Saya memiliki seorang suami yang sangat khawatiran yang juga merupakan hasil didikan sang ibu mertua dahulu juga sangat khawatiran dan sangat protective kepada anak-anaknya. Sedangkan saya sendiri termasuk yang tingkat kekhawatirannya di bawah suami dan cenderung ingin lebih “membebaskan” anak untuk bereksplorasi. Keduanya insyaAllah tidak ada yang salah, asal tidak ada yang berlebihan, tidak berlebihan dalam membatasi anak (over protective) atau tidak berlebihan dalam melepaskan anak beraktifitas semaunya.
Insiden orang asing ini adalah insiden yang kedua. Kejadian yang kedua ini, saya lebih yakin bahwa memang ada kemungkinan Ziyad akan menjadi korban penculikan (na’udzu billah min dzalik) dan membuat kami bersyukur bahwa hal itu tidak terjadi. Dan semoga tidak akan terjadi, baik untuk Ziyad ataupun anak-anak ibu-ibu.
Kejadian yang pertama, Ziyad berumur 3,5 tahunan. Waktu itu tapi dia cepat masuk ke rumah, dan mengatakan ke saya, “Mi…ada orang asing.” (Sebelumnya kami memang sering menjelaskan tentang orang asing). Saya yang lupa menutup pintu depan saat memandikan Thoriq di belakang, langsung buru-buru ke depan. Si “orang asing” ini kemudian hanya mengatakan sedang mencari rumah kontrakan. Saya hanya menjawabnya dari balik pintu karena tidak memakai jilbab.
Kejadian yang kedua, terjadi sore ini, usia Ziyad sudah hampir 4, 5 tahun. Sejak kejadian pertama, Ziyad memang lebih rajin di dalam rumah, karena ada rentetan kejadian lain yang membuat dia memang lebih waspada (namun tidak akan saya panjang lebarkan di sini). Sore ini, entah kenapa, sepulang kami jalan-jalan, suami mengizinkan Ziyad bermain di luar. Saya tahu, suami mengizinkan Ziyad main di tempat tetangga yang rumahnya benar-benar dekat dengan rumah kami. Saya sendiri berada di ruangan kerja yang posisinya sangat dekat dengan pintu rumah tetangga kami dan biasanya bisa mendengar suara-suara Ziyad di tetangga.
Kemudian saya mendengar ada suara bapak-bapak berbicara di luar rumah (rumah kami tak berpagar, dan halaman depan adalah tempat orang lalu lalang) dengan logat dan cara bicara yang tidak jelas. Saya pikir ada orang yang sedang bertemu di jalan saling bertegur sapa. Tak ada suara Ziyad di situ. Saya tetap berpikir, Ziyad di rumah tetangga kami.
Tak lama kemudian, suami pulang dari luar. Kami bercakap-cakap sebentar kemudian saya bertanya ke suami, “Bang, Ziyad mana ya.” Maksud pertanyaan saya, saya gak mendengar suaranya dari tadi, dan minta tolong dicek ke tetangga karena beliau lebih mudah untuk melakukan hal itu.
Kemudian suami panggil, “Ziyad…Ziyaddd…ZIYADDD>…ZIYYAAAADD (Makin keras).”
Ziyad tidak menjawab-jawab. Suami langsung memakai sandal dan berjalan ke halaman yang mengarah ke perempatan jalan di kampung tempat kami tinggal. Tak lama, seorang bapak dengan logat yang saya dengar beberapa saat lalu menggandeng Ziyad erat (suami yang cerita) dan mengatakan, “Ini hampir ketabrak motor di sana.”
“Oya pak…makasih”, jawab suami singkat. Suami bercerita kalau beliau sedikit tertegun dan heran karena belum pernah melihat bapak tersebut di daerah tempat kami tinggal (yang notabene daerahnya lingkupnya kecil dan semua orang saling mengetahui setidaknya kenal wajah). Dan sejujurnya, saya tidak mendengar suara motor.
Akhirnya malam itu, kami menasehati Ziyad, bertanya pada Ziyad. Yang membuat kami kaget adalah jawaban Ziyad sewaktu Ziyad saya ajak omong-omong biasa. Dia bilang, “Ziyad sayang sama bapaknya itu…bapaknya itu kan yang di masjid.”
WHAT!?
Deg-degan dan tercengang, kok bisa jawab gitu. Kalau Ziyad ke masjid pun biasanya sama saya dan tidak pernah bertemu dengan bapak-bapak asing!
Sayangnya Ziyad bukanlah anak yang sangat mudah diajak berkomunikasi tanya jawab. Kami sadar itu adalah bagian yang kami harus lebih sabar menghadapinya. Saat suami pergi keluar membeli lauk, saya mengajak Ziyad berbicara tentang kejadian yang baru saja dia alami. Tadinya dia menjawab bahwa orangnya bertanya dimana rumahnya. Saya bilang, “Ziyad harusnya jawab, ini rumah Ziyad.”
Tapi dari percakapan selanjutnya, Ziyad bilang, “Ziyad nganter bapaknya itu ke rumahnya.”
Waktu itu saya pikir Ziyad hanya tertukar dalam menyusun kalimat cerita. “Enggak…Ziyad gak bisa nganter…Ziyad kan masih kecil.”
Setelah itu saya ulang-ulang kembali penjelasan tentang orang asing, bahayanya orang asing. Jangan mau dikasih makanan, permen, mainan oleh orang asing. Kalau apa-apa harus izin. Kalo sama ustadz Aris, Pakde Sulis, Pakde Joko (contoh orang yang dia kenal) itu tidak apa-apa insyaAllah. “Kalau sama bapak yang tadi Ziyad kenal gak?” Saya tanya. “Engga”. Nah, itu namanya orang asing. Dan seterusnya, kemudian saya tes lagi untuk mengetahui apakah dia benar-benar paham akan nasehat saya.
Dan yang membuat saya tambah deg-degan ketika saya ceritakan percakapan-percakapan yang saya dapatkan dari Ziyad, terutama di bagian, “Ziyad nganter bapaknya itu ke rumahnya.”
Suami langsung berujar, “Astaghfirullah…itu barusan abang baca (sambil menunjuk laptop yang menyala dan terlihat suatu halaman website yang sedang suami baca sedari sore) salah satu motif penculikan itu pakai minta diantar ke anaknya. Abang tadi gak ngerti.” (Kebetulan suami sedang banyak membaca tentang literatur pertahanan diri. Suatu kebetulan yang luar biasa dan alhamdulillah sangat bertepatan banget dengan kebutuhan kami.
Berikut adalah tips-tips yang perlu diajarkan kepada anak yang saya dapatkan dari bacaan yang suami bilang tadi.
—Mulai Kutipan—
Sebelum kita mulai mari kita flashback sedikit tentang beberapa kasus yang terjadi dan mengidentifikasi beberapa SOP oleh para penculik dalam mendekati anak. Salah satu metode “pendekatan” untuk masuk ke dalam zona personal atau pribadi anak tsb. umumnya si abductor atau penculik akan meminta bantuan sang anak untuk mencari sesuatu atau mencari alamat/ jalan dengan tuntunan dari anak.
Beberapa teknik yang bisa anda ajarkan bilamana anak tsb memang dipaksa secara fisik untuk “ikut” dengan si penculik:
- Segera teriaklah tolong bila berada di daerah yang ramai.
- Bila sempat saat anak diseret untuk “ikut” dengan si penculik, berpeganglah pada sesuatu sehingga ada resistensi, lebih baik juga adalah saat sedang tarik menarik dengan si penculik anak bisa berpegangan pada orang lain yang berada di sekitar kejadian sehingga menarik perhatian orang atau warga sekitar. Ini disebut juga sebagai “The Velcro” Technique.
- Teknik berikutnya disebut Windmill technique atau teknik baling-baling karena tangan anak memang sengaja digerakkan layaknya baling-baling untuk mempersulit gerakan “menangkap” penculik di tangan atau lengan anak.
- Jika anak kebetulan sedang bersepeda dan tiba-tiba seseorang mendekati dia dan memaksa anak untuk ikut dia ke mobil. Ajarilah anak untuk berpegangan keras pada sepeda sehingga dengan demikian anak + sepeda akan memperlambat gerakan penculik dan bisa menarik perhatian orang sekitar juga. Teknik ini dikenal dengan istilah bicycle hug.
- Jika penculik berhasil memasukkan anak ke dalam kendaraan mobil, ajarkan anak untuk segera mencari gagang pintu dan keluar bila tidak anak harus berusaha sebisa mungkin membunyikan klakson berkali-kali sambil terus berusaha menarik gagang pintu. Tentu metode ini berlaku apabila si penculik beroperasi sendiri, dalam keadaan lebih dari satu penculik bahaya yang sangat besar adalah fakta bahwa ruang gerak anak menjadi sangat sempit bahkan mungkin mustahil bila anak sudah dipegang oleh rekan penculik. Oleh sebab itu pastikan anak anda tidak berjalan sendirian di tempat-tempat yang rawan atau tidak di kenal.
- Berkaitan dengan teknik yang diatas jika mobil yang digunakan oleh penculik adalah mobil dengan empat pintu maka ajarkan anak untuk lompat ke jok belakang dan exit dari pintu tsb. Harus di ingat bahwa maksud dari si penculik adalah “memindahkan buruannya” dengan secepat mungkin dan pada umumnya “proses fisik” apakah itu disakiti, dipukul atau dianiaya adalah proses yang akan terjadi nanti di kemudian waktu atau hari.
- Ajarkan anak untuk mengganjal tempat masuk kunci mobil dengan kancing baju si anak, atau benda apapun yang bisa dimasukkan ke lubang kunci tersebut yang bisa menunda proses menyalakan mobil, sebagai tambahan permen karet yang sedang dikunyah oleh si anak pun bisa digunakan untuk mengganjal titik tersebut.
- Benda yang juga bisa membantu menarik perhatian untuk dibawa anak adalah priwitan atau whistle dalam bahasa Inggris yang bisa dikalungkan anak untuk berjaga-jaga dan saat dlm keadaan bahaya anak membunyikan nya sekeras mungkin.
Tentu aspek terpenting yang harus di sharing dengan anak-anak adalah mengingatkan kepada mereka tentang penting nya mawas diri dan berhati-hati pada titik-titik transisi sehari-hari misalnya saat berangkat atau pulang sekolah. Metode-metode yang saya sebut diatas juga perlu dilatih atau minimal diajari ke anak-anak, saya camkan minimal karena ada perbedaan besar antara tahu dan “bisa!”. Jangan lupa juga bahwa dalam keadaan berbahaya tersebut “adrenaline” besar yang membanjiri anak akan membuat anak panik, pengenalan ataupun informasi mengenai hal ini juga perlu disampaikan agar “energi” tersebut bisa dikontrol dengan bernafas secara perlahan dan membantu untuk berpikir jernih.
Saya harap informasi ini bisa membantu, ingatlah bahwa dalam kasus penculikan segala daya upaya harus dilakukan untuk “menolak secara agresif” badan anda dipindahkan ke tempat lain, karena jika hal ini terjadi maka secara keselamatan semuanya bertambah runyam dan mengerikan.
Spread the word, train hard, train smart and be safe
Sumber: http://kusanagidojo.blogspot.com/2007/03/child-abduction-penculikan-anak.html
— Akhir Kutipan —
Demikian, semoga bermanfaat ya ibu-ibu.
Cizkah yang masih deg-dgan
28 Muharram 1432
Semoga kita semua selalu diberi keselamatan dan dijauhkan dari segala bentuk kejahatan…. Amin ya Rabb…
Jazakillahukhaira Mba….bener2 penting untuk dipelajari ni. Karena selama ini belum sampe tahap pengenalan “orang asing” ke anak. Pokoknya harus slalu mawas diri dimanapun berada…!
#ikut gemeteran bacanya
aaamiiin….
iya mi…ziyad kan orangnya supel banget masyaAllah…jadinya emang mesti diingetin terus tentang bahayanya orang asing..
Alhamdulillah… ziyad bisa kembali ke pelukan umi n abix. Deg2an emang kalau anak hilang… wal’iyaadzubillah, soalx pernah ngerasain jg wktu si bungsu (skr statuse msh ank bungsu) hilang, tp bkn krn org asing.
Jazakillaahulkhoyr dah share ceritanya… semoga kita lebih waspada lagi dan dapat membekali anak2 ut hal ini.
jazakillahu khaira infonya,sis…Nabiilah jg sama, supel bgt. Jd kdg merasa overprotective apalagi kalau hbs denger berita atau ingat kasus penculikan anak (seperti anaknya ummahat yang tinggal di depan Ihya dulu)..Wal’iyadzubillah…
Jadi ingat jg sama peristiwa anaknya sepupu yg kebetulan menyandang autis. Hilang — maksudnya nyasar — gak bisa pulang pas sepedaan sendiri di kompleknya. Akhirnya malam, stl bapak-ibunya mutar2 smp desa sebelah, ada orang yang mengembalikan setelah tanya2 ke tetangga, yg ikut nyari jg.
Faidahnya, perbagus jg pergaulan dg tetangga, sehingga kalau ada apa2, tetangga bisa membantu.
iya wi…suami dan ana juga sering bgt ngebhaas kejadian itu (anaknya zaenab yang hilang – wal ‘iyyadzubillah)
betul betul…memang pergaulan ke tetangga sangat perlu…jadi kalo ada apa-apa insyaALlah bisa saling bahu membahu
Terima kasih infonya Um…dan salam kenal baarokalluhu fiikum…
Jadi terbawa deg deg2n…
makasih, bermanfaat sekali…
Izin copy, ya, Ciz… untuk artikel ini, juga artikel-artikel lain yang insya Allah bermanfaat.. (saya pembaca gelap cizkah.com….:) karena ga’ pernah kenalan dan kasih komen. tapi saya suka isinya). Mksh.
Assalamu’alaykum, maa syaa’Allaah bagus banget artikelnya 🙂
qoddarallaah saya sedang mengumpulkan artikel terkait parenting, bolehkah saya share artikel anti? Jazaakillaahu khayr.