Pelajaran dari Berkebun; Jangan Mudah Putus Asa

Kejadian melati jepang ini CUMA salah satu dari kejadian yang ada di kebun. Yang benar-benar bikin narik pelajaran. Kita tuh pokoknya gak boleh gampang putus asa. Kasih kesempatan. Terus berharap.

Beli melati jepang ini, bulan Juni. Masih kecil dan kondisinya sehat alhamdulillah.

Sebulan kemudian, pagar bambu yang jadi pembatas dinding jatuh. Nimpa tanaman-tanaman.

Setelah dicek, ternyata pohon melati jepang ini yang patah. Total patah. Tinggal batang pendek aja gak ada daun sama sekali. Qodarullah wa masya a fa’al. Ga ada fotonya ya hehe. Gak kepikiran untuk foto pohon patah.

[Sejak kejadian itu, pagar bambunya jadi aku cantolin ke paku di dinding pakai kabel tis. ]

Aku biarin aja pohon tersebut. Karena memang pada dasarnya, pelajaran terbesar dari berkebun sejak nanam pohon jeruk nipis yang sekarang udah menghasilkan itu adalah JANGAN PUTUS ASA dari rahmat Allah.

Aku pikir akarnya masih sehat.

Alhamdulillah, ternyata benar. Tumbuh tunas baru

melati jepang
Tumbuh tunas dari batangnya..mencuat menjadi cabang baru. Alhamdulillah. Kelihatan kan patahannya tuh tinggal pendek banget.

Segar banget masya Allah laa quwwata illa billah. Ini kondisi tanggal 18 Juli 2020.

Daun yang Lebat

Ini kondisi hari ini. Dari kemarin senang lihatnya. Alhamdulillah.

melati jepang

Tapi kemudian terbersit, eh ini bener gak ya. Kok daunnya lebar-lebar gitu. Ini kan bunga. Berhubung dari kemarin gak terlalu merhatiin pakai pupuk apa untuk tanaman apa. Jadi, aku ngabisin pupuk yang pernah aku beli pas awal-awal bulan Desember 2019. Iya, udah lama ya. Alhamdulillah waktu itu belum ada corona di Indonesia.

melati jepang

Aku juga siram NPK sekitar sepekan sekali. NPK ini kan juga ternyata gak boleh kebanyakan. Nanti bikin gosong daun. Biasanya 1 ember , aku cuma kasih 1 sdt. Satu ember standar itu, aku pernah ukur pakai gelas takar, ternyata isi 10 l.

Nyiram pupuk ini juga gak tiap hari ya. Nanti malah over. Sepekanan sekali. Media tanam yang aku pakai lebih banyak kandungan kotoran kambing, baru kemudian sekam, cocopeat, media tanah. Kalau pas ada kompost hasil dari komposter, kompostnya aku taruh paling bawah. Karena biasanya belum halus banget.

Kemudian aku baru sadar, kalau untuk tanaman bunga dan buah, pupuknya beda dengan tanaman sayuran. Kalau tanaman bunga disiram pupuk sayuran, nanti nutrisinya lebih banyak ke daun. Bukan ke bunga atau buah.

Tapi kemudian, aku mikir lagi. Insya Allah gak masalah sebenarnya. Mau jadi bunga atau daun. Karena bagi aku ini daunnya tetap indah banget masya Allah.

melati jepang
Jauh banget sebenarnya bentuknya dari Philodendrin Birkin. Tapi tetap bikin bahagia insya Allah

Eh ko tiba-tiba jadi kepikiran, kaya mirip-mirip suatu tanaman hias. Berhubung emang bersliweran ya sekarang ini tanaman hias di mana-mana. Cuma ingat nama depannya “Philo…” Searching di tokopedia pakai kata depan itu, sebentar aja langsung muncul pilihan nama yang benarnya; Philodendon Birkin. Ternyata aduhai, harganya haha.

Pada dasarnya, tanaman hias itu juga banyak dinikmati dari daunnya aja kan ya. Gurat-guratnya, bentuknya.

Alhamdulillah, melati jepang ini tetap bisa dinikmati, walau belum berbunga. Masya Allah laa quwwaa illa billah.

cizkah
Sabtu, 10 Oktober 2020
Masih masa corona.

Leave a Reply