Ngomongin Buku

Udah lamaaa banget mau nulis tentang buku. Entah kenapa kalau pas bisa nulis, malah nulis yang lain. Pagi ini menguatkan tekad untuk menulis tentang ini..

Mari kita mulai ngomongin buku dari berbagai sudut.

Pertama, ketika aku ngomongin masalah budget untuk buku, itu karena aku homeschooling ya. Jadi, memang dana pendidikan anak-anak, hampir sebagian besar (setiap bulan) itu ya ke buku dan peralatan tulis.

Pengeluaran tambahannya paling kalau ada hadiah hafalan mereka atau jalan-jalan.

Budget Buku (Pendidikan)

Aku rasa, ini perlu banget diperhatikan. Ketika kita menjalankan homeschooling, bukannya tanpa biaya. Bukannya terus jadi gak harus keluar uang. Justru – alhamdulillah – mengambil sisi positif dari homeschooling ini.

Apa itu?

Kalau teman-teman yang nyekolahin anaknya, minimal ngeluarin 200ribu-300ribu per anak. Untuk spp atau uang makan siang bagi yang full day. Belum lagi kalau ada cicilan uang gedung. Sebulan satu anak bisa habis 500 ribu sendiri.

Nah itu banyak kan?

Dari patokan itulah, kemudian aku dan Abang menjatahkan dana pendidikan untuk anak-anak. Tentu saja jatuhnya jauuh lebih sedikit. Tapi, hasilnya asyik banget.

Biasanya aku jatahin untuk anak-anak yang gede 150rb-200rban untuk beli buku setiap bulan. Buat yang kecil-kecil sekitar 100rb-an. Biasanya juga udah termasuk alat tulis.

Jadi, kita bisa beli buku dengan jatah sekitar 500-600rb tiap bulan. Ini untuk 5 anak loh. Jadi walau kelihatannya BANYAK, tapi sebenarnya jauh lebih hemat dibandingkan kalau keluar biaya untuk SPP dll.

Dana dan perjalanan yang dilalui untuk beli buku ini adalah  bagian yang aku tuh seneng banget dari perjalanan homeschooling kami.

Semacam hiburan tapi hiburan yang bermanfaat. Bayangin bisa belanja buku sampai Rp 500.000-700.000. Berbinar-binar banget \]

Kalau ada yang bisa ngeluarin dana untuk biaya sekolah anaknya dan juga tetap keluar bisa rutin jatahin beli buku untuk anak-anak itu mah malah lebih bagus lagi ya. Kalau aku belum tentu bisa. Udah pernah diceritain di postingan lama.

Setiap Bulan?

Iya tiap bulan. Kaya orang bayar SPP juga tiap bulan, walaupun anaknya libur sebulan :D. Ada momen-momen dana untuk buku ini bisa kita alihkan. Misalnya karena mudik dan banyak keluar dana. Biasanya kami gak ke toko buku. Atau ketika bulan puasa dan lebaran, dananya dialihkan untuk beli baju/bahan untuk baju lebaran. Selain momen-momen itu, biasanya diupayakan beli buku tiap bulan insya Allah.

Buku Itu Penting

Buku itu penting. Pingin anaknya suka baca, ya harus menyediakan dan mendukung agar hal itu terjadi. Kalau belum ada dana yang bisa dialihkan ke buku, bisa ajak anak ke perpustakaan.

Perpustakaan daerah di Jogja juga banyak yang nyediain playgroundnya sekalian. Tapi lokasinya jauh dari rumah. Karena keterbatasan waktu dan kendaraan, kami belum pernah berhasil ke sana. Kalau pinjam di perpustakaan, kan berarti juga harus ada waktu lagi untuk mengembalikan bukunya ya hehe.

Buku Bagus?

Kadang ada yang bertanya tentang, “Mba, buku yang bagus untuk anak-anak apa ya?”

Itu pertanyaannya cukup bikin mikir. Pasti langsung pingin bikin artikel haha.

Soalnya…

Buku bagus insya Allah banyak banget. Cuma itu tadi. Rajin-rajin aja ke toko buku. Lihat-lihat. Dan penerbit tuh juga rajin banget ngeluarin buku baru. Belum tentu ketika aku sampaikan buku yang menurut aku bagus, kemudian buku itu masih beredar atau masih ada stoknya di toko-toko buku.

Bukan Berarti Harus Beli

Buku itu penting. Tapi memang gak mesti beli ketika belum ada dana yang bisa disalurkan ke sana. Tapi karena buku itu penting juga, makanya perlu diupayakan. Bisa dengan mengajak anak ke perpustakaan atau ke toko buku untuk baca-baca di sana.

Dulu ada yang bantu di rumah, namanya mba N. Anak mba N itu suka banget baca. Tapi karena memang gak ada dana untuk beli buku ya. Mending buat bayar spp dan makan sehari-hari uangnya. Tapi mba N suka cerita ngantar anaknya ke toko buku. Nanti ditinggalin 1 jaman. Terus di jemput lagi. Anaknya nih udah gede yang jelas, makanya bisa ditinggal. Upayanya itu loh yang perlu dicontoh :).

Aku jadi ingat dulu pas kecil, juga cuma punya beberapa buku bacaan. Karena Mama Papa emang gak sanggup juga beliin buku. Buat bayar SPP aja susah payah. Buku bacaan yang sedikit itu,  sering banget di ulang-ulang. Kalau ada teman yang punya buku bacaan, jadinya seringkali pinjam. Atau akunya yang pinjam di perpustakaan sekolah. Ketika udah gede dan bisa keluar sendiri, aku  ke toko buku. Buat baca buku.

Buku adalah Sumber Pengetahuan

Nah ini lagi. Buku-buku yang kami beli itu banyak yang sebenarnya jadi semacam “buku pelajaran” menarik untuk mereka. Banyak pengetahuan-pengetahuan yang sebenarnya diajarin di sekolah, mereka dapatkan di buku. Bahkan pengetahuannya lebih bervariasi lagi. Lebih luas lagi.

Ini yang kadang-kadang belum disadari ortu yang pingin anaknya belajar mandiri atau homeschooling. Bahwa gak mesti jadi kaya anak sekolahan yang kita sebagai ortu harus ceramahin setiap materi.

Kadang malah misalnya materinya tentang apa, nanti bukan dari buku pelajaran melihatnya. Tapi dari buku “umum” yang pernah kami beli. Misalnya materi tentang hewan-hewan, tumbuhan, negara.

Lihat postingan ini di Instagram

Contoh pendampingannya ketika buka buku yg kemarin. . . Di halaman awal kan ada peta tuh. Di pasangnya malah bendera Israel. Jadi, aku jelasin ke dia kalau itu sebenarnya negara Palestina. Bukan Israel. Bla bla bla. Dst.. . . Isi bukunya pada dasarnya bagus. Ini bantu banget buat memperluas pengetahuan tentang negara. Kalo dikaitin sama pelajaran, bisa jadi pelajaran IPS deh. . . Coba tuh, ada yg tahu tentang Lucy di Etiopia? . . Pas Thoriq nanya Inggris di mana, aku tunjukin dari peta di bagian depan buku sambil jelasin itu dekat sama Belanda, tempatnya Pakde Lyno (kakaknya ummi). . . Pas Thoriq nanya, Amerika di mana. Ko bahasanya Inggris. . . Aku jelasin, krn dulu emang dari orang-orang Eropa. . Dan tentu saja aku tambahkan, tapiii, sebenarnya yang nemuin duluan itu orang-orang Islam dari Afrika. Cuma yang digembor-gemborkan yg nemuin itu Columbus. .dst dst . Wah panjang nih. Jadi pengen bahas buku 100 tokoh malahan haha. . . Segitu dulu sedikit tips dan jadi sedikit review ttg buku ini. . . #reviewbukucizkah #catatancizkah #homeschooling #limaanakdirumah

Sebuah kiriman dibagikan oleh Cizkah Ummu Ziyad (@cizkah) pada

Gimana Milih Buku

Pertama, pastikan lihat isinya.

Ada sekitar 3-4 buku yang aku lalai melihat isinya. Ternyata gak bagus banget. Atau meleng ternyata Ziyad masukin ke keranjang.

Biasanya sebelum ke kasir, aku sortir lagi dan hitung apakah sesuai budget. Apakah bisa nambah lagi atau bisa dikurangi. Nah, ada momen-momen – kebanyakan pas si kembar masih bayi banget – yang mereka itu udah rewel. Jadi, bawaannya udah pingin pulang aja.

Sampai rumah baru ketahuan, ternyata ini bukunya gak bagus secara keseluruhan. Jadi gak bisa diedit.

Ada yang isinya ternyata parah kesyirikannya. Ada yang ternyata tentang evolusi. Bentuknya komik gitu. Nanti ya di bawah aku bahas tentang jenis buku. Ada juga yang ternyata isinya buanyak banget aurotnya. Soalnya tentang fashion. Jadinya bukunya di sita. Disimpan sama abang. Gak langsung dibuang. Ini belum aku kasih foto-foto ya. Kalau nunggu foto-foto khawatir malah gak jadi nulis haha.

Ohya, karena sebab ini juga, aku jarang beli buku online untuk anak-anak.

Lagipula, memang tujuannya biar “memilih-milih buku sendiri”nya itu yang jadi memori yang membekas dan membudaya untuk mereka.

Sesuaikan dengan Umur

Untuk yang bayi dan balita, aku lebih banyak ke board book dan buku yang gambarnya gede-gede.

Untuk yang gede-gede, aku selalu usahain setiap momen beli buku itu ada yang ensiklopedianya. Dan ternyata, buku ensiklopedia ini yang juga malah sering di baca dan menarik untuk anak-anak. Walaupun waktu di toko buku, mereka milih-milih buku lainnya.

Nah itu kuncinya. Cari di deretan buku ensiklopedia deh. Insya Allah banyak banget buku yang bagus. Beli yang mana? Ya beli yang paling menarik dan dibutuhin duluan. Rata-rata kan buku ensiklopedia lebih mahal (rata-rata sekitar 100-150ribuan). Tapi gak lebih mahal daripada buku-buku para bayi itu.

Jenis Buku

Untuk semua anak, segala umur, usahain ada yang isinya mendukung dan menambah pengetahuan agama mereka.

Jadi ketika beli buku, beli buku yang umum dan agama.

Misalnya, ketika aku beli board buku (buku yang tebal-tebal itu), kan banyak ya yang umum. Misalnya, anak-anak suka Cican. Tapi gak semua aku bolehin. Lihat dulu isinya. Balik lagi ke kaidah yang pertama hehe. Atau ada board booknya Naura.

Nah, aku beli buku yang jenis kaya gitu satu buku deh. Selain itu, mesti ada satu buku board book lagi yang isinya tokoh Islam.

Kalau untuk Ziyad, karena dia udah bisa dan suka baca yang model cerita-cerita gitu, bisa dibeliin buku-buku tentang akhlaq dll. Biasanya dari penerbit Tiga Ananda banyak modelnya untuk yang jenis ini.

Anak yang gede (Ziyad dan Thoriq) juga udah suka yang model komik-komik gitu. Itu kita bolehin tapi yang modelnya komik pengetahuan. Kalau komik-komik lepas yang dari Jepang, kami gak perkenalin. Takut ketagihan dan biasanya isinya kurang bagus.

Insya Allah kalau sudah ada fotonya bisa lebih jelas ya.

Nah, yang modelnya komik gini biasanya kontennya gak sebagus buku ensiklopedia. Tapi aku bolehin mereka milih buku yang mereka pingin – dengan approval dari aku dan abang -. Makanya, tetap ada buku yang aku pilihin – yang biasanya adalah buku ensiklopedia – untuk menyeimbangkan buku yang mereka pilih.

Jangan Takut Robek

Lihat postingan ini di Instagram

Buku yang paling sering digunakan, ga mungkin jadi buku yang paling mulus. . . Justru nikmatnya ketika buku digunakan. . . Kalau mau buku tetap mulus, ga ada solasi, ga lepas-lepas, ga lecek; PAJANG aja di rak. . . Alhamdulillah selama ini, dari anak-anak bayi sudah paham bahwa buku untuk dibaca. . . Kalo robek atau lepas bisa karena mereka belum paham cara membuka halaman atau memang saking sering digunakan. . . Jadi, alasan ga beli buku buat anak karena mereka masih suka robek kadang jadi hal yang justru butuh action yang sebaliknya. . . Akrabkan dan perkenalkan mereka dengan buku. . . insyaAllah mereka akan belajar bahwa buku untuk dibaca dan dinikmati isinya. . . #kurikulumkehidupananakislam #kkai_cizkah #limaanakhomeschooling #serihomeschooling_cizkah

Sebuah kiriman dibagikan oleh Cizkah Ummu Ziyad (@cizkah) pada

Ini ada satu kejadian. Pernah di suatu kajian, aku ngeluarin buku yang lagi disukai Luma. Luma belum 2 tahun waktu itu. Bukunya buku ensiklopedia. Jadi cukup tebal. Luma suka karena banyak gambarnya juga. Itu bukunya udah dari zaman Ziyad. Jadi, kelihatannya memang sudah kucel (walaupun udah diupayain diplastikin).

Teman di sampingku nanya, “Mba kalo beli buku second di mana?”

Ini mesti ngira buku tersebut adalah buku second.

Aku bilang jarang beli buku second.

Ini bukan berarti gak boleh beli buku second ya. Ini bisa jadi alternatif juga sebenarnya untuk menyediakan buku untuk anak.

Masalahnya, aku dan abang pernah beberapa kali  tempat jualan buku yang banyak jual buku second dan kw, tapi ko ternyata tetap mahal-mahal. Dan agak bingung milih buku yang bagusnya. Lagipula tempatnya jauuh.

Si teman ini intinya cerita kalau dia mau beli buku. Tapi anaknya masih suka pada ngerobek-robek. Jadi, pengennya beli buku yang second-second aja, yang murah-murah aja atau semacam itu.

Hmm…

Jadi gini. Berdasar pengalaman selama ini, alhamdulillah, kalau dari bayi udah diperkenalkan dengan buku, jarang ko anak yang SENGAJA merobek-robek buku yang kita kasih. Soalnya anak udah tahu bahwa benda ini adalah untuk dibaca. Dinikmati. Didengarkan isinya – karena masih dibacain Ummi -.

Kalaupun robek, biasanya karena mereka belum bisa membalik kertas dengan benar. Tinggal diajarin. Atau gak sengaja ketarik. Atau ini dan itu. Atau emang bukunya udah sering banget dibaca bolak-balik.

Terus kenapa? Ya udah solasi aja. Sama kan kalau kita beliin baju anak, nanti ada masanya lusuh. Ada masanya mungkin ada yang robek – sering malah kalau celana para bujang mah robek-robek.

Intinya, mengajarkan anak suka baca itu, seperti mengajarkan anak belajar sepeda. Kalau pinginnya belajar sepeda GAK ada jatuhnya, ya GAK bisa-bisa belajar sepeda.

Atau balik ke diri kita sendiri deh. Itu seperti kita bikin kue, terus disuruh gak boleh kotor dapurnya. STRESS kan nanti haha. Malah gak jadi masak kalau gitu mah. Bikin kue kan pasti ada lengketnya, tabur-tabur terigunya. Ya udah, tinggal dipel dan dibersihkan. Jadikan itu bagian dari pembelajaran :).

Solasi

Ada bagian-bagian buku yang hampir selalu mudah robek kalau sering dibaca. Walaupun hardcover. Nah, itu dari awal, enaknya malah langsung aja solasi hehe. Daripada nyolasinya pas udah robek. Bagian itu adalah bagian antara cover buku dengan halaman pertama /halaman terakhir si buku. Nah, ini dari awal disolasi aja.Tepi-tepi buku juga bisa disolasi. Karena bagian ini yang lebih cepat lusuh.

Edit Sensor Buku

Gak semua buku isinya bagus. Tapi gak semua yang isinya gak bagus itu gak bagus seluruhnya. Banyak buku bagus, tapi ada beberapa ilustrasi atau isi yang ternyata gak sesuai. Nah, jalan tengahnya ya kita edit/sensor. Ini udah pernah aku bahas di ummiummi.com ya.


 

 
 
 
View this post on Instagram

Tips: Edit Sensor Buku, Aktifitas Mendidik dan Bermanfaat untuk Anak. . . Ini judul tulisan di ummiummi.com 3 tahun yang lalu. Masih dipraktekkan terus sampai sekarang alhamdulillah. Ini Luma, 4th, yang menyodorkan bagian buku yang banyak memperlihatkan aurat. Artinya dia udah -sedikit- paham mana yang patut/tidak patut untuk dilihat. Dia sendiri juga yang menutupi. Bisa pakai label, bisa pakai spidol dll. . . Tak usah sayang dengan bukunya akan rusak atau kotor. Karena kita sedang menjaga agar anak kita tidak rusak dan kotor akhlaq dan pikirannya. . . Manfaat lain aktifitas ini bisa dibaca di artikel lengkapnya ya. . . #ummiummicom #catatancizkah #limaanakdirumah #tipsparenting #tipsparentingislam #homeschoolingislam #homeschooling

A post shared by Cizkah Ummu Ziyad (@cizkah) on

Buku Pelajaran

Nah, karena aku homeschooling, ada tambahan obrolan nih. Biasanya tiap awal tahun ajaran/ganti kelas, aku beli buku pelajaran. Pas momen itu, biasanya jatah beli buku bacaan biasanya dikurangi. Tapi total dana yang dikeluarkan untuk beli buku bacaan dan buku pelajaran tetap lebih banyak dari biasanya.

Biar gak nyesek atau kaget – buat yang baru ngejalanin homeschooling -, kita mikirnya: kalau anak sekolah juga ada diminta dana untuk uang buku kan. Ada daftar ulangnya juga. Dll dll. Nah, itu lebih mahal lagii hihi. Jadi, memang tetap harus keluar dana lebih mah setiap awal tahun.

Alhamdulillah. Sepertinya kita cukupkan dulu ngomongin bukunya.
Kalau ada yang mau ditanyakan atau ditambahkan silakan yaaa.

Semoga bermanfaat.

cizkah

Jumat, 7 September 2018

9 Replies to “Ngomongin Buku”

  1. Assalamu’alaikum mba cizkah
    Jazakillahu khayr sharingnya
    Tp sy jadi salah fokus, malah jadi kangen sm toko merah daan toga mas..
    Hehehe
    Toko2 yg ga bisa sy temuin di depok sini, jd kangen jogja.. hihii
    Baarakallaahu fiik ♡

    1. wa’alaikumussalam warohmatullah

      fa jazakillahu khayron

      hehehe…emang ngangeninnn…ana aja yang di jogja, kalo udah lama gak ke sana juga pengen banget. Hiburannya cukup ke dua tempat itu deh yang paling menyenangkan menurut ana.

      wa fiiki barokallah

  2. Assalaamu’alaykum mbak sy yang kemarin nanya di IG, hehe… Jazakillahukhairan sharingnya ya mbak… Meskipun sebenarnya pengen banget dikasih list judul bukunya 🙈

    1. biasanya kadang aku posting buku. Jadi stay tune aja ya insya Allah ^^

    2. Poin yang paling disukai:

      _Gak semua buku isinya bagus. Tapi gak semua yang isinya gak bagus itu gak bagus seluruhnya. Banyak buku bagus, tapi ada beberapa ilustrasi atau isi yang ternyata gak sesuai. Nah, jalan tengahnya ya kita edit/sensor_

      Read more https://cizkah.com/ngomongin-buku/

      Jazakillah khoiron mba siska sharingnya…jd bekal insyaAllah barokallahu fikum…

  3. Bismillah
    Maa Syaa Allah bermanfaat sekali sharingnya. Ohy bu, anak saya usia 5th lebih 10bln. Sangat suka sekali membaca, sejauh ini saya fasilitasi dengan buku bacaan islami yang In Syaa Allah sudah sunnah. Sebetulnya saya ingin membelikan buku ensiklopedia namun suami belum mengizinkan karena ada gambar makhluk bernyawa. Menurut suami saya fokuskan dulu saja di tauhid, akidah dan akhlak untuk 7th pertama. Saya ikuti kemauan suami, namun untuk kedepannya pasti akan beli juga buku ensiklopedia. Bagaimana ya cara berkomunikasi dengan anak bahwa buku ensiklopedia itu kita ambil ilmunya saja, abaikan gambar makhluk bernyawanya..

    1. Kalau sudah dilalui insyaAllah nanti paham Umm. Kita sama dunia anak ga bisa strict banget. Gambarnya memang sekedar ilmu. Saya juga kurang paham maksudnya diabaikan gambarnya bagaimana?

      Karena penyampaian pendidikan ttg Islam dari berbagai sisi. Dan itu berlangsung continue sampai mereka besar pun.

  4. Masya Allah. Barakallahu fiik umm. Ana senwng banget bisa nemu postingan ummi. Terima kasih untuk sharingnya.

Leave a Reply