Kemarin aku posting di story tentang dilema tentang baju yang sudah dipakai.
Cerita ini diawali ketika aku posting tentang Thoriq yang bangga karena beli baju batik second harga 5rb yang dijual di bazar barkas yang rutin diadakan di pondok-nya. Barkas (barang bekas) ini didapat dari orang tua murid. Dijual sangat murah dan bisa dibeli siapa saja termasuk penduduk sekitar. Hasil penjualan digunakan untuk pengembangan pondok.
Alhamdulillah, program ini sudah diadakan sejak zaman Ziyad.
Ga lama sebelum aku bahas ini, salah satu tetanggaku juga ngirim banner yang isinya salah satu taman pendidikan Al-Qur’an di salah satu masjid di Jogja menerima berbagai barkas yang layak. Selain buku, barkas lainnya akan dijual dan hasilnya digunakan untuk operasional TPQ.
Dilematis
Dari situ, cerita bergeser tentang barang “bekas” yang aku lagi dilematis buat penyalurannya, yaitu pakaian bekas pakai Luma.
Dilema karena baju ini sebenarnya aku pinginnya ada orang yang dapat keseluruhan.
Dilema kalau ditaruh depan rumah biar ada yang ambil tapi resiko ternyata ga ada yang ambil dan akhirnya berakhir di tempat pembuangan akhir.
Dilema karena sebenarnya tadinya aku mau kasih ke orang yang aku kenal, tapi kata Abang jangan karena khawatir sebenarnya kurang pantas atau sebenarnya si penerima kurang berkenan.
Ini karena sebelumnya kami punya pengalaman. Sebenarnya waktu kejadian —yang akhirnya aku sadar sepertinya orang yang menerima ga terlalu butuh atau mungkin sebenarnya ga berkenan— aku udah berusaha hati-hati banget ketika menawarkan dan memberi tahu kondisinya.
Waktu itu, di pikiranku, orang ini akan menerima karena berbagai hal yang -kalau aku sendiri- yah insyaAllah bersyukur kalau dapat buat ganti sehari-hari; karena pada akhirnya baju sehari-hari itu ya bakal lusuh juga. Aku pikir orang ini akan berkenan karena aku tahu kondisi secara ekonomi-nya. Yang ternyata pas aku kasih itu, aku baru tahu orang tersebut sudah mengalami peningkatan taraf hidup yang tapi tetap bukan dalam posisi bisa disombongkan atau harus merasa jadi tinggi.
—Na’udzubillah minal kibr.
Tapi begitulah, yang namanya layak atau ga layak kan ukuran orang beda-beda. Abang sepertinya jadi mengantisipasi hal kaya gitu.
Dari pengalaman itulah, memang akan lebih baik kasih ke orang yang bisa menghargai dan memang membutuhkan. Rasa syukur yang mereka tampakkan itu sangat menggembirakan dan membahagiakan. Rasa syukur itu bukan berkaitan dengan ucapan terima kasih ke kita ya. Insya Allah nanti akan lebih jelas lagi di bawah .
Bukan Karena Wadah Penyalurannya
Waktu aku posting tentang ini, ada beberapa dm yang menyarankan untuk wadah penyalurannya.
Padahal bukan itu poin yang aku harapkan ketika menshare, karena kalau wadah penyaluran, alhamdulilah sudah ada seperti sudah aku sebutkan di atas. Aku juga pernah kontak ke rapel untuk penyaluran barang bekas lainnya di rumah.
Apalagi kalau sarannya kemudian ujung-ujungnya harus “pilah yang layak”.
Aduh..justru ini musykilahnya. Bagi aku insyaAllah ini masih layak, cuma kalau ukurannya untuk dijual, maka ga layak.
Aku juga ga mau kalau aku pilah yang sangat layak atas layak jual, terus yang agak butek sedikit atau udah agak lusuh karena dipakai terus mau dikemanakan? Bukankah masalahnya akan balik lagi ke masalah penyaluran? Kalau dikasih ke orang berarti orangnya dapat yang udah lusuh aja?
Justru aku pingin supaya orang bisa dapat yang masih bagusnya ataupun yang mungkin sudah agak lusuh/butek karena pemakaian atau karena nyuci yang kurang maksimal karena ga disikat tapi masih sangat bisa dipakai dan sangat sayang kalau berakhir jadi lap.
Aku ga mau kalau baju ini cuma dikumpulkan abis itu berlalu waktu habis di urusan “pilah” padahal sebenarnya ada orang yang membutuhkan dan mau secara keseluruhan dan bisa langsung dipakai.
Yang inilah yang aku cari.
Makanya aku share dan kasih pesan di pojok bagi yang berminat harap dm.
Alhamdulilah Dapat
Alhamdulilah dapat. Alhamdulilah tetangga sekitar sendiri yang ng-dm aku dan mau baju Luma. Untuk baju kembar, memang udah ada tetangga lainnya yang usianya di bawah kembar yang alhamdulilah juga mau nerima.
Semuanya menunjukkan rasa syukur. Sekali lagi, bukan fokus di terima kasihnya. Karena justru aku sebenarnya yang merasa bersyukur dan terima kasih karena mau nerima dan bajunya bisa bermanfaat.
Buat baju kembar, yang menerima itu ngasih kabar dan bersyukur alhamdulilah karena celana anaknya sudah mulai kekecilan. Sekarang jadi ada ganti.
Aku minta maaf karena karetnya udah agak kendor. Dari kemarin nunda-nunda karena ragu masalah itu. Mau benerin juga ga sempat. Jawaban yang menerima tetap menunjukkan rasa syukur, Gpp, kalau karet bisa dia benerin. Cerita kalau mau dikencengin.
Seneng banget. Karena kami sendiri juga sebenarnya kalau itu masih cukup bakal tetep dipakai. Ga merasa hina atau gimana insyaAllah.
Yang menggembirakan alhamdulilah ada juga yang lainnya yang kontak dan bilang mau banget baju kembar karena anaknya laki-laki semuanya dan usianya di bawah kembar 3 orang. Dia bilang mau nerima apapun kondisinya.
Ah, ini dia yang aku cari..ini dia yang aku cari. Alhamdulillah alhamdulilah.
Pernah Pakai Lungsuran?
Tentu saja hehe. Aku pernah dapat kiriman 3x dari mas Lyno -kakak pertamaku- yang udah stay bersama keluarganya di Belanda. Kalau pas ngirim ke Indonesia, biasanya bakal ngirim satu kardus super gede ke Mama dan ke aku. Karena anaknya perempuan, biasanya ada baju buat Luma. Tapi karena anak mas Lyno yang pertama cuma beda sedikit di atas Luma sedikit dan yang kedua juga agak sepantaran Luma, jadi yang bisa dipakai Luma dari pakaian anak pertamanya. Alhamdulillah yang lainnya bisa disalurkan ke sekitar rumah atau ke barkas pondok.
Selain pakaian Luma, ada lagi baju-baju, jaket, daaan lain-lain yang alhamdulillah semuanya senang-senang aja. Malah pas tahun kemarin bersyukur banget. Aku anggap rezeki yang gak disangka-sangka. Waktu itu, menjelang anak-anak mau ke pondok, aku udah mikir-mikir tuh, ini banyak banget bakalan pengeluaran. Karena mesti beli handuk tambahan, sprei tambahan buat 2 anak. Ternyata di paket yang sampai ke rumah – yang proses pengirimannya lewat laut, jadi sekitar 2-3 bulan baru sampai- , ternyata isinya ada banyak handuk, sprei baru, jaket-jaket mas Lyno yang bermacam-macam, celana pangsi rumahan yang nyaman ada sampai 10. Wah…pas banget sesuai kebutuhan alhamdulillah. Langsung aku bagi-bagi ada yang buat Abang, Ziyad, Thoriq. Ada juga sepatu-sepatu yang salah satunya ada di cerita ini.
Jadi, aku tahu rasanya dapat lungsuran alhamdulillah :).
cizkah
Jogja, 5 Desember 2023