Ini adalah kisah nyata seorang anak di zaman kita. Yang tadinya perkembangan hafalannya terlihat biasa-biasa saja. Bahkan bisa dibilang lambat. Namun karena petunjuk dari Allah ta’ala, akhirnya kemampuannya bisa melejit sedemikian cepatnya. Kini ia telah hafal Al-Qur’an 30 juz, memiliki sanad qiro’ah, hafal 11.000 hadits. Insya Allah, kemampuan ini akan terus berkembang dengan izin Allah ta’ala.
Namanya Syarif. Dia adalah satu dari banyak anak di Mesir yang menghafal Al-Qur’an. Dari cerita yang dituturkannya sendiri, dia menghafal Al-Qur’an sejak usia 4 tahun. Sampai hampir menginjak usia 8 tahun, hafalannya “hanya” mencapai 4 juz. Proses ini dilaluinya di madrasah. Tak ada yang terlihat istimewa saat itu. Orang tuanya juga tidak terlalu fokus kepada proses hafalan Syarif. Sekadarnya saja bisa dibilang. Sang Ayah mengatakan karena ia disibukkan dengan bisnis dan perdagangan. Atau bisa dibilang, sibuk dengan dunia.
Sampai suatu hari, syaikh yang mengajarnya di madrasah, memberinya tugas menghafal sebuah syair sebanyak 22 baris. Syair itu akan dibacakan dalam acara kelulusan santri yang telah selesai menghafal 30 juz. Bagi yang telah menghafal syair, tentu mengetahui bahwa menghafal syai’r terasa lebih sulit dibandingkan menghafal Al-Qur’an. Syaikh memperkirakan, Syarif bisa menyelesaikan hafalan syair tersebut dalam waktu 1 hari.
Syarif langsung menuju suatu sudut, dan sibuk menghafal syair tersebut. Setengah jam kemudian, ia telah menghadap sang Syaikh dan mengatakan bahwa ia telah menghafal syair tersebut. Tentu saja Syaikh terkejut. Saat mengetesnya, ternyata Syarif benar-benar telah hafal syair tersebut.
Setelah itu, Syaikh bertemu dengan ayahnya. Syaikh mengatakan kepada sang ayah, bahwa Syarif memiliki kemampuan menghafal yang kuat. Maka jagalah dan uruslah baik-baik kemampuan tersebut. Dengan izin Allah, ini akan membawa buah yang manis di masa depan. Begitulah, seindah-indahnya mutara, jika tidak ada yang mengangkatnya dari dasar laut, ia adalah sekedar batu di dalam kerang. Allah-lah yang menunjukkan semua itu. Allah pula-lah yang memberi petunjuk kepada orang tuanya.
Ayahnya menanggapi serius ucapan syaikh. Ia mulai membuat jadwal untuk Syarif. Ayahnya pun baru menyadari bahwa hasil hafalan Syarif sangat bagus ketika fokus dilakukan di rumah. Syarif ditarik dari madrasahnya dan konsentrasi menghafal di rumah. Dengan rahmat dari Allah, kemudian kesadaran akan kemampuan yang telah dianugerahi Allah, akhirnya Syarif dapat menyelesaikan hafalannya dalam waktu 3 bulan!
Awalnya, Ayahnya mengira, setelah selesai menghafal Al-Qur’an, maka ia sudah sampai di tujuan. Namun seseorang memberitahu ayahnya tentang ilmu tajwid.
Maka sang ayah mengantarnya kepada seorang syaikh. Di sana, Syarif mempelajari dan menghafal matan Tuhfatul Athfal dan Jazariyah. Syarif pun akhirnya menyelesaikan mempelajari ilmu tajwid ini di usia 7 tahun 9 bulan.
Tidak berhenti sampai di situ, Syarif mulai belajar Qiro’at Al-Qur’an. Orang yang mempeljari Qiro’at, berarti hafalannya sudah kuat (bukan hafalan yang lupa di sana dan lupa di sini). Karena guru yang memberikan sanad mengetahui bahwa ia memiliki kecerdasan dalam menghafal, guru tersebut “mempercepat” prosesnya bersama Syarif. Biasanya, untuk mempelajari Qiro’at butuh waktu selama 8 tahun. Bersama Syarif, syaikhnya mengumumkan akan mengajari Qiro’at selama 6 bulan!
Proses belajarnya pun luar biasa. Awalnya dia belajar dimulai dari Ashar sampai tengah malam. Kemudian bertambah lagi hingga Subuh. Sampai akhirnya, Syarif belajar selama 20 jam setiap harinya. Tentu saja awalnya tidak mudah. Tapi hasil akhirnya sangat membahagiakan.
Setelah menyelesaikan qiro’atnya, Syarif mulai belajar hadits kepada syaikh Wahid Abdul-Salam Bali. Syaikh Abdul Salam ini adalah murid dari syaikh Ishaq AL-Huwaini. Syaikh Ishaq adalah termasuk murid terbaik syaikh Al-Bani, muhadits zaman ini.
Waktu itu, terdapat pengumuman bahwa Syaikh Abdul Salam akan mengadakan dauroh kitab Bukhori-Muslim selama 40 hari. Ayah Syarif berkata kepada Syarif,
“Oh..Syarif, aku tahu kamu baru saja melalui perjalanan yang sangat berat (menghafal dan mempelajari ilmu qiro’at), tapi ini adalah dauroh yang sangat bagus. Dan hanya 40 hari.”
Maka Syarif pun menjawab sang ayah, “Ayo kita lakukan.”
Syarif berpikir, ia telah menyelesaikan ilmu qiro’at selama 6 bulan, maka tak apalah jika – karena mempelajari hadits – bertambah menjadi 8 bulan.
Maka Syarif pun mengikuti dauroh tersebut. Tempatnya di Al-Mahala Al-Kubroh. Ia harus mengikuti dauroh selama 40 hari. Kemudian ditambah lagi 40 hari lagi untuk mempelajari terminologi/ilmu mufrodat (kosa kata) hadits.
Ternyata Syarif menyelesaikan pelajaran awal selama 20 hari. Maka Syaikh pun langsung melanjutkan ke pelajaran selanjutnya. Dan Syarif menyelesaikannya juga selama 20 hari.
Total hadits yang telah dipelajari dan dihafal Syarif adalah 11.000 hadits! Masya Allah.
Umur berapakah saat ia menyelesaikan semua itu?
Jawabannya: 12 tahun!
Masya Allah.
Semoga kita dapat mengambil pelajaran dari kisah ini.
Simak video wawancara yang dilakukan Syaikh Fahd kepada Syarif di video ini:
10 Januari 2016/30 Rabi’ul Awwal 1436 H
Disusun oleh: cizkah