Bulan kemarin, aku lagi pingiin banget baca buku yang ringan-ringan. Selingan dari buku bacaam yang ada di rumah. Pas akhirnya udah di toko buku, seperti biasa, aku manfaatin sisa-sisa waktu terakhir untuk milih buku yang mau aku beli. Waktu terbesar mah untuk milih buku anak-anak dan pritilannya mereka
Maksud hati sih beli buku cerita fiksi ringan atau bukunya yang agak nyastra dikit. Mungkin karena emang pas milihnya buru-buru, jadinya ngerasa gak ada yang cocok di hati. Mungkin juga, karena kriterianya adalah bacaan yang bukan fiksi percintaan non-halal apalagi yang berbau kesyirikan hehe. Berat beneerr syaratnya.
Akhirnya pandangan mata jatuh ke buku Totto Chan’s Children ini. Cuma sempat baca bagian judulnya yang tulisannya gede dan melihat ilustrasi covernya. Masih di plastikin. Belum ada buku yang kebuka. Proses berfikir cepatnya waktu itu,
- Kirain maksudnya ini kisah anaknya si Totto Chan
- Karena aku udah pernah baca buku Totto Chan yang pertama, jadi aku pikir isinya gak bakal jauh -jauh dari itu.
- Plus, ngerasanya gpp lah, kan kisahnya termasuk ringan juga dan bisa dapat pelajaran juga tentang anak-anak.
Akhirnya langsung ambil, masukin keranjang dan menuju kasir.
Pas sampe rumah dan akhirnya buka ni buku, lihat-lihat isinya dan foto-foto yang terpampang, yang ada aku ga berhenti-henti baca doa supaya ga tertimpa musibah yang sama.
Aku pikir bakal susah nyelesein ni buku. Aku pikir bakal jadi bacaan berat dan bikin susah tidur. Aku pikir bakal jadi bacaan membosankan. Tapi prasangkaku salaaah semua. Ternyata buku ini baguus InsyaAllah. Banyak pelajaran, pengetahuan dan hal-hal lain yang aku dapat.
Pelajaran dan sesuatu yang ditangkap dari buku ini menurut aku dalem… Seiring kita baca kisah perjalanan Tetsuko ke setiap negara yang berbeda.
Buku ini adalah kisah Tetsuko – yang dulu ketika kecil dipanggil Totto Chan – saat menjadi duta kemanusiaan UNICEF. Dia mendatangi negeri-negeri yang pada umumnya tertimpa musibah. Baik karena peperangan, kelaparan, bencana alam, kekeringan dll. Konsentrasi utama Tetsuko adalah berkaitan anak-anak di masing-masing daerah tersebut.
Umumnya sih sebenarnya banyak kelaparan yang terjadi justru karena peperangan. Dan yang paling besar efek yang terkena adalah anak-anak.
Baca kisah kepedihan dan akibat yang dirasakan karena perang itu bikin sedih banget. Tapi di sisi lain aku juga belajar untuk kuat. Dulu kalau melihat atau yang membaca kisah seperti ini, bisa bikin ga bisa tidur. Tapi aku belajar kuat. Belajar untuk berpikir positif.
Sama seperti ketika salah satu dari si kembar didiagnosa down syndrom. Rasanya seperti itu. Aku jadi belajar untuk bersikap. Belajar akhlak. Belajar empati. Belajar kasih sayang dan juga syukur.
Mereka – yang ditimpa musibah – bukan butuh dipandang dengan pandangan aneh, heran, atau bahkan jijik. Mereka butuh banget yang namanya perhatian dan kasih sayang. Ya Allah, mereka anak-anak gitu loh. Tapi kebanyakan dari mereka – yang selamat -sebenarnya adalah anak-anak yang kuat. Apalagi yang ada di Afrika.
Nah, itu dia, aku juga belajar tentang berbagai negara. Budayanya, cara pandang, bersikap dan berpikir.
Salah satu bagian favorit aku di buku ini adalah ketika Tetsuko ngasih teropong ke presiden Mozambik. Terus Tetsuko bilang bisa untuk melihat gerilyawan -yang mereka membangkang-. Si presiden malah jawab, “Tidak. Aku akan pakai untuk melihat masa depan.”
Atau ketika Tetsuko cerita tentang anak-anak yang jalan berkilo-kilo meter buat dapatin air. Mereka di tengah jalan suka kehausan dan gali tanah yang nanti bakal keluar air perlahan-lahan. Kalau sudah ada airnya, mereka bakal antri dan mengutamakan anak-anak yang lebih kecil dulu. Masya Allah ya. Akhlak.. Akhlaak.
Setelah membaca buku ini, sebenarnya aku seperti menambah titik baru untuk dikaitkan dengan titik lainnya yang baru-baru ini aku dapatkan juga. Utamanya tentang dakwah Islam di Afrika. Benar-benar scene per scene kehidupan yang rasanya bikin mikir, “Kok bisa sih.” InsyaAllah akan lebih jelas kalau aku mereview buku dan hal lain yang berkaitan tentang ini di postingan selanjutnya ya.
Buku Totto Chan’s Children ini juga memancing banget rasa ingin menelaah lebih dalam tentang berbagai hal. Rasanya kalau diungkapkan dalam bahasa Inggris, “Excited!!!”
Bisa jadi seru banget ya baca satu buku haha. Tapi begitulah adanya.
Ohya, Yang paling menyenangkan setelah baca buku ini adalah ketika bahas dan diskusi tentang buku ini ke Abang. Pembicaraan kami rasanya jadi seru mengasyikkan. Menyenangkan kan yah ketika pembicaraan ga melulu tentang rutinitas sehari-hari hehe.
Kesimpulannya, alhamdulillah ternyata tujuan aku beli buku ini untuk “refreshing” berhasil. Bahkan ini jadi bacaan selingan yang bermanfaat InsyaAllah.
Tambahan:
Doa agar terhindar dari musibah yang sama.
Jogja, 29 Oktober 2018/9 Safar 1439 H
cizkah