Ada satu dua orang tetangga yang nanya, “Kurikulumnya pakai apa?” Pas kemarin tahu Ziyad belajar di rumah. Hmm…kurikulum Ziyad di rumah?
Jawabnya: Cuma sedikit dan gak ribet.
Jangan bayangin bakal ngedapetin file pdf yang bisa didownload atau tampilan tabel dengan jadwal harian di postingan ini hehe…
Kurikulumnya:
- Hafalan Quran
- Belajar membaca hijaiyah
- Belajar membaca latin
Tulis menulis baru mulai rutin itupun masih random. Itupun (lagi) berapa hari cuma nulis kata, “Ziyad” sama sekali kata “Robot”. Setahunan kemarin masih semoodnya dan acak perhuruf.. Tapi yang jelas alhamdulillah kemampuan awal untuk menulis udah dia miliki.
Kok dikit banget. Mana materi haditsnya? Mana materi ini itu ini itunya?
Ya begitulah adanya. Sempat mikir, bener gak yah, bagus gak yah. Tapi pas coba-coba nge-checklist-in kurikulum anak usia 2-6 tahun, alhamdulillah malah hampir semuanya udah Ziyad kuasai di usianya waktu itu 4 tahun. Dan kegiatan “belajar” itu dijalankan secara natural, tanpa ada jadwal khusus dan target khusus.
Bahkan, banyak skill lainnya yang tak tertuliskan di situ. Misalnya, Ziyad sudah bisa mengoperasikan laptop (menggunakan mouse, mengecilkan volume dst) dari usia kira-kira 2, 5 tahun dan terus berkembang hingga kini. Secara bertahap dia tahu cara memainkan suatu file dengan mengklik 2x, menyalakan laptop, cara mematikan laptop – yang gak main asal pencet kaan… -. Dan kemampuan-kemampuan hebat lainnya insyaAllah yang mungkin gak terpikirkan dimasukkan ke kurikulum anak usia 2-6 th.
Masa sih semuanya?
Coba aku cek lagi.
- Di bagian AKU: yang masih ketuker-tuker adalah rasa asin dan asem. Yang lainnya DONE.
- LINGKUNGAN: DONE juga insyaAllah.
- KEBUTUHANKU: DONE juga insyaAllah.
- BINATANG: : DONE juga insyaAllah.
- TANAMAN: bagi aku sih ya juga done hehe. Ya kalo disaklekkin ke pembagian jenis-jenisnya sih kayanya gak krusial ya. Emangnya mo belajar Biologi. Yang jelas dia tahu tanaman. Dia tahu tanaman itu disiram, disingkirin kalo ada ulet. 😀 Ya berdasarkan kegiatan sehari2 aja.
- DST, insyaAllah DONE
Awal Belajar Formal (Formal Instruction) di Rumah
Waktu mulai – belajar – menerapkan belajar formal (membaca) kepada Ziyad itu dijalankan secara bertahap dan pelan-pelan. Aku sengaja beli buku tempel stikernya Erlangga for Kids tentang angka. Lebih banyak crafting-crafting juga. Jadi, acaranya pas awal-awal tempel-tempel stiker abis itu baca hijaiyah (gak mesti saklek dari buku Iqro), abis itu bikin prakarya. Iyah, cuma Iqro aja, tanpa membaca latin. Aku lihat kemampuan dan perkembangan dia. Baca hijaiyah ini aja penuh liku-liku, pake buku ini itu, cara ini itu – insyaAllah ceritanya di postingan lain -. Abis itu baru mulai belajar baca latin. Tapi itu juga gak saklek setiap hari mesti dijalanin semua itu.
Bagaimanapun, sampai saat ini aku masih terus mencari METODE yang sesuai untuk mengajarkan Ziyad agar bisa membaca Al-Quran dan Latin. Semoga Allah memberi kesabaran dan mempermudah jalan Ziyad untuk menjadi penghafal AL-Quran dan penuntut ilmu. Gak perlu dan gak pingin lihat kemampuan anak lain yang mungkin kelihatan lebih wah ntuk kemudian menuntut dia supaya memiliki kemampuan yang sama dengan si anak orang lain tsb. Tapi yang perlu dilihat adalah metode si ibu untuk mengajarkan si anak, apakah bisa kita ambil…atau perlu disesuaikan lagi dengan anak kita. Semoga bermanfaat…
Jadi ingat metode Bapak membelajarkanku ketika masa kecil dulu. Nggak pernah maksa. Lebih ke “nawarin” untuk belajar. Alhamdulillah juga senang belajar sama Bapak. Mulai dari Belajar sholat, belajar nulis (kalo ini biasanya bapak beliin buku trus aku utak-atik sendiri), belajar iqra’ dan baca (kalo ini lebih sering sama mas-masku) Trus belajar tajwid (ini pas udah agak gedhe, SD kelas berapa ya? lupa :D), Bapak ngajarinnya pake papan tulis, dan aku di depan beliau, persis kaya guru ngajarain muridnya (emang bapak berprofesi sbg guru :D). Dan yang nggak terlupa, dongeng bapak menjelang tidur untukku, diceritain tentang Nabi dan Rasul. Dan ketika aku sudah bisa baca, Bapak sering membawakan buku2 cerita dari sekolah.. Senang, Maasyaa Allah, dan sepertinya bapak juga tidak menjdwalkan secara rinci dari hari ke hari mesti belajar apa. Berjalan secara alami saja.. Bapak juga dulu jadi guru ngaji anak2 TPA di rumah, jadi ketika bapak ngjar anak2 usia di atasku, aku ikut menyaksikan sambil minum segelas es teh #hehe, maklum masih kecil dan cuma ikut2an aja. Alhamdulillahi bini’matihi tatimmushshalihaat…
oiya, mungkin salah satu pendorong bapak untuk membelajarkanku di rumah, karena waktu itu aku nggak mau (takut) masuk TK. alhasil, langsung masuk SD menjelang usia 7 tahun, dan alhamdulillah tidak cukup tertinggal dengan teman2 yang sempat mengenyam pendidkan di TK.
wah…keren atuh…iya
iya…siap masuk SD itu insyaAllah gak mesti karena sudah melalui masa sekolah di TK yah.
Banyak sekali umm,jazakillahukhayran. pengen menrapkan homeschooling pada anak-anak,tp masih terlalu banyak kendala, diantaranya pandangan masyarakat pada homeschooling.sementara masih sekolah reguler
haah…banyak apanya teh lilis?
kalo pandangan masyarakat gpp…itu bukan kendala insya Allah ^^
karena yang penting dari kitanya. kalo kitanya udah mantap…insya Allah omongan orang itu biasanya karena mereka kurang tahu tentang homeschooling itu sendiri ^^.
Bismillaah
Assalaamu’alaykum mbak cizkah.. syukran jazaakillaahu khayran share nya ya sangat bermanfaat ..
Baarakallaahu fiiki mbak..
Sempet blenger gimana caranya mau homeschooling anak saya, yg mau masuk usia preschool insya allah januari nanti.
Ternyata disederhanakan saja ya.. yang penting niatnya benar, tujuannya jelas, dan sesuaikan dengan kemampuan..
Makasiii mbak ya.. jazaakillaahu khayraa.