Mindset Bersepeda

Ziyad suka olahraga alhamdulillah. Setelah Ziyad beralih ke sepeda yang lebih besar, Abang beberapa kali mengajak bersepeda jauh dengan Ziyad dan Thoriq, Abang sempat mengira Ziyad kurang kuat untuk bersepeda jauh karena dia biasanya segera ingin pulang. Kadang dia juga kelihatan kurang bersemangat saat diajak bersepeda bersama.  

Waktu itu, memang sepeda yang tadinya buat dia, dialihkan jadi sepeda yang dipakai Abang untuk bersepeda bersama. Ukuran sepedanya lebih cocok untuk dipasang boncengan di depan dan di belakang. Sedangkan Ziyad, pakai sepeda yang juga Abang beli tapi ukurannya lebih kecil. Waktu beli sepeda yang ini, aku juga heran kenapa Abang beli ini – yang tadinya diniatkan buat Abang pakai. Karena menurut aku, ukurannya agak nangggung.

Waktu itu, jawaban Abang, karena niatnya sepeda yang nanggung itu, biar bisa dipakai sama aku (waktu itu aku belum beli sepeda mini). Tapi setelah aku ukur dengan tinggi aku, tetap aja sepeda itu nanggung. Pernah aku pakai sekali keluar. Yang ada, rok sirwal aku jadi lebih sering nyangkut-nyangkut.

Setelah ditelusuri, alhamdulillah ketemu titik masalahnya. Dia merasa badannya dia  besar. Dia merasa kurang cocok dengan si sepeda dengan ukuran nanggung ini. Sepertinya, juga bukan model sepeda yang diminati Ziyad. Ziyad bahkan pingin banget sepeda yang Abang pakai untuk olahraga sendiri. Sepeda jenis road bike. 

Karena sudah tahu alasannya, setiap keluar bersama, Abang mengizinkan Ziyad memakai sepeda milik Abang. Di salah satu video yang pernah aku share ini, Ziyad menggunakan sepeda Abang. Sedangkan Abang, pakai sepeda mini aku dan memboncengi Luma. Thoriq pakai sepeda dia sendiri. Berempat bersepeda pagi-pagi ke Pakem.

Beli Road Bike untuk Ziyad

Karena harganya yang cukup mahal, Abang akhirnya bilang ke Ziyad, kalau sudah hafal 30 juz, insya Allah Ziyad akan dibelikan road bike. 

Namun, dengan pertimbangan lainnya, ternyata akhirnya Abang membelikan sepeda itu sekitar bulan Desember 2019. Ziyad belum hafal 30 juz Al-Qur’an dan masih terus diingatkan untuk semangat dan fokus (akhir semester dan masa sebelum corona). 

ziyad sepeda

Pertimbangan Abang ketika beliin sepeda road bike buat Ziyad:

  • Abang senang karena Ziyad mulai semangat menghafal Al-Qur’an. Waktu itu, kemampuan menghafal Ziyad mulai meningkat dan progress menghafalnya mulai membaik.
  • Abang juga gak ingin kehilangan momen masa remaja Ziyad. Karena pada saat itu, kami juga belum tahu kapan Ziyad selesai menghafal 30 juz. Jadi, gpp dibelikan sekarang. Tapi disampaikan ke Ziyad kalau hak miliknya belum jatuh ke dia.
    • Maksud gak kehilangan momen masa remaja Ziyad, dimana dia juga lagi senang dengan sepeda ini. Biar sama-sama bisa nyepeda bareng sama Abang atau Abang bisa nyepeda bareng dia. Gak mesti nunggu dia udah usia SMA, misalnya.
  • Supaya hadiah yang disampaikan sudah ada di depan mata, semoga Ziyad semakin semangat.

Alhamdulillah, setiap pulang, Ziyad jadi senang karena bisa pakai sepeda sendiri. Dia juga sempat bersepeda cukup jauh bersama Abang dan Oksa – teman Abang bersepeda dengan jarak cukup jauh -. 

Tapi, karena tontonan bersepedanya lebih ke olahragawan atau ke komunitas sepeda, mindset bersepeda Ziyad jadi terlalu kompleks dan tinggi.

ziyad sepeda
Ke Kaliurang atas. Ini ke atas lagi dari Pakem.
Thoriq masih kecil banget hehe. Usia mau 9 tahun Masya Allah tabarokallah. Sepeda yang ini sekarang udah ga ada. Thoriq udah pakai sepeda yang tadinya jadi sepeda Ziyad.

Bersepeda jadi seperti suatu hal yang perlu persiapan sempurna. Baju jersey. Topi sepeda. Sepati clip daan hal-hal lainnya.

Tentu saja kami menyampaikan dan menasehati. Jangan ikut komunitas-komunitas kalau itu malah bikin gaya hidup jadi lebih tinggi. Bersepeda itu sebenarnya sederhana. Jangan malu pakai sepeda mini Ummi atau sepeda yang dulu. Kami juga menceritakan gimana dulu aku sama Abang kemana-mana pakai sepeda saat kuliah. Konsep penggunaan dan manfaat sepeda yang sederhana kami ulang-ulang.

Jersey sepeda Abang hampir semuanya udah dikasih ke Ziyad dan Thoriq.

Semuanya butuh hidayah taufik. Petunjuk dan kemudahan supaya mindset bersepeda yang lebih simple bisa diterima Ziyad. Mungkin karena yang kami sampaikan itu cuma cerita-cerita masa lalu kami. Kurang nyata untuk bisa diterima Ziyad.

Alhamdulillah, sampai suatu ketika, Abang nonnton video tentang bike messenger. Waktu itu, Ziyad sedang di pondok. Seperti biasa, kalau Abang sedang nonton gitu, aku ikutan ngikutin menonton sambil lalu.

Dari satu video wawancara tentang bike messenger, Abang mendapati lagi video menarik lainnya. Satu video yang kami tonton bersama. Seorang bike messenger di New York. Di video yang ini, aku mengikuti cukup lama videonya. Perjalanan melalui jalan dan mobil lalu lintas yang tidak terlalu padat. Ternyata aku merasa ikut senang mengikuti perjalanan si pesepeda melalui jalanan di New York. Suara-suara yang muncul. Ambiencenya. Rasanya, jadi semangat untuk genjot sepeda lagi. (Bisa disearch pakai kata RoughCut: “Hotline—Erik Otto” ya)

Alhamdulillah video-video yang kami lihat dan kebanyakan video jenis ini bisa dibilang tanpa musik.

Sampai juga kepada kami, video bike messenger di Jakarta. Sebuah tantangan bisa bersepeda di lalu lintas Jakarta yang super padat. Arvy sang bike messenger, benar-benar kelihatan ahli banget dan santai melalui itu. Karena kami sendiri memang juga biasa bersepeda, kami bisa merasakan dan paham, jalur yang di tempuh si bike messenger ini menunjukkan kekuatan fisiknya. Kalau gak biasa, bakal banyak berhenti dan ngos-ngosannya deh. Pegeeel kalau genjot dengan kayuhan stabil tanpa henti.

Dari video bike messenger ini, benar-benar terlihat nyata bahwa dengan sepeda biasa saja, seseorang bisa begitu menikmati perjalanan bersepedanya. Bukan yang harus dengan atribut keren nan mahal. Atau hal-hal sejenis itu.

Kelihaian bersepeda juga tampak dari para bike messenger ini. Kelihaian ini terasa lebih kelihatan “keren” dan asyik dibandingkan kelihaian pesepeda yang biasa ditonton para laki-laki di rumah ini. Selain itu, kelihatan itu terlihat lebih membumi. Gambaran mindset para bike messenger ini tergambar dari pernyataan di satu video yang aku lihat, bahwa sepedanya adalah, “Short of mix and match everyone’s old stuff they didn’t want.” Artinya, komponen sepeda mereka ya biasa-biasa aja.

Waktu Ziyad pulang ke rumah, kami semangat sekali memberitahu ke dia tentang bike messenger ini. Alhamdulillah, walau ketika nonton dia terlihat biasa-biasa aja, tapi prakteknya dia beneran bisa jadi bisa lebih simple. Gak harus persiapan dengan atribut atau penampakan fisik. Karena asyiknya bersepeda itu bukan berarti pakai atribut macam-macam. Tapi lebih ke kelihaian bersepeda itu sendiri. Kelihaian ini tentu saja sebenarnya gak lepas dari kemampuan fisik bersepeda. Yang ini gak melulu tentang tools. Tapi tentang perjalanan dari bersepeda itu sendiri.

Sebuah quote yang bagus dan Abang sampaikan ke Ziyad sebagai pengingat rasa syukur bahwa sepeda terbaik adalah sepeda yang kamu miliki sekarang.

Quote ini disampaikan oleh pesepeda yang telah melalui ratusan atau bahkan ribuan kilometer (Aku g tahu nama orangnya karena aku ga nonton videonya). Perkataan ini sebenarnya memang untuk meredam kesalahpahaman bahwa sepeda bagus adalah sepeda mahal atau yang semisal itu.

Catatan: Buat bayangan, semua aktifitas nonton bersama ini biasanya dilakukan di gadget Abang. Kalau aku, biasanya nonton video di youtube lebih karena cari tutorial crochet atau ngoprek listrik dan rumah.

cizkah
1 Desember 2021
Ini adalah potongan dari kisah melalui masa remaja Ziyad :

Leave a Reply