Anak Perempuan

Foto akhir pekan kemarin.

Banyak yang mau diceritain dari setiap anak. Apalagi 2 tahun ini peralihan masing-masing anak dari satu tahap kehidupan ke kehidupan lain terjadi di saat pandemi.

Mau cerita tentang Luma, dari sisi dia sebagai satu-satunya anak perempuan di rumah.


Kemarin cuma salah satu contoh aja. Gimana dia kelihatan sedikit uring-uringan. Beda urusannya kalau anak laki-laki, ditegasin bisa paham.

Kalau anak perempuan, yang kami rasakan harus lebih sabaaar. Hehe.

Kemarin dia pingin, kami naik sepeda ke tempat sepupunya. Kami bilang ga bisa.

Ini lagi ngobrol di area meja di teras. Jadi percakapannya sebenarnya pelan dan dekat. “Abi kan mau antar bang Ziyad.”

“Besok naik sepeda.” Maksa sambil ngomong terus keinginan dia.

Aku lihatin Luma sambil mikir.
Akhirnya aku tawarin.

“Atau Luma mau diantar ke Qays main di sana? Nanti Abi jemput?”

Abang juga langsung semangat nyetujuin.

Luma nolak, “Gak mau.”

Terus masih ngomong,

“Besok naik sepeda.” Ngulang-ngulang.

“Ya besok lihat besok, insyaAllah.”

Akhirnya, Abang kepikiran ngajak dia aja. Tadinya aku kurang setuju mengingat pondok Ziyad jauuuuh. Tapi ngeliat Luma yang seperti itu, akhirnya aku iyain.

Ternyata, helm dia kotor banget ga bisa dipakai. Helm sepeda udah kekecilan.

Akhirnya pakai helm adeknya yang ruang kepalanya lebih besar. Pas duduk di motor bagian depan, ya Allah ini mah udah tinggi banget.

“Bisa apa, Bang?”
“Nanti pulang, Luma di belakang ya?”aku masih ngasih pesan-pesan.

Daaan seterusnya.

Sabar sabar sabaar.
Pantes hadits Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam malah tentang ke anak perempuan ya.

Abang juga pernah bilang, ya kaya gitu juga Abang ngadepin aku yang perempuan 😋.

Maksudnya, “kebengkokan” pada seorang wanita itu ya pasti ada. Jadi, ya harus sabar. Ga bisa keras karena malah bisa mematahkannya. Harus sabar untuk meluruskannya.

Ini baru dari satu sisi cerita tentang Luma. Kapan-kapan cerita dari sudut lain lagi insyaAllah.

#ceritaluma #limaanakhomeschooling

Leave a Reply