Apakah akan Berlalu Begitu Saja?

Sebenarnya, hasil perenungan atau banyak hal itu sebenarnya lebih ke buat aku. Dari berbagai hal yang terjadi di zaman sekarang ini, salah satu yang menurut aku sering “menipu” seperti aku pernah tulis adalah media sosial.

[Ini juga sering  jadi bahan diskusi antara aku dan Abang. Kalau diskusi aku dan Abang lebih ke arah pengayaan konten di internet. Bagaimana supaya konten-konten di dunia maya diisi oleh tulisan-tulisan orang yang berilmu. Tulisan-tulisan dari ringan atau sampai mendalam terhadap berbagai permasalahan dan bahasan dalam Islam. Ilmu itu kan luas banget. ]

Tapi kita balik lagi ke bahasan umum. Praktek sehari-hari orang pada umumnya deh.

Pada prakteknya, menulis secara khusus itu memang kaya jadi sesuatu yang berat. 

Pada saat ini,  di zaman ini, lebih enak menulis di social media. Cukup ringkas-ringkas saja, posting. Yang gampang-gampang keluar dari kepala. Mendapat respon, komentar atau like.

Kemudian berlalu waktu. Tulisan yang kemarin, yang mungkin bermanfaat sudah gak bisa dicari. Menghilang di antara ratusan feed atau baris status.

Yang lebih kini adalah story baik di instagram atau whatsapp.

Yang menurut aku cukup “parah” keberlaluannya adalah whatsapp. Karena benar-benar tanpa jejak setelah pembuatan status.

Lebih ironis lagi kalau ternyata yang dibuat status bukan hal yang ringkas. Panjang lebar atau sebenarnya bisa jadi bahasan khusus atau artikel.

Social Media; yang Mudah dan Cepat Lebih Menggoda

Yang singkat-singkat, ringkas, mudah, memang lebih menggoda. 

Apalagi kalau langsung mendapat respon. Jadi pujian atau sekedar bahan obrolan.

Apalagi wanita. 

Memang sudah fitrahnya suka cerita dan memang butuh bercerita. Hal-hal kecil saja bisa jadi kalimat-kalimat panjang. Meluapkan apa yang dirasa dan dipikirkan. 

Tapi…

Tapi sayang kalau sifatnya itu singkat, bahkan sangat singkat. Walau sudah cukup “melegakan” rasa diri. Memuaskan “rasa hati” sesaat. Sebagaimana makanan lezat yang sekedar lewat memuaskan “rasa lidah” tapi belum tentu sehat di perut dan badan.

Itulah ujian dan godaan terbesarnya.

Efek manfaat jangka panjangnya sayang sekali kemungkinan besar akan kurang.  Maka dari itu, memang perlu membiasakan diri untuk menulis itu lebih ke untuk catatan kita pribadi. Gak mengharapkan komentar, like atau follow-an. 

Syukur-syukur kalau memang kemudian bermanfaat untuk yang lain. Karena memang seringkali pelajaran itu di dapat dari cerita. Bukankah Al-Qur’an itu juga menyampaikan kisah-kisah untuk dijadikan pelajaran?

Buat Aku

Bukan berarti aku itu orang yang selalu nulis hanya di blog sini aja. Aku sendiri masih harus juga mengontrol diri. Masih berusaha memilah-milah mana yang prioritas untuk dibagi di media-media yang sifatnya temporary.

Kadang, ada info ada tulisan yang aku sampaikan di feed instagram. Dan beberapa kali aku sampaikan bahwa itu hanya ringkasan saja. Tulisan mendalamnya ya di blog. Tujuannya nulis di blog adalah agar lebih mudah dicari saat dibutuhkan.

Yang lucu, seperti orang memberi konten inginnya ringkas, cepat. Yang membaca pun pada umumnya juga seperti itu. Ingin info ringkas, padat, cepat. Sehingga kadang yang aku tulis dan bagikan secara ringkas (misal di instagram), bisa dibilang lebih banyak yang mencukupkan dengan yang di instagram.

Tapi gpp insyaAllah. Karena tujuan utama menulisnya bukan untuk dibaca dengan target social media tertentu atau yang sifatnya sempit insya Allah.

Abang pun sering mengingatkan aku tentang hal ini. Pernah ada kejadian, sampai Abang menyarankan untuk hal tertentu, sudah gak perlu aku share lagi di story atau feed. Cukup tulis di blog. Yang benar-benar menginginkan info atau ingin tahu ceritanya, insya Allah yang memang membaca sampai masuk ke blog.

Silih Berganti

Sudah hampir 20 tahun berkecimpung dengan dunia internet, pada dasarnya, media-media sosial itu silih berganti naik dan turunnya.

Dulu ada friendster, path, bbm, kemudian berbondong-bondong facebook, twitter daaan platform lainnya yang sampai aku udah lupa namanya. Semuanya ada fase naik, tapi kemudian stagnan atau bahkan menurun dan menghilang.

Sekarang memang lagi zamannya instagram. Jadi, gak mesti nanti semua akan tetap berada di sana. 

Kita juga gak bisa mastiin yang sudah kita tulis akan tetap ada. Tapi kita berharap dan berusaha mencari hal yang jika kita lakukan atau luangkan waktu untuk hal tersebut, hal itu bisa memberikan efek manfaat jangka panjang biidznillah.

Sedikit renungan dari aku.

cizkah
10 September 2020

Buku Menata Hati
Buku Menata Hati [versi cetak]
E-Book Menata Hati di Play Books

Leave a Reply