Kembar Puasa

Alhamdulillah kemudahan dari Allah. Sampai hari ini, kembar ikut puasa Ramadhan. Full day langsung dari hari pertama.

Usia mereka sekarang 5,5 tahun.

Sebenarnya, keinginan mereka untuk puasa itu udah ada dari kemarin-kemarin. Karena hutang puasa aku lumayan banyak dan belum lunas, bulan Rajab aku mulai intensif ngejar menyelesaikan qodho puasa.

Setiap mereka tahu aku lagi puasa (bukan hanya ketika bulan Rajab kemarin), mereka juga pingin puasa. Aku bilang insya Allah nanti ya pas bulan Ramadhan. Aku pikir, insya Allah sepertinya mereka udah bisa diajarin pelan-pelan. Dalam arti, aku masih belum terlalu yakin. Alhamdulillah, Thoriq dan Luma juga mulai puasa full ketika mereka sudah usia 6 tahun.

Ketika sahur, biasanya masih ngantuk. Habis sahur, bakal main-main kaya biasa.

Hari Pertama

Waktu sahur hari pertama, karena sudah janji, aku bangunin mereka.

Ternyata mereka beneran mudah dibangunin karena sudah niat mau puasa itu. Padahal, mereka kan tidurnya malam banget. Alhamdulillah tetap cepat bangunnya, diajak pipis dan kumur-kumur dulu.

Sahur hari pertama itu masih gak terlalu yakin mereka bakal puasa beneran full apa engga. Yang penting aku penuhin janji untuk bangunin mereka sahur dan ngajak mereka puasa. Jadi, nyuapin dan nyuruh mereka minum ya masih yang santai.

Ternyata, besoknya, mereka beneran gak seperti kesulitan alhamdulillah. Paling mereka nanya dan ngomong ketika udah jam 5-an sore.

“Buka, Mi?”
“Masih lama, Mi?”

Hehe, karena udah jam 5, jadinya malah tambah aku dorong untuk sabar, sebentar lagi dan seterusnya. Alhamdulillah, walau mereka gak TPA, mereka kan berdua udah kaya sahabatan. Jadi, ngabisin waktu tersisa itu gak kerasa karena udah asyik main berdua. Ini kemudahan dari Allah.

kembar puasa usia 5 tahun

Asupan

Untuk anak-anak semisa Luma, Thoriq dan Kembar, aku beri VCO tiap sahur terutama ketika kemarin-kemarin masa corona. Kalau sekarang, Thoriq gak terlalu soalnya stok vconya juga udah tinggal dikit heheh. Belum beli lagi, jadi diutamakan untuk Luma dan kembar. Terutama bahkan Kholid yang ada kecenderungan batuk-batuk seperti Thoriq kalau kena dingin. Saat sahur segera dikasih VCO dan tolak angin anak. Alhamdulillah biasanya reda dan bisa tidur. Ketika bangun udah gak batuk lagi. Agak cemas kalau sudah batuk karena biasanya mesti macam-macam buat ngeredainnya.

Tahun ini, Abang agak kurang intensif bikin jamu homemade. Karena sudah lelah mengantar anak-anak bolak-balik ujian paket. Sedangkan aku memang biasanya gak handle bikin jamu karena masih ada tanggung jawab lainnya. Intinya sih, aku gak biasa bikin jamu hehe. Itu seperti jadi pembagian tugas yang tak terucap dan disadari masing-masing pihak :D.

Kemungkinan Abang gak bisa bikin jamu ini, jadi pembahasan kami sebelum puasa. Akhirnya alternatifnya, Abang beli ekstrak kunyit dan jahe merah. Ekstrak kunyit ketika diseduh rasanya lebih ke rasa temulawak dan kekurangannya serbuknya agak kurang nyaman untuk anak-anak. Jadinya, gak sering bikin untuk mereka.

Jadinya lebih ke vitamin anak-anak aja yang diminum ketika malam (bukan ketika sahur). Kadang-kadang juga kami beli Kiranti.

Hafalan di Sore Hari

Kalau sudah sore dan aku sedang masak, kakak-kakaknya sudah berangkat TPA, aku malah ajak mereka hafalan supaya mereka gak merasakan waktu berjalan panjang.

Alhamdulillah mereka juga mau dan gak kelihatan lemas atau gimana.

Kadang-kadang aja mereka goda-godain aku dan ngomong, “Buka, Mi?” beberapa kali.

Aku malah jawab, “Ummi gak mau maksa. Kalau kalian mau buka ya gpp. Nanti kalian rasain gimana rasanya buka di tengah jalan. ”

Jadinya malah mereka cengar-cengir ketawa dan ya gak mau buka. Nerusin main mereka.

Gak Ikut TPA

Mereka belum ikut TPA. Karena untuk usia mereka, memang kami gak melepas anak main atau beraktifitas sendirian di luar rumah tanpa pengawasan.

Walaupun ada Ziyad, Thoriq dan Luma, tetap aja bukan yang akan bisa mengawasi sebagaimana layaknya seorang ibu :).

Jadi, kalaupun mereka sesekali aku ajak ke TPA seperti kakak-kakaknya dulu, ya sekedar cuma mampir dan menengok aja. Bukan untuk beraktifitas sebagai santri TPA hehe. Karena mereka alhamdulillah juga udah belajar di rumah. Jadi lebih untuk selingan kegiatan mereka aja.

Selama 17 hari puasa, baru sekali mereka berhasil aku ajak ke TPA. Itu juga karena mereka minta. Kalau Handzolah pernah dengan bang Hen. Kholid gak mau keluar kalau bukan sama aku.

Kenapa gak bisa sering-sering. Karena aku biasanya masih masak dan berakifitas di rumah. Plus juga nunggu momen yang tepat. Gak mungkin kan ninggalin Abang di rumah sama H (yang bantu di rumah). Pilihannya, nyuruh H pulang lebih cepat, atau Abang ikut juga ke TPA hehehhe. Begitulah salah satu perjuangan aku untuk keluar dengan kembar.

Tapi alhamdulillah mereka juga gak pernah yang maksa-maksa atau merengek untuk ikut terus ke TPA. Karena insya Allah di rumah juga tetap bisa beraktifitas menyenangkan.

Hadiah?

Untuk hadiah puasa, dari dulu aku gak bilang ke anak-anak, “Kalau kalian puasa full, kalian akan dapat begini dan begitu.”

Gak seperti itu. Karena itu seperti jadi prasyarat. Jadi lebih ke kalimat lepas aja semisal, “Insya Allah nanti beli hadiah ya buat kalian. Nanti boleh dibuka pas lebaran insya Allah ya.”

Itupun setelah proses berjalan dan melihat prosesnya mereka. Bukan diomongi dari awal. Malah khawatir menganggu fitrah keinginan beribadah yang sudah muncul dari mereka.

Gak pernah juga kasih hadiah uang sesuai mereka full day atau half day puasanya. Alhamduilllah, Allah beri petunjuk untuk ikut berpuasa ke anak-anak tanpa perlu diiming-imingi ini. Benar-benar smooth tanpa tangisan atau rengekan karena memang keinginan untuk ikut berpuasa dari mereka alhamdulillah.

Semuanya karunia dari Allah.

Bisa ngebayangin aku bangunin 5 anak tiap sahur? ^^

cizkah
Ramadhan malam ke 18/20 April 2022

Leave a Reply