Alhamdulillah…bulan Juli kemarin…Thoriq aku coba mulai tawarkan belajar Iqro. Sebelum-sebelumnya, aku lihat video dia yang lama dimana dia udah hafal banyak huruf. Terus mikir, kok aku gak maksimalin sih. Cuma karena dia cadel – banget – padahal. Akhirnya aku mulai lebih rajin nyodorin flashcard hijaiyah.
Lagi proses kaya gitu, terus mulai ada berita tentang Musa (usia 6 tahun) udah hafal AL-Qur’an. Masya Allah. Salah satu cara awal Musa itu dengan ditempelkan hijaiyah. Kalau yang ini kan udah dari bayi banget Thoriq juga ngerasain. Cuma ya gitu. Aku merasa aku kurang maksimalin. Atau karena terlalu banyak was-was dari setan yang bikin pikiran “Jangan di forsir”, “Belum waktunya”, “Gak usah terlalu bergegas”. Barokallahu fihim untuk keluarga Musa yang telah menginspirasi banyak orang. Aku sampai diskusi panjang lebar di sebuah grup tentang ini. Apakah kita termasuk akan terlalu bergegas kalau melakukan seperti apa yang Abu Musa dan Musa lakukan? Apakah kita akan mewujudkan superkids versi Islam?
Kesimpulannya waktu itu: Insya Allah engga. Karena beda dengan anak-anak superkids (anak karbitan) yang diforsir untuk mengejar dunia. Kalau seperti Musa dan Abu Musa, yang dipelajari adalah kalamullah. BEDA. Yang penting harus terus diperbaiki niat dari awal…dan dalam penerapannya balance dan juga melihat potensi masing-masing anak (yang itu hanya ortu masing-masing anak yang tahu dan harus pintar-pintar mengelola proses belajarnya)
Akhirnya aku maksimalin dengan menempel flashcard hijaiyah dimana-mana. Dan ternyata emang lebih efektif insyaAllah dibandingkan cuma disodorin. Aku tempel di termos air, di dinding depan laptop, di lemari., di cermin. Nah yang dicermin ini juga lucu. Ternyata benar banget hasil penelitian kalau anak usia bayi tuh lebih prefer warna kontras kaya gini. Ceritanya Luma kan suka aku mainin depan kaca. Pas aku udah tempel 2 huruf hijaiyah, setiap ke kaca matanya malah mandang ke flashcard itu.
Melihat perkembangan Thoriq, akhirnya aku putusin waktu itu mulai bejalar dari buku. Waktu itu mulainya dengan buku Metode Asy-Syafi’i (buku ini bagus insya Allah). Tapi terus mulai berasa kalau buku ini kurang cocok kalau untuk anak-anak apalagi baru mulai bejalar.
Akhirnya kembali lagi ke Iqro. Mulai belajar Iqro 1. Alhamdulillah, berasaaaa banget lebih mudahnya dibandingkan Ziyad dulu. Lancaaaar. Baca satu halaman gak pake lama, ngambek atau etc. Sempet kepotong lebaran dan liburan karena datang Oma Opa dari Jambi. Alhamdulillah Thoriq bisa selesai Iqro 1 sebulanan lewat sedikit.
Pas proses belajarnya itu, aku support dengan membuat “flashcard” hijaiyah yang model BESAR. Ini terbantukan banget juga. Apalagi ketika menghadapi huruf-huruf yang mirip kaya model ja, ha, kho, atau ain ghoin. Tempel deh gede-gede selama berapa hari. Alhamdulillah jadi lancar jaya sampe sekarang insya Allah.
Semoga bermanfaaattt.
na’am mbak, yang was-was setan itu.. subhanAllah.
Semoga Allah memudahkan langkah kami mengejar ketertinggalan mengajarkan kalamullah.
Mbak Cizkah, aku selalu senang baca postingan mbak… menyemangati dan mencerahkan…
Aku sudah subcribe di web ini tp knp gak dpt notifikasi ya klo ada postingan baru?
Yunita
alhamdulillah hehe..
iya toh…*blom pernah nyoba subscribe sendiri 😀
insya Allah aku cek in dulu ya