Di suatu makan siang, kami lagi ngobrolin tentang hafalan dia dan tes yang sedah dilalui. Sampai akhirnya dia nanya ke aku,
“Ummi, udah hafal juz x belum?”
“Belum,” aku jawab.
Tapi, terus mikir sejenak dan baru nyadar lagi ngafalin surat apa dan itu juz berapa.
“Eh. udah ding. Ummi baru 4 halaman juz x. Ummi mau mulai halaman ke-5 lagi nguatin dulu yang 4 halaman. Hukum semua soalnya isinya. ” aku ralat jawaban sebelumnya.
“Hafalin aja dulu, Mi sampai 5 halaman. Baru nanti nguatin,” kata Ziyad.
“Iya ya? Tapi Ummi alhamdulillah udah mau selesai ko yang 4 halaman. Kemarin udah mulai halaman ke-5 baru mulai baca aja. Belum ngafal,” entah kenapa aku kaya jadi termotivasi juga dikasih saran gitu :D.
Ini pembicaraan dengan Ziyad pekan sekitar akhir September 2021. Masya Allah ya :). Padahal ini anak yang dulu-dulu setoran hafalan sama aku.
Kira-kira begitulah anak-anak di rumah. Mereka tahu kok, aku dan Abang masih proses menghafal. Ada yang sudah kuat, ada yang belum kuat, dan seterusnya.
Kalau percakapan dengan krucil, contohnya seperti ini.
Misalnya ada satu momen mereka dengar bacaan baru. Sering banget nanti mereka nanya,
“Mi…Ummi udah hafal belum?”
Kalau belum hafalin, ya aku jawab belum. Atau mereka juga suka nanya, “Mi, ini surat apa?”
Kalau ternyata itu surat yang belum aku hafal dan di videonya gak ada judulnya atau aku posisi jauh dan memang belum tahu itu surat, bakal aku jawab, “Ummi belum tahu”, atau “Ummi belum hafal.”
Biasanya mereka nanya itu surat apa karena suka dan kemungkinan biar bisa request kalau mereka mau dengarkan lagi. Seperti di video ini, Kholid minta Asy Syuro karena emang dia suka sama bacaannya syaikh Ukkasyah.
Bukan aib insya Allah, ketika anak-anak mengetahui kita belum hafal Al-Qur’an seluruhnya. Asal, mereka tahu bahwa kita selalu dalam proses atau berusaha untuk menghafal. Mereka mengetahui kita juga sedang menghafal Al-Qur’an, sama seperti mereka. Mereka tahu ketika orangtuanya saling setoran hafalan. Mereka tahu bahwa di berbagai waktu, insya Allah Al-Qur’an adalah hal yang utama dan bagian dari aktifitas sehari-hari.
Alhamdulillah dengan begitu, kalimat semisal, “Ah, Ibu juga belum hafal,” atau “Ngapain aku hafalin,” insya Allah gak muncul. Ummi dan Abi juga berusaha insya Allah.
Mereka tahu, orang tuanya semasa kecil gak seperti mereka. Makanya, biasanya kemudian dilanjutkan bahwa mereka harusnya bersyukur dan manfaatkan waktu sebaik-baiknya. Karena makin berumur, urusan makin banyak, yang dipikirin banyak. Belum lagi ternyata ada waktu yang harus diluangkan sebagian besar untuk mereka.
cizkah
Sabtu sore, 23 Oktober 2021