Percakapan Ibu-Ibu dengan Aku yang Bercadar

Alhamdulillah bisa ikutan puasa kali ini. Yang lebih bersyukur lagi adalah bisa full masak, gak pake beli di luar. Buat bukaan, sahur, nyiapin minuman berbuka dan makanan tambahan pasca sholat tarawih sendiri. Seneng banget walaupun sajiannya sederhana tapi insyaallah lebih sehat dan bikin selera makan dibanding beli lauk di luar. Yang pasti lagi, ya lebih hemat.

Nah, tapi kan gerak aku terbatas banget untuk belanja. Padahal warung sayur dekat rumah ternyata stock selama bulan puasa ini lebih sedikit daripada bulan-bulan biasa. Plus lagi, banyak bahan makanan yang cuma bisa aku dapatin di swalayan. Misal daging giling atau gurami hidup.

Akhirnya ngajak abang Sabtu ini ke swalayan. Berangkat cuma ngajak Luma. Ziyad sama Thoriq – yang lagi kurang enak badan – ditinggal di rumah. Luma pakai rok batik warna merah hasil beli di Beringharjo. Plus jilbab Jersey warna coklat muda. Lucu banget masya Allah.

Baca selengkapnya Percakapan Ibu-Ibu dengan Aku yang Bercadar

Perkembangan Kehamilan Si Kembar 15 Minggu 5 Hari

Biasanya di setiap kehamilan, aku memang udah kaya orang nunggu gajian deh kalo pas nungguin jadwal periksa. Tapi ini rasanya lebih lambat banget waktu berjalan. Tadinya saking pinginnya periksa, mau periksa di minggu 15 aja. Tapi masih bisa terlewati.

Kehamilan yang dulu-dulu, aku selalu nandain kalender setiap minggu biar ketahuan ini udah masuk minggu berapa. Biar gak usah ngitung-ngitung lagi dari awal setiap kali pas pingin tahu. Dan selalu suka banget baca artikel tentang perkembangan janin per minggu atau perbulan. Padahal udah hamil berapa kali ya :D. Aku pikir, di kehamilan yang ini…mungkin aku bisa gak kaya gitu. Soalnya kadang bikin jadi serba salah sendiri heheh. Susah jelasinnya.

Baca selengkapnya Perkembangan Kehamilan Si Kembar 15 Minggu 5 Hari

Lusi, Iwan dan LGBT

Dakwah itu…pada dasarnya memang harus lembut. Karena dengan kelembutan, InsyaAllah akan lebih baik hasilnya. Pun menghiasi akhlak orang yang sedang berdakwah.

Dakwah kepada orang yang menderita LGBT pun begitu. Karena mereka juga ga semuanya bisa dipukul rata punya sifat yang sama. Tingkat keparahannya berbeda, penyebabnya berbeda dan seterusnya. Maka jika kemudian nasehat disampaikan kepada mereka tanpa nada emosional ataupun kebencian, InsyaAllah akan lebih baik lagi.

Kok aku bisa ngomong gini? Karena aku pernah hampir setahun kenal dengan orang seperti ini. Bertemu langsung. Bahkan – walaupun sedikit – berbicara dengan mereka. Ajaib ya.
Memang banyak yang belum aku ceritakan tentang hidupku. Salah satunya ya ini.

Waktu itu aku masih bekerja di warnet. Sudah pakai jilbab alhamdulillah. Tapi belum kenal sunnah seperti sekarang.

Warnet tempat aku bekerja cuma beberapa puluh langkah dari pasar Sumber Artha. Warnetku menempati blok keempat dari lima blok yang disewakan. Blok ketiga, dijadikan tempat usaha salon. Namanya, Salon Lusi.

Siapakah Lusi?

Sepertinya, dia adalah nama salah satu pendiri salon tersebut. Aku gak pernah tahu nama aslinya. Aku yakin Lusi bukan nama aslinya. Kecuali di dunia ini, ada orang tua yang kasih nama anak laki-lakinya Lusi.
Baca selengkapnya Lusi, Iwan dan LGBT

Sometimes, I Just Don’t Understand…

Kadang…apa sering yah, aku tuh gak ngerti sama percakapan mereka.
Anak-anak.
Ziyad, Thoriq yang suka banget cerita atau berkhayal sesuatu.
Seringkali aku berusaha konsentrasi mendengarkan cerita mereka. Dijelaskan dari gambar-gambar yang mereka buat, atau sambil memainkan mainan yang telah mereka buat.

Tapi gak paham. Gagal paham. Kadang aku menyahuti sedikit dari beberapa tokoh atau kata yang mereka lontarkan. Tapi kalo ditanya cerita sepenuhnya, aduh…serius..gak bisa deh.

Baca selengkapnya Sometimes, I Just Don’t Understand…

Welcome Trimester 1

Yes I’m pregnant…alhamdulillah ^^

Alhamdulillah dari kemarin masih pusing-pusing bisa bertahan :D. Yang herannya, sampai hari ini malah gak terlalu tidur-tidur banget gitu. Jadi pusing, terus dibawa rebahan, tapi gak bisa dibawa tidur yang lama. Paling 10 menitan udah melek berasa gak bisa tidur lagi. Hehe..

Kembar?

Baca selengkapnya Welcome Trimester 1

Palsu

Palsu…itu kalo seseorang menulis atau membahas tentang kebahagiaan, padahal dia jauh dari Allah. Jauh dari Islam. Jauh dari syari’atnya.

Palsu…seperti para komedian. Yang berbuat sesuatu untuk ditertawakan, padahal ternyata dirinya sendiri tak bisa tertawa bahagia.

Palsu…seperti para aktor komedian luar, yang sepanjang hidupnya dikenal sebagai seorang yang humoris, lugu atau terlihat tanpa beban. Namun ternyata mengalami bipolar disorder…atau bahkan mati bunuh diri karena depresi.

Palsu…
Aku sangat yakin itu palsu.

Sedang bersedih karena seorang penulis yang aku sempat mengikuti perkembangannya beberapa tahun terakhir, akhirnya buka jilbab.
Baca selengkapnya Palsu

Memori sebagai Seorang Anak

Waktu kecil, aku sering merasa tidak bisa mengungkapkan keinginanku. Tidak bisa mengutarakan alasanku. Atau bahkan tidak bisa menyuarakan apa kata hatiku. Sampai akhirnya terbersit keinginan untuk mencatat apa yang ada di otakku. Alasannya, supaya nanti kalau aku punya anak, anakku tidak mengalami hal yang sama. Aku ingin aku mengerti anakku. Aku khawatir kalau aku lupa, bagaimana rasanya di posisi anak.

Sayangnya, ide itu gak aku wujudkan. Cuma beberapa kali muncul setiap kali ada rasa sesak di dada yang tak bisa diungkapkan saat Mama atau Papa memarahi atau melakukan sesuatu yang tidak sesuai kata hatiku.

Masa kecil, dewasa, orang tua, dan masa tua memang seperti ada wilayah di otak (atau hati?) yang  punya cita rasa sudut pandang tersendiri, memorinya sendiri dan pengambilan kebijakan sendiri. Yang ketika telah lewat masanya, seperti seakan tak bisa dikembalikan lagi. Sudah habis terkikis bersama umur yang bertambah.

Baca selengkapnya Memori sebagai Seorang Anak

Mati Itu Pasti

Mati itu pasti.
Akhir-akhir ini banyak kematian di sekitar yang pastinya patut diambil pelajaran.

Kejadian yang paling bikin aku mikir adalah tentang perempuan yang lagi ngambil S2 di Jogja. Usia masih sekitar 30-an. Meninggal dalam kecelakaan tunggal. Meninggalkan anaknya perempuan yang masih usia 3 tahun. Beritanya sempat nyebar di berbagai media sosial, karena ketika kecelakaan dia bersama anaknya yang masih kecil itu. Qodarullah ternyata dia meninggal dan anaknya selamat. Akhirnya karena gak ketahuan identitasnya, menyebarlah informasi supaya jika ada yang mengenali bisa membantu pihak rumah sakit mengidentifikasi.

Yang jadi renungan aku banget:
Betapa kita sebagai orang tua, pasti pingin banget bisa nemenin anak-anak sampai gede. Berharap mereka umur panjang dalam ketaatan. Berharap kita bisa nemenin terus mereka, bimbing mereka. Apalagi anak-anak yang masih kecil-kecil. Betapa kita tahu mereka tuh masih butuh banget sama keberadaan orang tua. Keberadaan ibunya.
Tapi kita gak bisa nunda. Kalau memang sudah ajalnya. Kita juga gak bisa milih kita mau mati kaya gimana. Sakit dulu atau tiba-tiba. Atau bahkan mati dalam tidur. Gak ada yang tahu. 


Rasa khawatir mikirin anak-anak itu udah gak bisa kita bawa. Karena diri kita sendiri yang sudah perlu dikhawatirkan. Apakah selamat dari adzab kubur? Apakah bisa mendapat kelapangan kubur? Apakah bekal kita cukup?

Terus gimana ya?
Terus aku bisa apa? Kalau misalnya ternyata terjadi pada diriku sendiri?

Jawabannya…sebenarnya sebagaimana sudah kita ketahui bersama.

Berusaha sebaik-baiknya menjadi hamba yang bertakwa.
Banyak doa…Doain diri sendiri, anak-anak, keluarga.
Pengen banget sih pesen (lagi) ke abang, untuk segera cari ibu baru untuk anak-anak kalau memang terjadi aku meninggalkan mereka lebih dulu. Tapi setiap mo ngomong malah jadi mo nangis heheh. Pengen juga pesen ke anak-anak, kalo ummi gak ada…………malah lebih lagi mo nangisnya heheh. Padahal reaksi mereka ada yang udah ngerti, ada yang setengah ga ngerti, ada yang gak ngerti sama sekali hehe.

Ya Allah, panjangkanlah umurku dan keluargaku dalam ketaatan, dan perbaguslah amalanku.

#edisirenungan

Aku kalo nulis blog gak selalu langsung jadi. Termasuk tulisan ini. Dan kemarin baru aja juga ada kabar ada pelajar LIPIA perempuan yang bernama Annisa Sholihah meninggal karena tertabrak bis. Allahummaghfirlaha warhamha…
Benar-benar kematian itu dekat yah.

Libur Sebulan?

Walau dibilang libur sebulan…alhamdulillah dalam pelaksanaannya gak beneran libur sebulan hihi.

Cuma pelaksanaan proses belajarnya lebih dibawa santai. Anak-anak aku beri kelonggaran ke beberapa hal. And it’s good. Good for me…good for them insya Allah.

Aku sendiri, mengerjakan beberapa hal yang aku sukai. Yang kemarin-kemarin aku merasa mesti pinggirkan. Aku merasa waktunya terlalu terbatas untuk aku pakai untuk selain hal-hal pokok semacam urusan rumah tangga, homeschooling dan kerjaan.

Ternyata…terbalik.

Baca selengkapnya Libur Sebulan?

1 ber 5

Kalau makanan…dulu pas baru nikah, masih berdua aja (ya iya la :D). Beli cumi-cumi sepiring kecil dimakan berdua. Beli bakso, semangkok berdua. Sampai Ziyad lahir dan agak besar pun masih satu porsi. Beli tengkleng, bisa makan bertiga.

Ziyad makin besar, mulai deh beli dua mangkok bakso. Biasanya kemudian minta mangkok kosong. Jatah kami berdua kemudian dikurangi untuk Ziyad. Dan lagi saat-saat gitu, mulai lahir Thoriq.  Teruus seperti itu. Sampai akhirnya sekarang kalo beli bakso 4 mangkok. Karena sudah pengalaman dengan 2 anak sebelumnya, aku biasa bawa tempat sendiri untuk dijadikan mangkok ke-5. Untuk Luma :).

Dari semua kisah berbagi itu, masih ada yang belum berubah dari Ziyad lahir sampai sekarang.

Baca selengkapnya 1 ber 5

Kopi Kopian…

keiko-kopi2Setahunan yang lalu, abang “accidentally” mulai mendalami yang namanya kopi. Ceritanya abang lagi belajar tentang segala hal kamera, video, editing dan lain-lain. Dan kebetulan sample yang sedang dipelajari adalah salah satu video tentang kopi. Dan video tentang kopi itu banyaak yang bagus-bagus hehe.

Dan selayaknya pasangan lainnya yang saling mempengaruhi, segala hal tentang kopi mulai juga “diperkenalkan” ke aku. Aku yang notabene memang sebenarnya lumayan suka kopi dari dulu alhamdulillah bisa jadi “partner” abang juga untuk urusan ini hihi. Partner dalam arti aku bisa ikut menikmati apa yang beliau nikmati. Bukan cuma jadi penonton.

Jadi malu pernah nulis-nulis tentang kopi kemarin-kemarin wkwkwk. Ternyata yang kemarin aku minum itu namanya kopi instant – maksudnya dilihat dari segi kesehatan..instant…which is berarti memang biasanya kurang sehat hehe. Ternyata kopi kalo beneran kopi original  insya Allah malah bagus untuk kesehatan. Catatannya: gak pake gula!

Dan ternyata, dari awal mulai minum kopi kaya gini, aku malah suka banget kalo gak pake gula. Dan aku ngerasanya kopinya tetap ada rasa manisnya kok. Makanya kalo ada yang langsung meringiskan muka ketika dengar kopi gak pake gula – maksudnya udah bayangin pahit -, I just wanna say “You have to try it first!”. Alhamdulillah, Keluhan-keluhan yang dulu ada mulai dari deg-degan atau maag, juga malah gak muncul. Memang catatan ketika minum kopi adalah jadi gampang lapar berat. Jadi disarankan sebaiknya diisi perutnya. Ah, berikut beberapa hal pendahuluan buat yang masih blank tentang kopi.

Baca selengkapnya Kopi Kopian…

Haruskah…?

Betapa keikhlasan sulit didapatkan…
Betapa kedudukan begitu menyilaukan…

Haruskah menyebut-nyebut sebuah tetes keringat yang dapat menghilangkan keikhlasan?
Haruskah melihat kedudukan untuk menerima kebenaran?
Haruskah merasakan kekayaan untuk menghilangkan iri hati?
Haruskah merasakan kemiskinan untuk menumbuhkan empati?

by cizkah

13 November 2013 (6 years ago :D)

* Lagi lihat dashboard ada postingan yang diprivate. Termasuk yang ini. Hmm…lupa kenapa masuk private-an. Publish aja ah…

* Edisi puitis dan merenung

Tips Ketika Prahara Rumah Tangga Melanda

Diam kata orang adalah emas. Belum lagi ada hadits yang menyatakan bahwa berkata baik atau diam. Atau bisa dibilang, kalau mau bicara yang jelek-jelek -apalagi tentang suami- lebih baik ga usah aja, diam saja.

Namun, yang terjadi biasanya saat prahara rumah tangga, kecenderungan seorang wanita adalah ingin berbicara. Ingin membela diri. Ditambah lagi…ketika tak sampai rasa hati kepada suami, akhirnya untuk mendukung perasaan bahwa dia adalah yang paling benar, ingin saja ditumpahkannya cerita segala “salah”nya suami dan betapa “benar”nya dia sebagai istri kepada orang lain – baik itu teman ataupun orangtuanya sendiri-.

Ada dua tips untuk ibu-ibu salihah agar prahara tersebut tak makin membesar, yaitu diam dan tak diam. Prahara rumah tangga memang bertingkat-tingkat. Namun seringkali, yang kecil-kecil bisa menjadi besar dan memalukan karena perkara diam dan tak diam ini. Merugi rasanya jika sebenarnya perkara itu karena sekadar lantaran sang suami yang letih atau istri yang sedang dalam masa PMS (pre menstrual syndrom). Tapi kemudian masalah – kecil yang menjadi besar itu – diketahui segelintir sahabat yang kemudian menyebar ke sahabat si sahabat. Atau akhirnya menjadi bahan yang membuat martabat suami jatuh di depan orang tua kita sendiri.

Diam

  • Diam saat suami melepaskan emosinya adalah hal yang lebih tepat dibandingkan terus menjawab dengan perasaan dan logika apapun dari seorang perempuan. Jika memang perlu berkata menerangkan, maka terangkan dengan santun dan baik. Jangan berkata yang hanya menimbulkan pertentangan dan menambah runyam keadaan.
  • Diam menahan diri untuk tidak membuat “pengumuman” dalam bentuk apapun di social media. Mungkin zaman dulu, tidak perlu ada poin ini. Namun kini, di saat ada facebook, twitter, instagram, whatsapp dan lain-lain terbentang lebar menggoda seseorang untuk melontarkan segala apa yang ada di otak dan perasaannya sebagai bentuk luapan kekesalan – yang tidak pada tempatnya -, poin ini menjadi begitu penting.

Tak Diam

Jika terus berdiam diri hanya akan menambah kesempatan setan untuk menjejalkan berbagai hal buruk tentang suami dan masalah yang kita hadapi, maka Anda bisa tak diam dengan melakukan hal berikut.

  • Ambil wudhu, sholat atau bacalah Qur’an.
  • Mainlah dengan anak-anak dengan aktifitas yang “lepas” dan menyenangkan. Meniup gelembung sabun, bermain siram air atau hal lainnya yang membuat anak-anak tertawa bahagia -, maka semoga Anda pun menjadi bahagia -. Syukurilah nikmat itu.
  • Bicaralah dengan kawan-kawan Anda. Bukan..bukan untuk curhat masalah yang sedang terjadi di rumah tangga Anda. Tapi untuk berbincang ringan. Berbagi manfaat.Hal ini insya Allah juga akan meredakan rasa sesak di dada. Membuat pikiran Anda lebih terbuka.Curhat tentang masalah prahara rumah tangga bisa jadi malah menambah sesak karena Anda tak mendapatkan solusi positif dari permasalahan – yang sebenarnya anda dan suamilah yang paling tahu letak masalahnya dan sebenarnya bisa mencari solusinya -.Dengan curhat, bisa jadi yang bertambah malah kebencian kepada suami Anda – , membuka aib suami atau rumah tangga. Dan jika curhat itu kepada orangtua, maka hal itu bisa mengurangi rasa cinta dan kepercayaan dari orangtua kepada suami Anda.

Maka jika prahara rumah tangga melanda, yuk endapkan dulu baik-baik masalah tersebut. Biarkan air yang keruh kembali jernih. Coba selesaikan masalah itu terlebih dahulu berdua bersama suami. Jangan buru-buru “mengumumkan” persoalan rumah tangga – yang tidak ada keluarga manapun bebas darinya -. Semoga Allah memudahkan kita bersama suami terus saling menasihati dan membangun ketakwaan kepada Allah Ta’ala.

Oleh: cizkah ummu ziyad
Artikel: ummiummi.com
.

 

Ternyata Berarti Bagi Mereka

Cerita tentang Khodimah (aka ART atau yang sering disebut sebagai pembantu)

Dulu, pernah aku seringkali mengharapkan ada ART. Melihat fulanah enak sepertinya bisa senggaang mo ngapa-ngapain. Apalagi kalau anaknya disekolahin. Kayanya waktu luang jadi seperti waktu masih gadis aja. Sedangkan aku, anak-anak homeschooling dan masih dengan tanggung jawab lainnya.  Dalam bayanganku, punya ART berarti enak :D.

Ternyata Allah berikan rezeki punya ART pas hamil Luma kemarin. Kita sebut namanya mba N. Karena pengalaman sebelum-sebelumnya yang kalo aku hamil itu, tenaga kaya tinggal 20% hehe. Tapi, menjelang Luma lahir, aku udah minta ke abang, untuk stop saja. Aku mulai tidak nyaman dan merasa tidak mengenal dan “menguasai” medan rumah. Waktu itu tugas utama mba N memang membantu cuci piring, setrika, jemur baju dan bersih rumah. Mencuci baju, masak dll masih aku kerjakan sendiri. Tapi lama-lama aku seperti kehilangan privacy. Mau tidur mesti mencocokkan dengan datangnya mba N -apalagi waktu itu lagi hamil. Plus aku jadi banyak gak tahu letak barang :D. Ini sesuatu yang penting banget bagi aku. Kemudian qodarullah, ada alasan lain lagi yang membulatkan kami berdua untuk berhenti meminta bantuan mba N. Waktu itu usia Luma sekitar 3 bulan. Ziyad dan Thoriq tentu saja masih di rumah, belajar bersamaku. Jadi sekitar setahunan aku menikmati keberadaan ART.

Ternyata punya ART tidak membahagiakanku sebagaimana yang aku pikirkan waktu dulu.

Aku jadi merasakan bahwa ga ada ART itu juga membahagiakan. Bisa cuci piring sampai bersih berkilat itu menyenangkan. Bisa mengatur kembali semua barang-barang dan lain-lainnya itu menyenangkan.

Baca selengkapnya Ternyata Berarti Bagi Mereka