Beberapa teman yang baru menjalani biduk rumah tangga, seringkali terkena syndrom “pulang”. Dulu aku juga mengalami. Apalagi waktu itu langsung hamil. Yang namanya orang hamil itu pada umumnya kepayahan. Kalau kepayahan/sakit, biasanya seseorang kepikiran pingin pulang. Pingin di rumah. Pingin di dekat Mama. Walau pada kenyataannya aku di rumah bukan orang yang tipikal dimanja. Bahkan pernah badan aku panas. Cuma karena adik-adik yang lain juga panas, sampai kayanya gak ketahuan kalau aku tuh juga panas. Karena pada dasarnya biasanya aku juga kalau sakit in sya Allah gak menunjukkan sakit. Gak tahu. Budaya di rumah seperti itu. Atau aku sendiri yang membentuk budaya pada diriku seperti itu hehe.
Aku anak ketiga dari lima bersaudara. Walaupun tidak dikatakan, perlakuan orang tua mesti terasa beda antara anak yang satu dengan yang lainnya. Dan karena aku di tengah-tengah…jadilah aku ada di tengah-tengah :). Seringkali si Mama mengadu kepadaku. Sebenarnya beliau capek sekali. Tapi si mas atau mbak minta pijet. Atau ketika adik sakit…maka si mama sibuk merawat. Mungkin karena biasa “terbuka” denganku, maka jika aku yang minta dipijet, seringkali mama menolak. “Mama juga capek.” Dan hal itulah mungkin yang membuat aku melatih diriku sendiri untuk bisa memijat.
Walaupun keadaannya seperti itu, ketika sakit, letih menimpa, yang terpikir di kepala tetap “pulang” ke tempat di mana Mama berada.
Dulu waktu baru menikah dan seringkali mengatakan ingin pulang, aku dinasehati oleh abang, rumahku sekarang di “sini”, di Jogja, di tempat aku membina rumah tangga bersama abang. Dan dari awal kami menikah, baru tiga tahun kemudian akhirnya kami pulang ke Jakarta :).
Mungkin bisa dikatakan berhasil karena ketika kami mudik ke Jakarta atau Jambi, setelah beberapa hari, rasanya ingin cepat-cepat kembali ke Jogja. PULANG ke rumah (kontrakan :D) kami. Rasanya bahagia sekali ketika merebahkan diri di kasur kamar kami sendiri.
Tapi tetap saja. Saat letih melanda, perhatian yang diharapkan juga mungkin sedang tidak bisa diberikan oleh sang suami, rasa ingin “pulang” mudik itu tetap ada.
Bagaimanapun… tempat pulang yang sebenarnya itu ada di sana…
Tempat beristirahat yang sebenarnya itu di sana…nanti…kalau kita masuk surga in sya Allah…(Aaamiin).
Sekarang…mari kita berpayah-payah dulu, besabar-sabar dulu..dan bersyukur selalu.
Rabu, 6 Maret 2013
Cizkah
betul banget mbak. : D
hehe..kena syndrom pulang juga yaa…hehehe..