Anak-Anak dan TPA Ramadhan

Mau cerita yang lain-lain. Tapi ternyata banyak hal yang terkait dengan TPA Ramadhan ini. Biar bisa fokus ketika cerita tiap bahasan, jadi aku mau cerita tentang TPA Ramadhan dulu.

Di Kampung kami ini, setiap Ramadhan, di masjid dekat rumah, diadakan TPA tiap sore. Semuanya senang karena anak bisa menghabiskan waktu di sore hari dengan kegiatan bermanfaat sambil menunggu waktu berbuka.

Di sana juga, jadinya semua anak di kampung ini benar-benar berkumpul. Lebih banyak dari hari-hari TPA di bulan lainnya.

Ada hal lain yang menarik buat mereka. Setiap pulang dari masjid, mereka akan mendapatkan kotak makan takjil untuk berbuka. Biasanya berisi nasi lauk pauk dan minuman.

Kotak makanan ini, sebenarnya sumbangan dari keluarga di kampung ini. Menjelang Ramadhan, ibu istri pengurus masjid akan menawarkan bagi keluarga yang mau ikut “piket” menyediakan takjil. Bagi yang bersedia juga boleh memilih menyediakan secara perorangan atau berkelompok. Yang berkelompok, biasanya berisi 4 keluarga.

Ziyad dan TPA

Sebelum Ramadhan datang, salah satu pengurus masjid juga sudah mengontak Abang. Menanyakan apakah Ziyad bisa jadi imam. Menanyakan tentang kesediaan Ziyad buat ngajar di TPA. Untuk ngajar di TPA, Ziyad insya allah semangat banget dari jauh-jauh hari. Bahkan dari bulan Desember kemarin, kita udah bahas supaya di masjid bisa mulai ada TPA lagi. Selama dia ujian Paket B kemarin, setiap baru pulang, dia langsung ke masjid untuk ngajar. Dia dapat ngajar anak-anak yang belajarnya untuk Al-Qur’an.

Untuk jadi imam, Abang memang gak mengizinkan karena Ziyad masih ujian di awal Ramadhan. Tapi kemarin-kemarin, masih sempat ditanyakan, kapan Ziyad libur dari libur. Intinya buat jadi imam itu.

Kemarin kami juga baru ngobrol berdua dengan Abang. Ternyata kami punya pikiran yang sama. Gak usah lah Ziyad jadi imam dulu. Apalagi kalau sudah ada ketentuan jadwal dari pengurus yang biasanya diserahkan ke anak-anak pesantren Taruna yang lokasinya dekat rumah kami. Insya Allah kami bakal sampaikan ke Ziyad untuk menghilangkan keinginan itu. Maksudnya, ya biasa-biasa aja, dan malah cenderungnya gak usah dulu dan persilakan yang lainnya. Kalau memang dibutuhkan banget, ya baru gpp insya Allah Ziyad maju.

“Udah cukup lah insya Allah Ziyad ngajar TPA. Malah bagus dan bermanfaat insya Allah,” aku bilang ke Abang.

“Setuju Dek. Ternyata kita sepakat.” kata Abang.

[Nulis ini awal Ramadan, sampai akhir Ramadan ternyata belum publish :D. Akhirnya, di malam-malam terakhir, Ziyad yang lebih sering jadi imam. ]

Thoriq dan TPA

Thoriq sendiri, yang usianya sekarang 11 tahun 3 bulan, alhamdulillah juga ikutan mengajar di TPA. Kalau Ziyad megang halaqoh Al-Qur’an, Thoriq megang halaqoh belajar Iqro. Yang jadi muridnya, ternyata teman-teman mainnya selama ini. Ada juga yang lebih tua sedikit dari Thoriq juga baru belajar. Ada yang baru sampai Iqro 2. Ada yang sudah sampai Iqro 5, mengulang lagi. Jadi belum Al-Qur’an.

Waktu Ziyad ujian Paket B (belum cerita khusus di blog nih tentang ujian paket B yang diadainnya di bulan Ramadhan), sebelum berangkat ke TPA, aku beri tugas Thoriq untuk mengajar adik kembarnya IQRO.

“Masak orang lain Thoriq ajarin, adik sendiri ditinggalin.”

Selain itu, sebelum berangkat, tugas Thoriq menyiapkan minuman untuk berbuka. Seperti mengeruk blewah dll. Biasanya dikerjakan bersama adik-adiknya. Si kembar suka banget motong-motong cincau.

Ketika Thoriq yang sedang ujian Paket A, gantian Ziyad yang gantian mengajar kembar dan menyiapkan bukaan. Aku tambahkan tugas untuk menyimak Luma setoran hafalan. Biasanya hanya satu surat aja :).

Luma

Insya Allah akan ada cerita tentang Luma terkait ini. Di postingan lain ya., soalnya agak lebih panjang ceritanya dan bahas satu hal lebih spesifik :).

Kembar

Untuk kembar, seperti aku sudah ceritakan di postingan tentang mereka puasa tahun ini. Kembar gak ikut TPA. Gak boleh ke sana sendirian aja, masih perlu pengawasan.

Alhamduilllah di rumah tetap dijalankan aktifitas belajar iqro dan hafalan.

Bisa dibilang, dari dulu memang seperti itu anak-anak untuk usia preschool. Kalau pun ke TPA, sifatnya cuma buat main dan bertemu teman-temannya. Aku gak mengkhususkan mereka ikut TPA karena alhamdulillah di rumah sudah belajar. Tapi waktu sebelum corona, Thoriq usia 9 tahunan, dia masuk ke halaqoh Al-Qur’an. Programnya waktu itu menghafal surat An Najm.

Program ini sebenarnya bagus kalau dijalankan di setiap masjid di kampung-kampung. Karena menggerakan pemuda-pemudi yang sudah mulai beranjak dewasa dan memberi aktifitas positif untuk mereka. Untuk anak-anak pun juga jadi kesempatan bertemu dan berkenalan. Orang tua yang terkadang menemani dan menunggui anaknya juga bisa saling berkenalan dan bertemu. Program takjil juga memberi kesempatan keluarga yang ingin beramal dan mendapatkan pahala dengan memberi makan orang yang berpuasa. Ditambah lagi, sebelum Maghrib, ada kajian yang bisa dihadiri oleh bapak-bapak alias diadakan buka bersama tiap hari di masjid.

cizkah
Jogja, 10 Mei 2022/8 Syawal 1434

Leave a Reply