melihat percakapan di grup ummahat pondok yang membuat aku berpikir ulang tentang hafalan Ziyad. Ada sesuatu yang sepertinya “aneh” kalau dikaitkan dengan hafalan Ziyad yang menurut aku ko seperti gak jelas sebenarnya sekarang sampai di tahap apa. Walaupun sepanjang dia di sana, yang sering kami tanyakan ya hafalannya gimana.
Akhirnya mulailah aku membuka lagi percakapan dengan musyrif Ziyad. Menanyakan sebenarnya bagaimana proses dan tahapan di pondok untuk menguatkan sampai ke arah tasmi 30 juz. Ini baru target minimal ya. Belum ke arah sanad.
Aku gak bisa cerita detil banget ya. Musyrif Ziyad ini ustadz pengabdian. Jadi beliau memang sekedar menjalankan tugasnya sesuai batasan yang diarahkan. Kalau secara sistem, aturan, pembagian halaqoh bukan wewenangnya.
Berbarengan dengan proses aku menanyakan ke musyrif Ziyad, aku juga menanyakan ke grup ummahat bagaimana proses di pondok. Maklumlah. Ziyad kan santri baru. Aku masih merasa meraba-raba berbagai hal.
Aku menyampaikan kondisi hafalan Ziyad ketika proses penerimaan —yang ini terjadi di bulan November 2021— sedangkan sekarang sudah bulan Mei 2023.
Ziyad sudah hafal 30 juz di bulan Agustus 2021. Sudah melalui proses mengulang setoran dari juz 1-30 dan sudah ke setoran putaran kedua. Di putaran kedua ini, kondisi hafalan Ziyad sudah mutqin (hafalannya kuat) 15 juz. Ust Izzudin dari pondoknya saat SMP waktu itu memperkirakan beberapa bulan lagi akan selesai 30 juz penguatannya.
Setahun telah berlalu di pondok SMA. Hal itu gak terjadi.
Aku punya catatan tentang jawaban ust Izzudin saat proses tes Ziyad bulan November 2021 itu di unggahan instagram yang ini:
Percakapan-percakapan selanjutnya dengan musyrif-lah yang membuat hatiku hancur.
Bahkan ada hal-hal lain dari info yang aku dapatkan yang bikin sedih. Waktu mendapat jawaban musyrif Ziyad ada satu jawaban yang paling bikin sedih berkaitan dengan pembagian halaqoh, aku cuma jawab, “Sedih saya ustadz. Qodarullah wa masya a fa’al.”
—
Abang yang mendapat kabar terbaru dari aku, sebenarnya juga sedih. Yang “lucunya” ini terjadi setelah baruuu aja sore tadi Ziyad diantar ke pondok. Perjuangan loh nganter ke pondok Ziyad pakai motor. Super jauh. Kalau udah ada yang ngerasain rontok berangkat dari area Monjali atau Kaliurang ke pondok Ibnu Mas’ud di Godean, bayangkanlah 3 (atau malah 4) kali lipatnya itu.
Malam itu, aku gak bisa tidur. Aku memikirkan berbagai hal yang sudah kami lalui. Mengingat proses Ziyad untuk mencapai 30 juz di Ibnu Mas’ud. Nangis. Sedih. Gak tenang.
Kamis, 18 Mei 2023
Akhirnya, dari pagi itu, kami sudah mulai bergerak untuk mendapat jawaban dari kemungkinan-kemungkinan jika Ziyad kami keluarkan.
Oh iya, seberat dan sepenting itulah bagi kami hal yang kami ketahui hingga kami langsung memutuskan opsi keluar.
Ketika memutuskan keluar pun, kami juga sangat memikirkan arah dan langkah ke depannya nanti bagaimana.
Pagi-pagi banget, aku mengirim pesan ke bu Tuti, menanyakan apakah bisa Ziyad didaftarkan lagi ke PKBM beliau.
Aku sempat mengabarkan mba Emi tentang hal yang kami alami. Beliau memberi beberapa masukan. Di situlah aku juga mendapat sebuah kalimat yang sangat menghibur hati aku.
Abang juga menghubungi ust Izzudin dan menceritakan kondisi yang baru saja kami ketahui.
Siangnya (masih hari Kamis), kami semakin yakin bahwa insya Allah Ziyad akan kami keluarkan.
Abang sholat istikhoroh. Aku masih menunggu akhir masa haid.
Abang mulai menghubungi ustadz yang berkaitan dengan hal ini, menyatakan niat kami.
Jumat, 19 Mei 2023
Akhirnya dapat jawaban dari ust Fulan agar Ziyad menemuinya. Yang sebenarnya ini agak dilematik. Karena buat ngasih tahu Ziyad, itu kami kesulitan dan masih menganggap bahwa kami harus ikut aturan. Apalagi kami masih harus menjelaskan ke Ziyad masalah keluar yang pastinya bakal bikin dia kaget. Maka kami menunggu sampai jadwal telpon Ziyad hari Sabtu.
Jumat malam, aku sudah bisa istikhoroh untuk keputusan ini.
Sabtu, 20 Mei 2023
Abang jemput Thoriq menjelang ashar. Kami menceritakan ke Thoriq tentang keputusan terbaru terkait bang Ziyad.
Dengan susah payah (walaupun pada saat itu harusnya jadwal menelpon Ziyad), akhirnya kami berhasil menelpon Ziyad dengan memakai hp salah satu ust pengabdian yang tadinya mengurus bagian penelponan.
Pelan-pelan, aku memberi tahu Ziyad niat kami untuk mengeluarkannya.
Shock…ketahuan banget Ziyad shock. Dia baru 3 hari di sana. Walaupun sudah berusaha sesingkat mungkin, percakapan malam itu makan waktu 20 menit. Aku makasih banget ke ust pengabdian yang meminjakan hp-nya.
Malam itu, aku gak bisa tidur lagi :(. Gak bisa tidur di sini berarti aku gak bisa tidur sampai pagi. Aku ngebayangin gimana sedihnya Ziyad. Aku bisa paham bagaimana sedihnya Ziyad.
Dia tuh bangga banget bisa masuk pondok yang sekarang. Kami pun bangga. Apalagi ketika ujian kemarin, dia mendapat peringkat 1 atau 2 dari 600 peserta yang mendaftar. Tapi kami tahu, ada hal lain yang harus diutamakan lebih dari “rasa bangga” ini.
Dia pasti ngerasa sedih banget bakal kehilangan teman-temannya. Tapi ada hal yang lebih penting daripada teman yang sifatnya sementara ini.
Pas akhirnya Abang bangun, aku bilang aku gak bisa tidur. Aku bilang aku ngebayangin sedihnya Ziyad. Aku pingin peluk Ziyad; nenangin dia.
—
Ahad, 21 Mei 2023
Benar-benar, hari-hari yang sangat berat. Kalaupun bisa tidur, tidurku gak nyenyak. Makan benar-benar gak selera. Sekedar ngisi perut karena inget masih banyak tanggung jawab yang harus aku kerjakan.
Aku baru bisa (berusaha) tidur setelah jam 7 pagi karena tetap masih ada hal-hal yang aku diskusikan dengan Abang.
Jam 10.30, aku udah terbangun dan sebenarnya gak ngerasa tidur dengan nyenyak, tapi di sisi lain juga ngerasa kaya gak bisa tidur lagi.
Menjelang Dzuhur, Abang bilang ke aku, “Mau kita berdua ke sana, Dek?”
Ah, aku gak nyangka Abang nawarin ini. Tentu saja aku mau banget.
“Adek kuat gak?”
“Insya Allah.” Padahal aku udah gak bisa lagi ngerasain badan aku tuh sebenarnya rasanya gimana. Capek ya capek, ngantuk tapi gak bisa tidur. Pokoknya lebih fokus hal-hal yang terjadi dan ingin diselesaikan.
Karena ada Thoriq, kami lebih tenang ninggalin Luma, Handzolah dan Kholid insya Allah. Thoriq termasuk anak yang bisa diandalkan insya Allah untuk ngurus rumah. Dia paham apa yang harus dilakukan kalau kami sampai malam insya Allah.
Kami juga tenang karena dalam proses ini, Abang sudah berkomunikasi juga sejak kemarin dengan ust Izzudin. Jadi, ust Izzudin tahu apa yang sedang kami hadapi. Sehingga ketika minta izin agar Thoriq gak bisa diantar karena kami masih berada di pondok Ziyad, ust Izzudin insya Allah bisa paham.
Sampai di pondok Ziyad, pas baru selesai adzan ashar. Salah satu santri langsung menghampiri dan menanyakan nyari siapa. Baru selesai dijawab, dari kejauhan aku bisa lihat sosok Ziyad yang sedang pakai sendal. Yang ternyata juga dia pas melihat aku dan memicingkan matanya; seperti meyakinkan bahwa benar yang dia lihat di kejauhan itu ummi abi-nya. Tapi, ketika dia tahu itu ummi abi-nya, bukannya bahagia, dia malah berjalan dengan sangat gontai. Seperti dugaan aku, pasti hatinya sedang hancur saat ini.
Dia menghampiri aku dengan muka sangat sedih.
Duduk di pinggiran masjid. Aku tanya, “Ziyad kaget ya.”
“Shock,” katanya.
“Sama, Ummi juga kaget. Kita gak ada pikiran sama sekali Ziyad.”
Abang yang segera mengambil wudhu meninggalkan kami. Aku juga menyuruh dia segera bersiap-siap sholat.
Deep Talk
Selesai sholat, Ziyad keluar duluan menghampiri aku yang juga sudah duduk duluan di tepi masjid. Masih sempat ngomong sebentar tapi kemudian dia tunjuk gazebo. Aku sempat tanya ke dia, “Ziyad seneng gak, Ummi sama Abi dateng?” Dia jawab gak jelas dan aku tahu dia gak bisa jawab senang karena rasa kecewanya masih sangat besar. Tapi gpp, itu karena dia belum paham.
Aku tadinya mau nunggu Abang selesai, tapi ga jadi, duluan aja. Aku ajak dia jalan ke gazebo. Pembicaraannya terlalu penting dan harus di posisi yang memang bisa bicara mendalam. Sedangkan di masjid banyak santri lain lalu lalang.
Duduk di gazebo, hal yang aku sampaikan di awal adalah tentang bagaimana pahamnya aku dengan kesedihan dia tapi juga meluruskan cara pandang dia supaya bisa lebih tenang menghadapi keputusan ini.
Aku tanya dia, “Ziyad nangis?”
“Engga,” jawabnya benar-benar dengan kondisi muka sedih, kecewa dan sebenarnya nahan nangis.
“Ziyad kalau mau nangis nangis aja. Gpp.”
“Ummi tahu, Ziyad sedih. Ummi juga sedih Ziyad. Ummi tahu Ziyad udah bangga bisa masuk ke sini. Ummi juga bangga insya Allah. Tapi ada yang lebih penting dari rasa bangga ini. “
“Ummi tahu Ziyad sedih banget bakalan pisah sama teman-teman. Tapi sama seperti dulu ummi tanya ke Ziyad waktu Ziyad masih kecil, ‘Ziyad, Ziyad mau sekolah kenapa?’ Waktu itu Ziyad jawab, ‘Soalnya ada temannya.’ Seperti itu juga sekarang. Bukan itu tujuan utamanya.”
“Ziyad juga udah ngerasain yang namanya teman itu sementara. Semuanya nanti harus menempuh jalan hidupnya masing-masing.
Ustadz-ustadz yang sekarang jadi musyrif, yang lagi pengabdian, semuanya lagi nyari buat tahap belajar selanjutnya. Udah mikirin dirinya masing-masing.”
“Alhamdulillah Ziyad udah ngerasain satu tahun. Udah cukup insya Allah. Insya Allah Ziyad akan ketemu teman-teman baru. Dunia yang baru insya Allah.”
Aku bilang lagi untuk kesekian kalinya, “Bisa jadi kita mengira itu adalah kebaikan padahal ternyata gak baik buat kita dan bisa jadi kita mengira ini buruk untuk kita tapi sebenarnya ada kebaikan yang banyak di situ.”
Setelah aku bisa ngomong dengan tenang beberapa hal, gak lama Abang datang ikut bergabung. Kami membahas lebih detil lagi sebab kenapa dan arah nanti kalau Ziyad sudah keluar nanti. Kemudian Ziyad juga melihat proses aku dan Abang di proses mengeluarkan ini yang juga tetap berliku. Dia bisa sedikit melihat dan merasakan perjuangan Ummi Abinya.
Di saat-saat terakhir ngobrol, aku sempat memperlihatkan video yang aku dapatkan baru kemarin di saat aku sedih banget. Ketika ngomong ke Ziyad, ternyata cukup bikin tercekat. Beneran kondisinya saat itu super sedih.
“Ziyad, ketika melihat video ini, yang Ummi lihat dan bayangin adalah Ziyad. Insya Allah, Ziyad akan sampai di posisi yang sama. Ketika itu, Insya Allah Ziyad akan tersenyum dan ingat ucapan Ummi ini.”
Ziyad saat itu melihat videonya dengan serius – nggak seperti biasanya kalau aku kasih lihat video-video lainnya sekedar tau aja.
Abang mengaminkan ucapan yang aku baru omongin.
Sebelum pamitan pulang, aku bilang ke dia, “Sini, peluk Ummi.” Dia ndeketin badannya untuk peluk aku. Aku peluk dia lama dan cium kepalanya beberapa kali.
Kami beri arahan untuk langkah selanjutnya. Karena kami masih harus mengurus secara administratif sebelum sampai ke tahap resmi dan bisa menjemput Ziyad. Tentu saja kami ingin pamit dengan adab yang baik insya Allah. Gak langsung “cabut” gitu aja.
Dia masih terlihat sedih, tapi juga terlihat sudah mulai paham dan bisa menerima keputusan ini.
Sepanjang jalan pulang, aku dan Abang masih diskusi berbagai hal. Rasanya momen ini jadi momen untuk saling menguatkan yang keberapa kalinya dalam hidup kami. Terasa bagaimana juga ujian untuk tetap menjadi orang baik, beradab baik, sebagaimanapun pahitnya sesuatu yang kami hadapi.
Baru sebentar perjalanan, kami harus mampir ke sebuah masjid untuk sholat Maghrib. Sebenarnya aku sudah mulai merasa lapar sejak di pondok Ziyad, tapi sepanjang perjalanan gak ketemu tempat makan yang klik. Sudah dekat rumah, adzan Isya. Mampir sholat Isya. Abang ajak aku makan dulu karena sudah terlalu lapar. Kami makan sekalian bungkus buat anak-anak di rumah. Di rumah sebenarnya sudah ada lauk yang dibeli tadi siang. Tapi gpp, biasanya mereka lapar lagi.
Sampai rumah jam 20.30 malam. Sungguh lelah dan urusan ini belum selesai.
Senin, 22 Mei 2023
Pagi hari bangun Subuh, aku bangun dalam kondisi perut sakit khas asam lambung tapi ini sudah langsung yang sakit banget. Langsung segera minum cuka apel.
Pagi itu masih gak tenang karena urusan administratif belum selesai. Alhamdulillah Allah mudahkan, ketika proses langsung ke bendahara dan aku sampaikan bahwa kami sudah menghubungi beberapa ustadz, proses selanjutnya alhamdulillah jadi lebih jelas – insya Allah aku bahas konsekuensi mengeluarkan ini di tulisan tersendiri.
Setelah mendapat kepastian positif dari respond bendahara, aku langsung menghubungi muyrif dan wali kelas Ziyad. Aku minta izin pamit dan mengucapkan terima kasih atas bimbingannya selama ini. Terutama karena juga wali kelasnya cukup tahu dan memperhatikan potensi Ziyad sebenarnya, tapi qodarullah wa masya a fa’al.
Siang hari Ziyad menelpon dari hp musyrifnya. Nada suaranya sudah terdengar lebih ceria dan optimis. Dia cerita juga baru saja diajak ngomong khusus oleh wali kelasnya, naik mobil keliling Bantul.
Abang juga menyampaikan akan membereskan hal-hal lainnya. Kemungkinan besar dia akan dijemput besok insya Allah.
Kami masih sempat bahas juga beberapa hal supaya Ziyad bisa pamitan dengan teman-temannya di pondok.
[Sampai malam, ternyata sakit lambungku masih ada. Padahal siang sudah minum 2 gelas besar air degan. Sudah minum air jeruk nipis. Kayanya emang karena udah akumulasi berbagai hal ya. Karena udah bertahun-tahun aku gak kena asam lambung (maag) sampai lama dan sakit banget kaya gini.]
Selasa, 23 Mei 2023
Abang masih mengurus satu hal terkait dokumen Ziyad yang dipegang oleh pondok, yaitu akta kelahiran. Biar lebih tenang, Abang memutuskan untuk langsung mengambilnya sendiri. Lokasi dokumen berada di lokasi yang berbeda dari lokasi Ziyad, tapi juga cukup jauh. Karena sudah memperkirakan juga akan menjemput Ziyad hari ini, Abang mengambil dokumen tersebut sebelum Dzuhur.
Setelah Dzuhur Abang beristirahat sebentar. Masih sempat kontak dengan Ziyad memastikan bahwa Abang berangkat dari rumah setelah ashar.
Qodarullah ternyata macet, Abang sampai di sana sudah dekat waktu Maghrib. Masih nungguin Ziyad juga dengan teman-temannya.
Alhamdulilah, dari foto-foto dan video bersama teman-temannya, aku bahagia Ziyad menunjukkan kedekatan dan berinteraksi dengan baik dengan teman-temannya insyaAllah. Semoga bisa bertemu lagi di kesempatan lainnya dengan keadaan iman dan takwa yang lebih baik lagi.
Malam harinya, Ziyad sudah sampai di rumah :).
Alhamdulillahilladzi bini’matihi tatimush sholihaat…
Semoga Allah mudahkan perjalanan kami selanjutnya. Semoga Allah mudahkan perjalanan Ziyad selanjutnya.
Jogja, 9 Juni 2023
[…] Makasi banyak buat yang udah semua yang memberi perhatian atau mendoakan baik kami ketahui atau tanpa kami ketahui 🙂 setelah membaca tulisan Keputusan Besar. […]
[…] lalu, pas lagi hari-hari kurang tidur dan ga enak badan (akhir Mei 2023), kirain karena ini jadi matanya gak bekerja maksimal. Mikirnya karena anemia. […]