Yufid Bukan Bisnis

Yufid bukan bisnis. Apalagi bisnis pribadi.

Mungkin ada yang di benaknya salah paham.

Salah paham yang pertama adalah: menganggap bahwa yufid itu seperti bisnis yang ketika follower banyak, subscriber banyak, konten banyak berarti pemasukan banyak.

Salah paham berikutnya adalah berarti orang-orang yang berada di dalamnya makin mapan kehidupannya.

Atau lebih spesifik lagi, berarti pimpinannya makin mapan ekonominya :).

Salah besar.

Ini adalah rangkaian cerita yang pernah aku tulis di story instagram sekitar 2 tahun yang lalu. Bisa dilihat di highlight Yufid di instagram aku :). Pembahasan ini diawali waktu aku share salah satu postingan instagram Yufid tentang donasi.

Kemudian beberapa bulan kemudian, aku bahas juga dari sisi kami sendiri sebagai bagian dari Yufid. Aku rasa, sebagai orang yang terlibat di dunia dakwah, tetap ada resiko prasangka. Makanya aku ceritakan sedikit dari yang bisa diceritakan :).

Awal Yufid

Tahu ga, Yufid awalnya didonaturi 1 orang?
lya 1 orang.
Investasi yang Masya Allah.

Logikanya –bagi yang belum bisa membayangkan– dulu saat Yufid baru mulai itu “gak kelihatan” dan kalau orang baru dengar itu, “Apa sih nih Yufid Yufid?”

Ini bukan bentuk suatu lembaga sekolah yang nanti bakal ada pemasukan dari murid-murid yang daftar. Bukan investasi dunia yang mikirnya “Bakal balik modal ga?”

Ini investasi yang ga semua orang bisa melakukannya. Barokallahu fii maalihi wa ahlihi. Semoga Allah memberkahi harta sang donatur dan keluarganya.

Sampai akhirnya tim dan pekerjaan yang dilakukan berkembang, dana operasional pun bertambah. Akhirnya mulailah dibuka donasi untuk umum. Di samping itu, agar pemasukan tidak bergantung pada donasi semata, maka dibentuklah yufidstore.

Salah Paham

Kadang, ada yang salah paham. MENGIRA dengan adanya Yufid yang terlihat “besar” maka, berarti secara finansial, Yufid itu oke banget dan kami yang terlibat di dalamnya, tentu keuangannya juga oke banget :).

Kenyataannya:

Dari sisi Yufid: tetap ada masa-masanya di titik harus menghemat agar masing-masing divisi tetap berjalan sesuai dana yang ada.

Dari sisi Abang: Bahkan sampai tulisan ini dibuat (tahun 2022), masih ngejelasin ke Thoriq (11th) –anak yang masih polos insyaAllah- tentang Abang. Aku bilang ke dia di suatu percakapan sebelum tidur yang juga didengarkan oleh adik-adiknya,

“Yufid itu punya umat. Bukan bukan punya perorangan.”

“Ga seperti orang bisnis, semakin besar bisnis, uang yang masuk makin banyak. Berarti yang punya bisnis, makin kaya raya.”

“Gaji Abi aja, pembina yayasan harus tahu. Ga bisa naik atau naikin sembarangan. Harus dibicarakan di antara pembina. Ga tau kapan Abi terakhir naik gajinya. Malu kalau dibahas-bahas di pembina.”

[Ini karena pernah suatu hari Abang menceritakan suatu hal ke salah satu pembina yang beliau adalah donatur pertama -padahal yang Abang bahas bukan minta kenaikan gaji, malah lagi bahas apakah ada gaji yang perlu dikurangi karena berkaitan dengan akad yang bagi Abang itu amanah – tapi kemudian pembina tersebut membicarakan di grup para ustadz pembina untuk menaikkan gaji Abang dan menyebut nominal untuk kenaikan gaji Abang (semuanya itu dilakukannya di grup khusus pembina tapi screenshot pembicaraan bahasannya dikasih lihat ke Abang*]

“Makanya itu namanya amanah. Harus jaga amanah dan harus jaga diri. Uang yang masuk bukan punya Abi. Ada bagian keuangan yang pegang.”

“Kaya Umar bin Khottob gitu loh Thoriq. Gajinya Umar dari Baitul Mal. Bukan berarti Umar bawa ember, terus masukin tuh dirham-dirham yang ada di Baitul Mal.”

gaji Abi

Usaha Pribadi

Alhamdulillah Allah kasih rezeki dari jalan lainnya. Jualan produk sendiri di @lumalumicom yang kami bisa nabung-nabung dari situ.

Dalam menjalankan @lumalumicom pun bisa dibilang masih “semampunya” dan ga over jangan sampai amanah yang ada malah jadi ga dikerjakan.

Alhamdulillah, doa kami supaya bisa seperti yang Syaikh Al-Albani lakuin. Kerja yang sifatnya untuk dunia, kami mohon bisa dikerjakan untuk tidak menghabiskan waktu kami. Agar kami bisa melakukan amanah dan ibadah lainnya.

Allah kasih jalan dengan kami jadi produsen (tokopedia lumalumi). Sebagai produsen pun kami bergerak “lambat”.

Karena semampunya itu, sampai sekarang alhamdulillah semua masih dikerjakan sendiri.Belum ada pegawai khusus lainnya di lumalumi. Abang sendiri yang angkut hasil dari percetakan, pakai motor.

Ini pas lagi rame-ramenya pesenan justru pas lagi covid. Yang namanya usaha ada naik turun jadi gak selalu rame ya.

Beberapa waktu yang lalu, ada pernyataan dari seseorang.
Suaminya sangat semangat dan cinta bekerja di dunia dakwah.

Sang istri, punya tanah (modal). Sebenarnya (secara ga langsung) ada keinginan untuk totalitas di bisnis. Sama seperti kami, dia sudah punya usaha yang menurut aku sudah cukup bagus insyaallah.


Maksudnya: sebenarnya ada sedikit keinginan buka bisnis aja secara totalitas?
Kalau kami pribadi, sangat mengingat2 ayat surat Muhammad
Intanshurullaha yanshurkum wa yutsabit aqdaamakum

Jadi, logika rezeki bukan semata-mata “aku punya modal, buka usaha aja.”
Malah mikirnya, bisa jadi kemudahan2 dalam hidup itu insya Allah karena kita berkhidmat dalam dakwah.

Yang kalau kita lepas, belum tentu ada kemudahan2 sepetyi yang kita rasakan
Jadi, rezeki yang ada sekarang disyukuri dan berusaha tetap gimana bisa berkhidmat dalam dakwah.

Rezeki itu ga selalu kasat mata.
Berbagai kemudahan, rasa bahagia, itu juga rezeki.

Amanah di Yufid juga kepada Tim

Tim juga didididik untuk punya visi misi akhlak dan adab supaya semuanya bisa menjaga amanah
Ini potongan percakapan yang aku sampaikan ke salah satu desainer yang laptopnya rusak:

Kapan-kapan cerita tentang ini lebih detil insya Allah ya. Jangan punya ekpektasi atau sangkaan bahwa orang yang kerja di dunia dakwah itu semuanya berarti adab akhlaknya baik dan bisa dipercaya.


Nanti bisa akh *** , cicil setiap bulan misalnya.
Sebenarnya Yufid bisa saja membelikan secara full untuk akh ${ }^{-}$. laptop baru, insya Allah. Tapi ini tidak dilakukan. Karena uang Yufid banyak yang dari donasi. Maka kalau ada tools semisal laptop yang dibelikan yufid, hanya boleh digunakan untuk kepentingan Yufid. Tidak boleh digunakan untuk kepentingan pribadi yang sifatnya untuk menambah pemasukan pribadi.


Makanya supaya akh ***. bisa leluasa memakai laptop tersebut, lebih enak kalau itu adalah benda milik pribadi akh ***
Artinya akh …….. bisa menggunakannya untuk project-project pribadi.

Ana pribadi juga menggunakan laptop yang dibeli dengan dana pribadi. Software adobe illustrator yang ana pakai juga ana berlangganan pribadi (bukan punya Yufid), karena ana juga punya project pribadi.

Bang Hen juga menggunakan alat milik pribadi untuk pekerjaannya, alhamdulillah.



Jadi begitulah. Yufid bukan bisnis. Apalagi bisnis pribadi. Semuanya amanah dari Allah. Kalau suatu hari nanti ada pekerjaan lainnya, aku sama Abang udah sering bahas tentang ini insya Allah; semoga bisa tetap terlibat di Yufid. Semoga Allah mudahkan kami untuk menjaga amanah ini.

* Hari ini pas mau qoilulah sempat jadi flashback dan Abang cerita lagi sebenarnya apa yang Abang bahas ke pembina/donatur awal yang malah jadi dibahas di ustadz pembina. Ternyata itu pas kembar udah lahir, jadi sekitar 7-8 th yang lalu ^^.

cizkah
Jogja, 24 Mei 2024


2 Replies to “Yufid Bukan Bisnis”

  1. tim yufid barakallahu fiiikum,
    aku inget banget awal mau tau sunnah itu aku antara ke dengerin rodja dari jerman, muslim.or.id, almanhaj atau buka yufid. Itu doang tok.
    Makin kesini kebawa ke anak-anak. Gimana yufid kids nemenin anak-anak belajar hijaiyah. Inget banget aku tau Thoriq dari video kajian kak Erlan.. pas lihat IG mba Cizkah, nyambung ke yufid dan punya anak namanya Thoriq langsung klik, ini ummanya Thoriq haha.
    Makin kesini, maasyaallah allohumma baarik. Kontennya makin banyak bantuin aku dan suami buat ngajarin anak anak. Terutama Kisah muslim dan Epic Story.
    Aku tau si komentarku apalah artinya, tapi semoga tim yufid Allah kasih istiqomah… Allah ridhoi jalannya dan jadikan jalan antum sekalian ke surga. Aaamiiin

    1. Hehehe masya allah…
      Semoga Allah menjaga semuanya dan tim yang terlibat di dalamnya.

Leave a Reply