Narasi #1

Suatu hari, ada seorang ibu A berusia ±40 yang baru keluar dari rumah hendak ke warung. Suaminya juga sedang berada di luar rumah, sudah siap di atas motor, menunggu anaknya yang berusia 16 yang akan berangkat kuliah.

Ibu A sempat merekam kejadian tersebut karena itu adalah momen pertama kali anaknya berangkat kuliah. Sebuah momen yang membahagiakan.

Seorang perempuan muda yang berusia ±25 melewati keluarga tersebut.

Ternyata Ibu A bertemu dengan perempuan muda di warung yang tidak berada jauh dari situ. Sang perempuan membuka percakapan.

“Wah, ternyata trend celana pensil dipakai mamas.”

Ibu A yang tidak mengenal sosok perempuan muda ini berusaha menjelaskan dengan ramah. Karena merasa pembicaraan itu mengarah ke celana yang dipakai anaknya, ibu A menjelaskan kalau itu bukan celana pensil. Tapi celana biasa, celana blackhawk yang umum dipakai orang.

Ibu A kira hanya cukup sampai di situ.

Ternyata perempuan muda melanjutkan percakapan tersebut,

“Oh…Karena kurang suka lihat celana ketat pada lelaki.. kasihan ke testisnya. Katanya ngaruh ke kesuburan.”

Mendengar itu, ibu A cukup terkejut namun berusaha bersikap tenang. Laa haula wa laa quwwata illa billah.

Setelah diam sejenak, ibu A menjawab singkat untuk menghentikan percakapan yang terasa kurang menyenangkan ini, “Oo semoga Allah mudahkan supaya kamu bisa mendapatkan yang kamu sukai.”

Sang perempuan ternyata masih menjawab sambil tertawa, “Saya sudah punya suami, Bu. Maaf.”

Saat pulang kembali ke rumah, ibu A berusaha merenung, melihat ke hpnya. Melihat kemungkinan celana tersebut menjadi celana pensil.”

Saat melihat rekaman yang ia buat saat suami dan anaknya akan berangkat, semakin terkejutlah dia, karena sebenarnya sepertinya yang dimaksud dengan “Mamas” adalah celana suami ya.

Astaghfirullah. Laa haula wa laa quwwata illa billah.

Padahal celana suaminya justru dari sebuah merk yang insyaAllah memperhatikan sunnah dalam berpakaian.

Semoga Allah memperbaiki adab dan akhlak perempuan tersebut. Semoga Allah memudahkannya menjaga pandangannya.

Ibu A berdoa semoga tidak dipertemukan lagi dengan perempuan muda tersebut.

Selesai narasi.

Batasan Celana Ketat

Sekitar tahun 2005-2007 sering terjadi ribut-ribut manhaj salah satunya karena masalah celana.
Abang mengingat salah satu yang pernah disampaikan ust Zaen, bahwa batasan celana ketat itu ketika dipakai posisi normal.
Adapun saat posisi rukuk, sujud (apalagi lagi mengendarai motor), bukan jadi ukuran.
Sarung yang super longgar aja, kalau lagi rukuk/sujud bisa jadi ketat :).
“Makanya Abang suka ngelarang Adek kalau di tempat umum posisinya yang jadi terlihat lekuk tubuhnya.”
Misal posisi mengambil barang di swalayan jangan rukuk, tapi jongkok aja.

cizkah

12 September 2023

Masih berkaitan dengan hal ini, Ketika Engkau Merasa Tidak Sopan

Leave a Reply