Ketika Kembar Ikut ke Progo

Kemarin, tanggal 11 April 2022, alhamdulillah akhirnya dapat momen tepat buat keluar rumah. Makanan buat buka udah selesai. Gak hujan. Bertepatan dengan Thoriq dan Luma yang ikut ke TPA yang diadain tiap sore selama bulan Ramadhan.

Jam 4-an aku bilang ke Abang, “Yuk, ke Progo sekarang. Bisa gak?”

Karena beberapa hari yang lalu, udah sempat ada kejadian yang menunjukkan aku tuh udah lama banget gak keluar yang sifatnya buat narik napas dari segala rutinitas, Abang tanpa ragu juga nge-iya-in.

Alhamdulillah, tahun ini, benar-benar menunjukkan akan berakhirnya pandemi. Kami yang udah melalui beberapa sakit yang mengarah ke kena si virus, juga insya Allah gak sestrict dulu 1,5 tahun awal pandemi berlangsung.

Ini ketiga kalinya ngajak kembar ke Progo. Alhamdulillah sekarang ada Progo dekat rumah. Progo itu, kalau untuk orang Jogja, jadi sebuah iconic banget untuk tempat belanja super lengkap. Dari kebutuhan rumah tangga, pecah belah, baju, dll. Yang bikin orang suka ke sana, karena dia jadi semacam toko untk barang yang dijual dengan harga grosir. . Dulu, kalau ke Progo, mesti udah kaya rekreasi khusus karena lokasinya dekat Malioboro (jauh dari rumah), dan tempatnya luas.

Progo palagan lantai 2
Ini foto tahun lalu, bulan Mei. Lagi zamannya share tentang teh. Ingat karena ini pertama kali ke Progo palagan, trus beli teh hehehe.

Alhamduilllah, sekitar tahun lalu, ada cabang Progo yang lumayan dekeeet banget dari rumah. Khasnya Progo itu, tempatnya luaas. Baru ada 2 lantai. Lantai pertama kebutuhan rumah tangga. Lantai dua pecah belah, plastik-plastik dan elektronik. Lantai dua ini sih yang biasanya jadi “hiburan ringan” buat aku hehe. Tau sendiri deh ibu-ibu. Sepertinya sedang dibangun di area belakang untuk area pakaian.

Lepas dari Pandemi

Bismillah, anggap kita mulai lepas dari pandemi ya hehe. Masa pandemi, itu usia kembar awal 3 tahunan, sampai akhirnya sekarang 5 tahunan lebih sedikit. Bisa dibilang gak kemana-mana, apalagi ke tempat umum.

Makanya, waktu pertama kali ngajak mereka ke Progo, itu jadi hal yang “luar biasa” buat mereka. Dan kami pun juga jadi seperti menemukan hal baru untuk diajarkan ke mereka, apalagi di tempat umum yang luas.

Waktu kali kedua dan sempat mengajak mereka ke lantai dua, ya Allah itu asli, aku sama Abang ternyata sama. Berkunang-kunang. Karena akunya juga lagi fokus bolak-balik cari barang yang memang lagi aku butuhkan. Tambah lagi harus ngawasin dua anak laki-laki yang sliweran random. Kondisinya beda dengan waktu Ziyad dan Thoriq. Tapi mungkin akunya juga yang udah lama gak keluar dan harus nolah-noleh ngawasin anak-anak di tempat umum.

Kemeja biru, dulunya milik bang Thoriq. Kemeja hijau, dulunya milik bang Ziyad ^^

Alhamdulillah kemarin, aku gak terlalu wara-wiri nyari dan ngecek harga barang. Cuma ke bagian pecah belah karena mau nambah gelas di rumah – yang akhir-akhir ini banyak banget yang pecah – . Aku ambil cepat biar gak lama-lama di area pecah belah :D. “Jangan pegang-pegang. Ini kaca, bisa pecah.” Mana ada susunan mug yang disusun gitu. Aduh, sereeem. Cepet-cepet pergi dari area situ.

Waktu di area gelas-gelas plastik, baru aku bolehkan mereka pegang-pegang. Memang ada yang mau ditambah di rumah. Selera anak-anak sama orang dewasa itu emang beda ya hehehe. Mereka masih gak terlalu suka pakai gelas kaca. Jadinya, pakai gelas plastik walau model polos gitu, suka banget. Waktu ke Progo yang kedua kali, aku sempat beli 2 gelas plastik. Ternyata mba Luma mau. Disusul Kholid yang juga pingin ganti gelas, karena gelas jingga punya dia katanya bau sabun. Tinggallah Handzolah yang masih pakai gelas pendek warna biru. Makanya kemarin nambahin 2 gelas lagi biar Handzolah juga bisa sama ^^.

handzolah kholid
Hari ke-9 puasa Ramadhan. Dan mereka dari kemarin ikut puasa FULL masya Allah

Cerita di Malam Hari

Ternyata, proses keluar yang sangat sebentar ini, berkesan banget buat mereka. Terutama karena mereka juga sudah mulai besar. Mulai siap-siap jam 4. Sampai sana mungkin sekitar 4.20-an. Selesai jam 5-an.

Keluar dari parkiran, di seberang ada tanah luas yang entah sedang dibangun apa. Seperti parkiran.

Ada truk molen dan ekskavator di situ. Sesuatu yang sederhana tapi membahagiakan banget buat mereka.

Saat mau tidur, mereka seru cerita berbagai hal yang mereka lihat di luar.

Kholid juga cerita kalau melihat patung gemuk di jalan. Terus dia praktek gimana gesture si patung. Aku langsung paham, “Ooooh….itu semar namanya.”

Memang ada satu area makan yang di depannya ada patung Semar.

Yang lain lagi, Handzolah bilang ngeliat “tempat pengisian”.

“Tempat pengisian apa?” Aku pikir masih nyambung ke truk molen atau ekskavator. Kirain ekskavatornya yang memang ngeruk dan ngisi pasir ke truk molennya.

“Ekskavator?” aku pastiin.

Bukaan kata mereka. Ternyata Luma langsung paham. “Itu loh, Mi, yang buat isi mobil.”

“Oooohh…POM BENSIIN.” Namanya pom bensin itu.

Kata Luma, soalnya kalau di film Poli, namanya tempat pengisian. Abang yang baru dari teras, abis ngecek-ngecek kunci dsb, ngelewatin kami yang udah posisi tiduran di kasur. Aku cerita yang mereka bahas. Mulai dari patung sampai pom bensin. Langsung ketawa semua. Ya Allah, hal-hal sederhana yang jadi luar biasa buat mereka ^^.

Luma sama Thoriq yang belum bisa ngebayangin nanya, apa itu Semar. Abang bilang itu patungnya orang Hindu.

Giliran Luma dan Thoriq

Sebelum tidur, aku sempat nyamperin Abang di kamar. Aku ngomong pelan, “Bang, coba Abang ajak Thoriq sama Luma ke Progo.” Sebenarnya, setelah ke Progo yang kedua kali, udah pernah dibahas nanti gantian, bang Thoriq sama mba Luma yang kapan-kapan di ajak. Cuma kan ke Progo itu emang tetap gak sering-sering. Tapi aku pikir ini sudah waktu yang tepat. Karena aku baru sadar, Thoriq pun sebenarnya dari kemarin menunjukkan tanda-tanda jenuh. Tingkahnya adi aneh-aneh dan Abang kira, karena faktor teman-temannya.

“Kayanya Thoriq mulai jenuh. Udah pernah kaya gini. Ajak sebentar aja, beli apa gitu.”

Abang lansung manggut-manggut, ya ya. Setuju setuju.

Aku balik lagi ke posisi aku di tengah-tengah kembar di kasur luar :D. Gak lama Abang keluar sambil pakai jaket, trus ngomong, “Thoriq besok mau gak ikut Abi ke Progo?”

“MAUU!”

Luma langsung nyahut juga, “Luma juga mauu.”

“Iya iya, sama mba Luma juga.”

Kembar langsung nyahut pingin ikutan juga. Aku bilang, “Kalian kan udah. Gantian, mba Luma sama bang Thoriq belum.”

“Insya Allah siang ya. Abis Dzuhur. “

Hal yang terlihat sederhana. Tapi insya Allah sudah sangat berpengaruh untuk recharge semangat semua orang di rumah 🙂

Insya Allah ada bahasan lain tentang ini ya yang juga mau aku tulis. Semoga Allah mudahkan.

Aku nulis ini, sambil Luma dan Thoriq sedang di ajak ke Progo. Ternyata, pas pulang, Abang cerita, waktu baru masuk Progo, karena dengar musik dipasang di situ, Luma bilang ke Abang,

“Bi, bisa minta tolong musiknya dimatikan?”

Tabarokallah sayang. Polos banget, barokallahu fiiha. Semoga Allah menjaga anak-anakku semuanya.

cizkah
12 April 2022
Ramadhan hari ke-10.

Buku Menata Hati
Buku Menata Hati [versi cetak]
E-Book Menata Hati di Play Books

Leave a Reply