Satu Jalur Waktu

Masih ingat tulisan singkat aku ketika menceritakan tentang keputusan supaya Thoriq kembali belajar di rumah? Waktu itu aku sedikit menyebut tentang satu jalur waktu. Aku perjelas di sini.

Mungkin ketika kita memahami dan menyadari bahwa kita hanya punya satu jalur waktu dalam kehidupan, akan memudahkan ketika kita mau memutuskan sesuatu atau menentukan skala prioritas.

Dalam satu jalur waktu, kita tahu gak semua bisa dijalankan berbarengan. Badan kita juga gak bisa berada di dua tempat. Ketika memutuskan langkah kehidupan, yang perlu kita lihat adalah tujuan di depan yang mau kita capai. Tujuan ini bisa tujuan jangka pendek atau jangka panjang.

Contoh Keputusan Thoriq Kembali ke Rumah

Untuk Thoriq, ada tujuan jangka pendek yang hendak dicapai. Tapi…Kalau Thoriq tetap di pondok, maka sekitar 6 hari dia melalui berbagai hal di pondok. Bertemu dengan aku hanya sekitar satu hari -karena dijemput Sabtu sore dan diantar Ahad sore-. Biasanya pun, karena sudah menghabiskan waktu yang lama di pondok, ketika di rumah lebih ingin digunakan untuk santai.

Padahal, banyak sekali hal perbaikan yang perlu dilakukan baik dari segi hafalan, pelajaran atau bahkan hal-hal lainnya terkait kehidupan. Karena tidak bisa ketemu titik temu itulah akhirnya kami putuskan agar Thoriq kembali menghafal dan belajar di rumah.

Walaupun kelihatan sebuah keputusan sederhana, keputusan Thoriq kembali ke rumah juga tentu saja mempertimbangka berbagai sisi terkait hafalannya dan pelajarannya. Bagaimana melaluinya dan target-target ke depan yang harus dicapai dan langkah untuk mencapainya. Insya Allah kalau hal ini sudah terlalui kita cerita-cerita lagi ya :).

Ada Tujuan di Depan

Konsep satu jalur waktu ini juga memudahkan untuk memberi pemahaman tentang tujuan kehidupan, fokus, dan prioritas ke Ziyad.

Alhamdulillah Allah sudah beri rezeki ke Ziyad. Waktu membuka kesempatan belajar Al-Qur’an bersama Ziyad, tentu saja aku batasi jumlah anak tiap sesi. Dengan pertimbangan dia punya tanggung jawab lainnya. Tanggung jawab yang paling penting adalah menjaga hafalannya, pelajaran sekolah SMA dan kuliahnya.

Suatu hari, dia ngomongin tentang mencari penghasilan tambahan. Aku bilang ke dia untuk bersyukur dan sebenarnya yang sekarang pun sudah alhamdulillah sekali. Fokus ke Ziyad sekarang bukan untuk “mencari uang”. Alhamduilllah kalau Ziyad punya pegangan sendiri sekarang.

Ziyad punya tujuan di depan. Pas banget waktu itu, sprei dimana aku duduk adalah sprei kotak-kotak. Jadilah aku menggambarkan garis waktu di sprei tersebut.

“Ziyad sedang melalui satu jalur waktu ini. Ada tujuan Ziyad di depan.”

Kemudian aku jelaskan kalau Ziyad sibuk dengan kerja, padahal pendidikan Ziyad perlu juga diperhatikan, akhirnya tujuan yang di depan gimana nanti hasilnya.

“Makanya disyukuri yang sekarang dengan tetap mengingat tujuan yang di depan.”

Ibaratnya gini Ziyad, itu orang-orang yang dapat beasiswa, kan biasanya juga nyari tambahan uang. Kalau dia fokus dicari uangnya, nanti bisa-bisa akhirnya kuliahnya hancur. Makanya caranya gak kaya gitu. Tau batasan buat kerja untuk cari uang tuh seperti apa. Tetap ingat tujuan.*

“Karena kita cuma punya satu jalur waktu. Bukan ada cabangnya terus Ziyad bisa pergi ke jalur waktu lain buat ngelakuin yang Ziyad mau.”

Alhamdulillah sejak aku kasih gambaran ini, dia jadi bisa lebih paham hal-hal yang harus diprioritaskan insya Allah.

Sebenarnya, begitupun dalam kehidupan secara umum manusia. Kita perlu mengetahui batasan kita mencari kehidupan di dunia seperti apa. Kita ingat tujuan utamanya sebenarnya kita hidup untuk apa.

Ibadah kepada Allah.

Dan kita cuma punya satu jalur waktu di kehidupan dunia ini.

Jogja 2 September 2024

Buku Menata Hati
Buku Menata Hati [versi cetak]
E-Book Menata Hati di Play Books

Leave a Reply