Mungkin Kena Omicr*n

Alhamdulillah, salah satu yang pingin banget dicatat adalah kejadian dari tanggal 20 Desember 2021.

Sebenarnya, banyak banyak banyaaak banget hal lainnya yang mau dicatat. Tapi, satu-satu aja dulu. Semoga Allah mudahkan buat mengurai satu persatu.

Sepupu Abang yang Bantu di Rumah Mudik

Alhamduilllah, pandemi sudah menunjukkan tanda-tanda akan usai. Ada hal-hal lain terkait bantuan di rumah yang bukan di sini tempat aku untuk bahas. Intinya, kami melihat bulan Desember ini adalah kesempatan yang pas buat H untuk mudik. Alhamdulillah N, adiknya yang sekarang kelas 3 di pondok juga akan libur semester. Mereka berdua sudah 5 tahun di Jogja. Sudah lama gak ketemu bapaknya. Belum pernah ketemu dengan ibu sambungnya. Belum pernah ketemu dengan adik barunya yang sudah berusia 3 tahun.

Kami beri waktu libur satu bulan lebih. Karena aku pikir dia perlu persiapan untuk packing, liburnya aku percepat dari tanggal 20 Desember.

Ziyad Libur Semester

Alhamdulilah, mudiknya H ini juga bareng dengan Ziyad libur semester. Kalau dipikir pakai logika, alhamdulillah insya Allah ada bantuan untuk kerjaan rumah selama 2 pekan di rumah.

Malam pertama Ziyad di rumah, kami rapat keluarga. Intinya untuk bahas berbagai hal terkait Ziyad di rumah supaya fokus juga untuk bantu Ummi Abi. Karena ada hal-hal terkait penggunaan gadget yang juga kami harus bahas khusus dengan Ziyad ^^.

Senin, 20 Desember 2021

Hari pertama tanpa H. Sebenarnya, aku penuh semangat insya Allah. Karena memang ini jadi momen positif insya Allah buat kami sekeluarga.

Qodarullah, ternyata Ziyad gak enak badan. Pilek. Ziyad itu tipe yang kalau sakit bakal tidur terus. Alhamdulillah dari kecil memang kaya gitu, dan dia gak rewelan kalau pas sakit. Jadi, kami udah paham, ni anak gak enak badan deh. Gak aku paksain bangunin kecuali memang waktu sholat atau makan.

Qodarullah yang kedua adalah, Abang juga pas gak enak badan.

Yang padahal pada hari itu juga ada order cukup banyak dari salah satu agen langganan.

Jadinya, aku yang langsung jumpalitan di hari pertama. Alhamduilllah tetap ada bantuan Thoriq dan Luma.

Selasa, 21 Desember 2021; Ke Rumah Sakit UGM

Ziyad kelihatan udah enakan. Hal lain lagi yang harus kami selesaikan adalah menyiapkan kelengkapan yang sifatnya dokumen-dokumen untuk pendaftaran pondok tingkat SMA Ziyad. Nah loo…ada pecahan cerita yang juga belum terungkap hehehe. Ziyad diterima dimana dll itu di lain tempat ya ceritanya insya Allah.

Waktu kami tinggal beberapa hari untuk menyiapkan semua persyaratan dokumen. Dokumen harus diterima tanggal 26 Desember. Alhamdulillah, karena aku lebih suka menyiapkan di awal, aku udah survey tempat untuk check lab. Alhamduilllah bisa check lab di RS UGM. Lokasinya dekat rumah dan biayanya lebih bersahabat dibanding ke tempat yang khusus untuk check lab lainnya. Aku dorong Abang dan Ziyad untuk segera ke RS UGM kalau memang udah enakan insya Allah.

Rabu, 22 Desember 2021

Luma, Handzolah dam Thoriq mulai sakit batuk pilek. Tapi Thoriq langsung parah. Malamnya napasnya pendek. Kami minta untuk prunning. Seperti biasa langsung muntah ngeluarin lendir. Sempat pakai ventolin. Ventolin ini, obat buat orang asma yang disemprot di mulut. Terakhir pakai ini 2 tahun yang lalu waktu Thoriq sempat sesak setelah berenang cukup lama.

Kamis, 23 Desember 2021

Ziyad ke rumah Temannya Husain Abdurrohman.
Salah satu bagian yang kami bicarakan di rapat keluarga di awal liburan adalah masalah terbuka ketika mau berhubungan atau main ke rumah temannya.

Ini sebenarnya banyak banget hal yang belum aku ceritakan ya terkait hal-hal keremajaan, terutama di era digital ini.

Kami berusaha memahami kebutuhan dia untuk main dan berkomunikasi dengan teman-temannya.

Jadi aku sampaikan ke dia, bahwa kalau mau main atau ketemuan sama teman, bilang aja. Nah, dari awal liburan, dia bilang mau janjian sama Husain ini. Untuk anak yang temanan di pondok, rumahnya bisa dipastikan belum tentu deketan hehe. Kecuali kaya kita sekolah zaman dulu yang lumayan lah, ada teman-teman yang emang dekat lokasinya dengan rumah.

Karena udah janjian jauh-jauh hari, pagi itu, Abang bela-belain nganter Ziyad ke tempat Husain. Pulang dari mengantar Ziyad, alhamduilllah Abang sempat istirahat.

Thoriq, seperti biasa, kalau sedang sakit gitu, kami biarkan istirahat pagi. Jadi, setelah sholat Subuh dia segera tidur lagi.

Makanya, baru ketahuan banget perkembangan kondisinya setelah siang. Kondisi hari itu, cukup hectic. Gimana ya, keriwehannya itu kompleks hehe.

Jadi, Abang udah niat untuk beli lauk untuk siang itu. Aku sendiri juga udah dalam keadaan gak ready masak. Karena udah akumulasi capek sejak awal ngerjain semua sendiri, trus qodarullah pada sakit. Pas giliran udah enakan juga tetap lebih banyak aku yang ngerjain kerjaan rumah, karena pas Ziyad dan Abang ke rumah sakit untuk check lab itu hampir seharian keluar rumah.

Tadinya Abang udah mau beli lauk dulu sesuai janji. Tapi ngeliat kondisi Thoriq yang udah nunduk pas jalan gak bisa tegak, aku bilang ke Abang langsung bawa ke RS Sakina Idaman aja. Insya Allah aku bisa goreng telor dan bikin mie buat lauk anak-anak. Asli udah laper banget sebenarnya; tapi campur dengan capek yang udah super duper banget.

Abang alhamdulillah udah sempat makan cemilan pagi karena pas abis nganter Ziyad sempat beli cemilan semacam arem-arem. Aku pikir insya Allah Abang bisa beli makan di RS karena di sana juga ada swalayan milik RS.

Ternyata di sana, Thoriq sampai 3x diuap. Cek awal, masih kresek-kresek dadanya. Cek setelah uap kedua masih kresek-kresek. Jadi, Abang di RS lama banget. Sampai lewat Ashar. Sebenarnya, sama dokter ditawari untuk rawat inap. Tapi Abang menjelaskan kondisi kami, jadi memilih rawat jalan. Berhubung kami juga udah pengalaman rawat inap di Sakina Idaman. Jadi, insya Allah juga tahu karena yang dibutuhkan Thoriq itu istirahat, dan insya Allah ini bisa di rumah. Pulang dari RS, Thoriq dikasih resep obat untuk radang, obat alergi dan vitamin D.

Sampai rumah, Abang istirahat sebentar. Hujan turun.
Ingat yah, masih ada Ziyad di rumah temannya yang cukup jauh dan perlu dijemput hehehe. Kebayang capeknya Abang. Aku kasihan sama Abang, kasihan juga sama Ziyad yang udah seharian di luar, kasihan sama temannya yang lama amat Ziyad main di sana hehe. Aku sempat bilang ke Abang, apa Ziyad dipesenin gojek aja? Aku udah tahu kemungkinan besar jawaban Abang. :). Tapi, aku cuma coba kasih alternatif aja.

Akhirnya, Abang berusaha menghubungi orang tua Husain. Ternyata yang tersambung teleponnya malah ibunya Husain yang seorang dokter dan sedang berada di praktek di rumah sakit. Beralih nelpon Bapaknya Husain dan menjelaskan kondisi yang sedang terjadi di rumah kami dan mohon maaf karena telat menjemput.

Akhirnya, Abang baru bisa berangkat jemput Ziyad setelah Isya. Katanya, Ziyad udah hampir diantar oleh kakaknya Husein. Udah siap-siap ngeluarin mobil. Alhamdulillah tepat waktu pas sampai ke sana.

Jumat, 24 Desember 2021

Alhamdulillah, kondisi Thoriq mulai membaik. Abang dengan senangnya bilang, “Alhamdulillah hari ini gak keluar rumah.”
Karena udah berturut-turut keluar rumah atau lebih tepatnya ke rumah sakit dari kemarin.

Sorenya, Kholid mulai pilek, batuk dan badannya panas. Handzolah dan Luma yang juga sudah pilek dari kemarin bareng sama Thoriq, alhamdulillah mulai membaik.

Malamnya, saat tidur, kelihatan banget Kholid napas pendek.

Malam itu, aku gak tidur.

Terlalu cemas dan waspada. Aku cek juga suhu Kholid berkala.

Menjelang jam 2 pagi, aku coba duduk bersender tembok sambil memeluk Kholid. Aku pikir, biar Kholid bisa lebih enak napasnya karena posisinya setengah tegak. Ternyata dia mengubah posisinya sendiri jadi memeluk bantal posisi tengkurap. Insya Allah bisa dibayangin ya kalau anak kecil lagi meluk bantal sambil kaya nungging gitu.

Sebagaimana informasi yang sudah banyak beredar, ketika sesak, posisi yang disarankan memang tengkurap atau sujud. Jadi, ketika Kholid ngambil posisi itu, aku malah sedikit lega dan membantu posisi dia supaya lebih nyaman. Aku rekam kondisi napas dia saat baru posisi tersebut dan setelah beberapa menit. Alhamdulillah kelihatan ada perbedaan.

Setelah Subuh dan menunggu waktu syuruk, akhirnya aku segera tidur karena memikirkan harus menjaga kesehatan juga.

Siang, Kholid tentu saja lesu dan wajahnya gak cerah banget. Abang beli lauk sup pak Min klaten. Alhamdulillah anak-anak mau makan. Belum lagi Ashar, melihat kondisi Kholid, aku udah gak tenang. Alhamdulillah, Abang juga langsung sepakat bawa Kholid ke rumah sakit. Handzolah tentu saja ikut.

Sampai di rumah sakit, dicek sebentar, langsung dapat tindakan yang sama seperti Thoriq. Kholid sampai 2x uap. Handzolah yang juga sekalian kami periksakan, alhamdulillah gak perlu diuap. Saat pulang, Kholid dapat obat alergi dan demam. Handzolah dapat obat radang dan demam.

Alhamdulillah setelah diuap, muka Kholid sudah langsung terlihat lebih cerah.

Hari-hari selanjutnya masih dilalui dengan perjuangan. Karena semuanya masih dalam kondisi pemulihan.

Jumat, 31 Desember 2021

Sampailah akhir pekan kedua dari liburan Ziyad.

Liburan 2 pekan dan kami benar-benar gak kemana-mana karena qodarullah sakit beruntun.

Di akhir pekan itu, tadinya kami berencana ke toko buku. Alhamdulillah semua sudah terlihat mulai enakan. Tinggal aku yang masih lemas karena sebenarnya aku juga batuk pilek.

Mempertimbangkan berbagai hal, akhirnya kami putuskan untuk silaturahim aja ke tempat adik ipar – keluarga adik Abang – yang tinggal gak terlalu jauh dari rumah kami.

Perjalanan ke sana biasanya tetap memerlukan motor atau sepeda.

Pulang dari sana, setelah Isya, Handzolah sempat tidur. Kelihatannya kecapekan karena habis dari luar. Tapi saat bangun, dia nangis. Dia bilang telinganya sakit.

Sabtu, 1 Januari 2022

Esoknya, saat bangun mau sholat Subuh, aku mendapati tenggorokan aku sakit banget. Sakitnya super duper sakit belum pernah aku sakit tenggorokan kaya gitu. Sampai nelan ludah aja aku harus siap-siap kesakitan.

Abang masih sempat bikinin aku minuman hangat. Aku disuapin juga, dan aku udah mulai nangis karena sakit setiap kali nelan. Waktu aku mau minum kapsul radang punya Thoriq , sampai susah payah baru tertelan.

Handzolah masih sering menangis memegang telinganya hari itu.
Dia jadi rewel banget. Waktu awal, aku pikir, telinga Handzolah sakit karena apa. Masih belum terlalu ngeh apa dan gimananya karena kami pikir semuanya udah baik-baik aja dan udah makin membaik. Aku pikir, mungkin kelenjar yang dekat area telnganya atau lehernya bengkak karena dia juga emang baru pilek.

Siangnya, Abang beliin aku obat radang tenggorokan.

Aku yang gak ingin sakit bertambah parah dan ingin segera pulih, langsung minum obat-obat yang tersedia di rumah dengan intensif. Kapsul habbatussauda jadi 2 kapsul, kapsul zaitun 2 kapsul, kunir putih rutin pagi siang malam 2 kapsul, temulawak 1 kapsul, minyak ikan, vitamin d. Kalau ada VCo, biasanya aku juga bakal intensif minum VCO. Tapi lagi habis dan karena sudah ada kapsul zaitun, jadi insya Allah sudah cukup jadi pengganti.

Minuman jahe dll tentu saja jalan terus. Kalau pas kondisinya udah capek semua, kami stok Kiranti karena kandungannya memang insya Allah bagus karena dia sebenarnya jamu ya.

Senin 3 Januari 2021

Akhirya, karena kondisi Handzolah kelihatan gak membaik dan dia jadi super sensitif. Kalau disentuh yang lainnya di bagian kepala dia bakal langsung nangis keras dan mukul saudara lainnya karena dia kesakitan.

Aku senterin telinganya, dan mendapati wujud kotorannya gak seperti biasa. Warnanya putih dan memenuhi telinganya.

Akhirnya, langsung siap-siap ke dokter lagi.

Sebenarnya, insya Allah kami bukan tipe yang bermudah-mudah ke dokter. Apalag lagi kondisi corona gini. Alhamdulillah coronanya udah gak seperti tahun 2020. Karena sebenarnya ada cerita yang cukup bikin deg-degan juga di bulan Desember 2020. Insya Allah kapan-kapan diceritain juga. Makanya, ketika aku cerita di sini kami memutuskan ke dokter, itu berarti memang kami di kondisi gak tau apa atau tindakan apa yang bisa kami lakukan untuk mengurangi sakit atau penyembuhan dari sakit yang ada di anak-anak.

Ohya, dalam waktu sepekan lebih, Handzolah turun beratnya hampir sekilo karena batuk pilek kemarin. Kasihan. Sekarang tambah lagi dia sakit telinga.

Sampai di sana, qodarullah dapat dokter yang….gimana ya. Kaya setengah niat gitu periksa Handzolah. Aku sampai heran, ini kenapa yah dokternya?

Kami mendapatkan ruang periksa IGD yang tepat di depan meja dokter jaga. Kondisi ruangannya terbuka aja tirainya semuanya, karena memang kondisinya gak yang perlu tindakan tertutup atau waktu lama seperti waktu Kholid di uap. Waktu itu, bibir Handzolah dalam kondisi juga lagi pecah-pecah. Seperti mau mengelupas tapi masih nempel di bibirnya. Saat itu, tapi kondisinya alhamdulillah udah mulai kering. Setelah perawat selesai ngasih obat ke telinga Handzolah, dokter dan perawat balik ke meja jaga. Aku keingat tentang bibirnya, terus nanya dokter, tentang bibir Handzolah. Dokternya malah nanya balik, “Iya itu kenapa?” Laaah…aku kan gak tau makanya nanya kira-kira itu kenapa gitu, atau sakit apa.

Aku tanya, kondisi telinga Handzolah juga agak kurang memuaskan jawabannya. Handzolah juga gak diperiksa suhunya, atau tenggorokannya atau napasnya. Entahlah, apa emang gak perlu diperiksa apa gimana.

Tapiii, setelah melalui beberapa hari merawat telinga Handzolah, aku baca-baca tentang masalah telinga ini, ada kemungkinan karena dia abis sakit batuk pilek kemarin, infeksinya merembet ke telinga bagian tengah. Sebenarnya, masalah Handzolah baru aja sakit batuk pilek udah sampaikan juga ke dokternya. Kan, baru sepekan yang lalu mereka juga ke IGD. Tapi, dari dokter yang meriksa telinga Handzolah gak ada diagnosa apa atau penjelasan apa gitu terkait penyakit telinga bagian tengah terkait infeksi dari batuk pilek.

Gak tau gak tau gak tau.

Sampai akhirnya kami bikin kesimpulan sendiri, udah deh, kayanya kemarin itu kena omicron deh. Karena kondisi sakitnya anak-anak gak biasa. Thoriq udah lama gak parah kaya gitu, Terakhir dibawa kaya gitu pas dia masih kecil, 5 tahun yang lalu yang sebenarnya juga gak separah kemarin. Terakhir dia kumat seseknya agak lumayan berat, alhamduilllah bisa reda setelah dikasih ventolin. Kholid juga, baru sehari kena batuk pilek langsung sesek itu juga agak aneh. Mungkin juga kemudian kami keluar rumah dan anak-anak sempat main ke area lapangan pemukiman yang ditinggali adik ipar. Handzolah yang kemudian malah jadi “kumat” lagi dan kena ke telinga. Sedangkan aku, ya ke tenggorokan.

Terus aku sampai kepikiran juga, apakah mungkin dokternya udah tahu bahwa arahnya ini ke arah omicron hehehe. Ya udah deh, qodarullah gpp. Alhamdulillah, Handzolah makin membaik. Waktu mengantar Handzolah, aku juga masih sakit tenggorokan loh. Cuma udah membaik alhamduilllah.

Cukup lama sampai akhirnya Handzolah ceria lagi dan gak merasa sakit ketika area telinganya dipegang. Cukup lama juga sampai akhirnya dia -dan tentu saja aku – bisa tidur nyenyak di malam hari. Bermalam-malam dilalui dengan dia terbangun nangis-nangis rewel.

Selama merawat Handzolah, aku rutin meneteskan obat tetes ke telinganya.

Sempat, suatu hari, kami udah siap-siap mau berangkat periksa ke dokter khusus THT. Qodarullah hujan deras dan akhirnya gak jadi. Waktu itu udah niat mau berangkat karena paginya Handzolah kebangun pagi. Bawaannya masih nangis-nangis terus.

Ketika siangnya kami bilang, “Kita mau ke dokter ya.” Udah siap-siap, trus hujan. Ternyata Handzolah ngomong gini ke Kholid,

“Alhamdulillah gak jadi ke dokter.”

Malamnya, dia ngomong pelan-pelan ke aku, yang intinya, tadi pagi tuh dia sebenarnya pingin makan telor rebus pakai bon nori.

Whaaatt….”Ummi mana bisa ngerti kalau Handzolah cuma nangis aja.”

Emangnya bisa pakai telepati, ngung ngung ngung…bip bip bip…Handozlah mau makan telor pakai bon nori.

Ada-ada aja kan. Makanya sampai sekarang belum juga jadi ke THT karena merasa dia mulai baik-baik aja insya Allah.

Mungkin dia nangkep, waktu dia sakit dan nangis-nangis, dia jadi dapat perhatian lebih dan keinginannya jadi banyak dipenuhi. Jadinya dia pingin pas dia punya keinginan juga pakai nangis-nangis :D.

Bayanginnya ini yang ngomong anak bungsu usia 5 tahun yah. Anggaplah kembar itu bungsu : P.

Tapi sebenarnya sampai sekarang masih ada sisa kotoran putih di telinganya yang belum bersih banget. Mudah-mudahan tetap bisa periksain ke THT yah, kalau omicronnya udah reda.

Apakah selesai sampai di situ ujian kami?

Enggaa…

Lanjut di postingan berikutnya insya Allah.

Jogja, 20 Februari 2022

One Reply to “Mungkin Kena Omicr*n”

  1. […] Waktu bulan Desember gak ada yang bantuin karena ditinggal mudik, aku pembenahan rumah banget. Idealisme masih tinggi padahal anak-anak sakit bertubi-tubi. […]

Leave a Reply