Telu Likur

Hari itu aku belanja lebih pagi. Dan itu berarti berbarengan dengan ibu-ibu lain yang sengaja belanja pagi karena lauk pauk yang dibeli akan langsung dimasak hari itu juga.

Aku tak terlalu lama memilih-milih. Tumben-tumbenan bu Jum, sang pemilik warung menghitung belanjaanku dengan bahasa Jawa. Mungkin karena ibu-ibu di sekitar memang menggunakan bahasa Jawa, dan salah satu ibu membantu bu Jum menghitung belanjaanku, juga dengan bahasa Jawa.

Hasilnya…”Telu likur”, kata bu Jum.

Aku dengan sok tahu tapi juga ragu-ragu membuka dompet siap-siap mengeluarkan uang, “Berapa Bu? Tiga puluh…” Sengaja aku gantungkan kalimat, karena aku benar-benar gak tahu arti dari kata “likur”.

Jadi deh ramai ibu-ibu dan bu Jum membenarkan. Sahut-sahutan suara ibu-ibu memberitahu yang benar itu “Dua puluh tiga”.
Hihi…aku sih cengengesan aja. Bu Ning, salah satu ibu yang ada di situ sempat tertawa sambil bertanya, “Udah berapa tahun di sini.”
Bu Jum menjawabkan untukku, “Udah lama kookk.” Ukuran lama ini, karena 4 tahun yang lalu, kami pernah mengontrak juga di daerah Lempong sini.

Mungkin mereka tambah heran karena aku memberitahu angka tepatnya, “Udah…9 tahun”, sambil tetap tertawa.

Hmm…lama juga ya. Tapi ya gitu. Memang gak bisa-bisa bahasa Jawa. Berhubung gak pernah diajarin bahasa Jawa sama Mama Papa, dapet suami juga orang Jambi. Waktu kuliah juga teman-teman juga banyak berinteraksi dengan bahasa Indonesia. Jadilah perkembangan bahasa Jawanya mandeg. Selalu gelagapan kalo ada yang berinteraksi dengan bahasa Jawa. Mungkin juga karena dari akunya kurang semangat belajar bahasa Jawa ini ya.

NB. Tulisan ini ditulis dua kali, dan yang kedua pun dikerjakan di notes karena yang pertama karena koneksi yang super duper bermasalah beberapa minggu ini (bikin males ngapa2in yang berkaitan dengan net kecuali ngurus kerjaan) ternyata hilang saat proses posting. Si abang ketawa cekikikan waktu baca tulisan ini, “Likur itu dua puluuuh.” Haha…Jagoan dia ternyata ya.

Buku Menata Hati
Buku Menata Hati [versi cetak]
E-Book Menata Hati di Play Books

One Reply to “Telu Likur”

  1. jadi tersenyum membaca ini 🙂
    jazakillahu khairon umm…

Leave a Reply