Uang Saku, Menabung dan Insiden Tabungan Ziyad

Uang

Ziyad mulai aku bisa amanahi membeli sesuatu sejak usia 5 tahunan. Dikasih catatan, dititipin uangnya, nanti bisa balik lagi insya Allah. Amanahinnya juga masih kecil-kecil nilainya. Paling beli bumbu dapur, tomat atau sayur mayur lain yang kadang suka ketinggalan pas belanja. Beda sama Thoriq yang sekarang juga usia 5 tahun lebih, ternyata belum bisa diamanahi itu. Pernah beberapa kali aku minta tolong beli benda-benda (nilainya gak lebih dari 8ribu), tapi ternyata dia belum sadar sepenuhnya. Bingung udah bayar apa belum, apa itu kembalian, mana kembalianya dll hehe. Akhirnya gak boleh berangkat sendiri kecuali cuma beli yang buat dia sendiri senilai seribu rupiah.

Uang Saku/Jajan

Ziyad mulai mengenal uang jajan/uang saku tepatnya bulan Agustus 2014. Ko bisa inget banget? Soalnya waktu itu masa-masa aku dan abang berusaha gimana keluarnya gak semotor berlima karena motornya masih satu. Salah satunya adalah dengan menggunakan waktu main Ziyad pas kami keluar. Dia main, kami keluar.

Aku masih gak tegaan waktu itu (sekarang udah mulai berkurang karena Ziyad memang lebih memilih main daripada ikut belanja sayur atau pritilan rumah tangga hehe). Apalagi Ziyad baru umur 7 tahun. Pokoknya, momen dia umur 7 tahun ini emang banyak banget hal baru yang dia pelajari. Mulai dari homeschooling tingkat SD, sholat, puasa, sampai mulai sering ditinggalkan di rumah sendirian saat kita keluar.

Alhamdulillah pas awal-awal itu, lagi ada acara lomba Agustusan. Karena acaranya lama, kita bisa keluar agak lama untuk menyelesaikan beberapa urusan (sekitar 2-3 jaman). Nah, Ziyad, kita tinggalin uang 5000-10.000 supaya dia bisa beli makanan yang mengenyangkan dan minuman.

Akhirnya sejak itu dia tahu kalau kita pergi tanpa dia dan kebetulan pas waktunya dia main (sore jam 4), dia pulang kita ga ada (belum pulang) biasanya terus kita tempel uang di pintu rumah pakai label.  Kalau sebelumnya kita belum ngasih tahu dia kalau kami mau pergi sebentar, di sisi uang itu juga dikasih notes. Jadwal main Ziyad kan sampai jam 5-an..nah, kalau kita keluar ba’da ashar biasanya pulang memang biasanya udah 5 lewat..makanya aku kasih uang untuk dia beli minum atau cemilan. Biasanya dia bakal nunggu kami di masjid sekalian sholat Maghrib.

Setelah beberapa kali seperti itu, akhirnya setiap jadwal dia main dia dapat jatah uang saku 1000 :).Kadang 1.500 atau 2000. Not much emang. Karena emang gak pingin dia beli makanan aneh-aneh. Di rumah insya Allah sudah disediakan makanan dan cemilan.

Seiring Thoriq mulai besar dan mulai tahu abangnya dapat uang jajan dan kadang yang dibeli dibawa ke rumah, akhirnya dia kadang-kadang minta juga. Gak tiap hari kalau dia mah. Biasanya kalau pas bareng sama Ziyad belinya atau pas aku minta tolong beli di warung belanjaan agak banyak dan Ziyad ngajak Thoriq, nah, sekalian deh tuh dapat jatah seribu-seribu. Termasuk beliin juga buat Luma.

Nabung

Untuk latihan menabung,  belum kami percayakan kasih uang agak lebih terus minta dia bagi-bagi sendiri.

Kadang, Ziyad nabung dari uang jajannya itu. Tapi seringkali emang kita kasih buat ditabung. Kadang dia yang minta, “Mi ini untuk di tabung ya?”, dari kembalian belanjaan.

Thoriq pun begitu ketika dia juga aku mulai kasih tempat buat nabung.

Ngga, gak pake celengan ko. Pake toples biasa. Sengaja.

Alhamdulillah mereka sadar atau lumayan sadar menabung hehe. Thoriq juga senang misalnya aku kasih, “Ni buat di tabung.” Kadang 2000 atau 5000. Atau kadang dia sendiri yang minta.

Aku pinginnya memang mereka sadar kalau mereka nabung. Bukan sekedar formalitas.
Kan kadang ada sekolah nerapin nabung. Tapi cuma orang tua nyerahin ke sekolah. Bukan si anak yang merasakan pengalaman menabung. Akhirnya hakekat melatih menabungnya jadi hilang hehe.

Shodaqoh

Untuk shodaqoh juga dilatih seperti itu.  Pernah pas aku kasih 5000 untuk bekal Ziyad..katanya cuma dipakai 2000. Yang 3000 dimasukin ke masjid. Masya Allah..kita puji-pujilah dia. Barokallahu fiik Ziyad.

Insiden Tabungan Ziyad

Nah, pertengahan bulan puasa kemarin,pas aku lagi bantu beres-beres dan nata kamar mereka,  sempat aku dapati uang tabungannya bisa dibilang habis (yang lembaran kertas). Aku tanya buat apa?

Waktu itu dia bilang buat jajan, ada yang dimasukin masjid juga katanya. Aku tanya baik-baik. Gak pake nada marah atau emosi atau nada tinggi. Itu tabungan. Sudah dikasih uang saku. Di rumah juga sudah disediakan makanan. Buat apa?

Waktu itu kita tekanin, ini bagian dari belajar Ziyad. Belajar amanah, belajar hemat. Belajar nahan nafsu. Ziyad juga gak boleh janji-janjiin temannya atau berusaha dapetin temen dari nraktir-nraktir dst.

Jawaban (cara jawab) Ziyad sebenarnya bisa dibilang samar waktu itu. Tapi aku sama abang (iya aku sama abang nasehatin berdua), berusaha gak nuduh atau nuding atau ngejudge atau ndesak dia. Pas kita udah selesai kasih pesan-pesan, Ziyad juga ngomong,

“Mi..Ziyad juga barusan belajar satu lagi.” Berhenti sebentar terus dia lanjutin,  “Belajar jujur.”

“Iya masya Allah.” Aku nangkap dari jawaban dia bahwa dia memang jujur mengatakan uangnya itu untuk beli jajan.

Setelah lebaran, aku dengar kabar dari mba N yang tinggalnya satu kampung denganku, bahwa keponakannya uang saku puasa sama lebarannya habis cepat banget. Terakhir ketahuan beli mainan di kakak adik bersaudara yang tinggal di sekitar kami (yang pernah ngajakin Ziyad main kuis (padahal intinya sih judi)). Mainan bekas, dijual 50rb. Ternyata mereka juga jual kartu-kartu seharga 3000, Mereka juga kalau minjemin mainan disewain per jam berapa ribu. Ibunya mba N yang ngurus keponakannya itu datangin si anak dan minta balikin uangnya. Mainanya di kembalikan. Dan anak yang jual tu mainan bekas ternyata jawab, “Mau kumpulin uang dulu”. Padahal baru dua harian uang itu diserahin. Masya Allah ya. Aku udah punya firasat gak enaaak jauuuh hari, makanya selalu wanti-wanti ke Ziyad untuk gak terlalu dekat bermain dengan anak-anak ini.

Aku kasih kabar ini ke abang, dan mengaitkan dengan kejadian tabungan Ziyad yang habis. Malamnya, abang gak tahan nungguin aku ngajak ngomong Ziyad hehe. Akhirnya Abang yang mulai pembicaraan dengan Ziyad. Tapi jawaban Ziyad tetap ngga di pakai untuk beli kartu atau sewa mainan atau yang berkaitan sama anak itu. Baiklah. Kita percaya insya Allah. Terus kita ceritakan kejadian yang kami dengar dan kembali berpesan kepada Ziyad untuk mencari teman yang baik. Hati-hati ketika bergaul…dst.

Hehe..dari masalah uang..sampai juga ke masalah pergaulan ya.

 

cizkah
Jogja 9 Agustus 2016

Leave a Reply