Rumah Makan “Cengkir”

Ternyata, kadang ada dalam kehidupan sesuatu yang udah di depan mata, tinggal dikiiiiit lagi, kalau belum rezekinya, ya ga akan dijalanin dan didapatkan.

Cengkir yang super sebelahan sama Yufid, ga pernah tersentuh walau sering dilewatin. Abang cuma taunya, ya, kalau ada kopi, standar kopi tubruk.

Pas akhirnya Abang ngerasain makan di sini, langsung ngajak aku berdua aja malam hari. Biar aku ada gambaran sebelum ngajak anak-anak semuanya (nunggu Thoriq pas pulang pondok soalnya).

Ya Allah, ini kan mirip sama Kampung Jawa.


Sejak tahun 2020, pas bertepatan corona, aku kehilangan tempat buat duduk-duduk sekedar ganti suasana dari rumah, yang makanannya juga ga yang harus gimana-gimana

Menunya masakan yang ada di sana menu rumahan biasa: sayur sop, asem, lodeh, tumis, telor dadar, ceplok, ayam kecap dan yang lainnya. Nasinya dikukus beralaskan anyaman bambu.

Tempatnya luas banget, ada area yang sepertinya biasa dipakai untuk pertemuan banyak orang sambil acara makan bareng. Pas kami ke sana siang kemarin juga pas ada rombongan yang mengisi area yang sebelumnya ada tulisan “Sudah Direservasi”. Area parkirnya juga luas. Ada mushola kecil di sana.

Kami sengaja ke sana Sabtu, karena nunggu ada Thoriq di rumah. Sengaja pas makan siang.

Tadinya kami makan di area luar. Karena sudah ada tanda-tanda mau hujan, kami pindah ke dalam. Aku tetap di sana sambil menyelesaikan makanan.

Anak-Anak dan Abang ke Mertamu untuk melihat hewan-hewan dan ternyata sempat juga ke Taman Sumberan. Alhamdulillah.

Pas ngerasain tempat ini, aku tuh kaya dapat jawaban dari musykilah kalau mau ngadain acara atau ketemuan yang melibatkan ibu-ibu 😊.

Fotonya campur suasana malam dan siang karena gabungan pas aku ke sana malam dan siang hari.

Ini Ziyad abis ada kegiatan pagi hari, terus dia ngantuk berat jadi ga ikut. Kami bungkusin aja.

Leave a Reply